• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyimak ajaran Kitab Suci

Kisah Nenek Minah Belum Selesai

2) Menyimak ajaran Kitab Suci

Guru mengajak peserta didik untuk menyimak teks Kitab Suci.

Keluaran 23: 1-3, 6-8

1 Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.

2 Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan ksaksian mengenai sesuatu perkara janganlah janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. 3

Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.

6 Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya. 7 Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab

Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. 8 Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.”

Ulangan 16: 18-19

18 “Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil. 19 Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar.

Matius 5:37

37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Yohanes 8:43 - 47

43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak

dapat menangkap irman-Ku. 44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. 45 Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. 46 Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? 47 Barangsiapa berasal

dari Allah, ia mendengarkan irman Allah; itulah sebabnya kamu tidak

mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.

3) Pendalaman/Diskusi

a) Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks Kitab Suci.

b) Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendalami teks Kitab Suci dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.

• Apa pesan Keluaran 23: 1-3, 6-8 • Apa pesan teks Ulangan 16: 18-19 • Apa pesan teks Matheus 5:37 • Apa pesan teks Yohanes 8:43 - 47

• Apa makna pesan Kitab Suci itu bagi hidupmu sendiri?

4) Peneguhan

Guru memberikan penjelasan setelah mendengar jawaban-jawaban peserta didik:

a) Dalam Kitab Suci, ditegaskan bahwa kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah “sumber kebenaran”, karena Allah

selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya. Maka Allah berirman:

“Jangan bersaksi dusta.”

b) Pada dasarnya Kitab Suci tidak berkata saksi dusta terhadap sesamamu, melainkan saksi dusta tentang sesamamu manusia, sebab perintah ini semula menyangkut kesaksian di pengadilan. Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia dihukum secara tidak adil (malah dihukum mati) dan tata keadilan dijungkirbalikkan. Sebetulnya, masalahnya bukan “bohong”, melainkan tidak adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan.

c) Dalam Ul 16:19, ditegaskan “Jangan memutar-balikkan hu-kum; jangan memandang bulu; dan jangan menerima suap.”

Inilah maksud irman kedelapan. Di muka pengadilan orang menyatakan kesetiaannya baik terhadap si terdakwa, sesama manusia, maupun terhadap masyarakat, umat Allah. Sebab dalam umat Allah, “pengadilan adalah kepunyaan Allah” (lih. Ul 1:17), yakni kepunyaan “Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar” (lih. Ul 32: 4).

d) Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus adalah kebenaran. Ia dibenarkan Allah. Dengan kebangkitan-Nya, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah orang benar. Ia adalah pewah-yuan dari Allah sendiri. Orang yang percaya kepada-Nya akan selamat (ikut dibenarkan Allah). Percaya di sini bukan hanya yakin bahwa Yesus itu ada dan hidup, tetapi lebih-lebih berarti mau mengandalkan hidupnya kepada Yesus serta menjalankan apa yag dikehendaki-Nya. Maka membela kebenaran berarti ikut dalam karya Allah menyelamatkan manusia. Membela kebenaran berarti juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladan Yesus, Sang Kebenaran sendiri. Karena iman terhadap Yesus inilah, kita berani menyampaikan pemikiran-pemikiran atau maksud kepada siapa pun, termasuk kritik kepada yang melanggar, koreksi kepada siapa pun yang melawan cinta kasih Allah. Kita harus selalu mengatakan yang benar, walaupun mungkin dengan risiko. Yesus pernah mengatakan: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak! Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat! (Mat 5: 37). Ia (iblis) adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (lih. Yoh 8: 44).

e. Menjadi Saksi Kebenaran 1) Menyimak kisah tokoh suci

Guru mengajak peserta didik untuk membaca dan mereleksikan cerita

berikut ini.

Ketika raja Henry VIII dari Inggris memisahkan diri dari Ge-reja Katolik karena Paus tidak dapat menerima pernikahannya dengan Anna Boleyn (raja masih terikat dengan pernikahan sakramentalnya dengan ratu), terdapat banyak warga Inggris yang tidak dapat menerima kebijaksanaan raja itu, termasuk perdana menterinya, Thomas Morus. Banyak rohaniwan, biarawan-biarawati, dan awam ditangkap dan dibunuh pada masa itu karena mereka tetap setia kepada Gereja Katolik, walaupun mereka tetap setia pula kepada Henry VIII sebagai raja. Thomas Morus akhirnya juga ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara. Banyak anggota keluarga dan teman-teman membujuk Thomas Morus supaya ia menyerah saja kepada raja demi kedudukannya yang tinggi dan keluarganya. Salah seorang putrinya yang sangat dicintainya menulis surat kepada ayahnya supaya sang ayah mengikuti saja kehendak raja karena dengan demikian sang ayah akan dapat kembali ke rumah karena ia sangat mencintai sang ayah. Thomas Morus sangat sedih membaca surat putrinya yang sangat dicintainya itu. Ia mengalami pergumulan batin yang hebat. Akhirnya, ia berhasil menulis surat kepada putrinya itu. Dalam surat itu, Thomas Morus menulis bahwa ia sangat sedih karena putri yang paling disayanginya sampai hati membujuknya untuk menjadi seorang pengkhianat terhadap imannya.

Pada hari ia dihukum mati, Thomas Morus masih berbicara bahwa ia masih seorang warga Inggris yang setia kepada rajanya, tetapi juga setia kepada imannya. Ia tidak dendam kepada siapa pun, termasuk raja dan hakim-hakim yang menghukumnya. Sebelum kepalanya dipenggal, ia masih sempat menciumi algojo yang akan memenggal kepalanya. Thomas Morus tetap berkata dan bersaksi tentang kebenaran, walaupun dengan itu ia kehilangan segala-galanya, termasuk nyawanya sendiri. Memang, kadang-kadang sulit untuk mengatakan dan bersaksi tentang kebenaran.

Sumber: