• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.5 Metode Analisis Data

Permasalahan pertama untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tempe di Kecamatan Genteng dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (1990) rumus fungsi Cobb- Douglas sebagai berikut:

Y = aX1b1 X2b2... Xnbn eu

Variabel terikat yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tempe di Kecamatan Genteng adalah produksi (kg). Sementara itu variabel yang menjadi variable bebas adalah variabel kedelai (X1),

variabel ragi (X2), tenaga kerja (X3), kayu bakar (X4), modal (X5), air (X6), dan

pedagang tempe (X7), sehingga bentuk umum persamaan regresi linier berganda

dalam analisis ini dapat dituliskan:

Y = a X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5X6b6 X7b7eu Keterangan: Y : produksi (kg) a : konstanta b1- b7 : koefisien regresi X1 : kedelai (kg)

X2 : tenaga kerja (HKP)

X3 : kayu bakar (ikat)

X4 : ragi (gram)

X5 : modal (Rp)

X6 : air (liter)

X7 : pedagang tempe (orang)

eu : kesalahan penggunaan

Menurut Soekartawi (1990) untuk memudahkan persamaan di atas dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut sebagai berikut :

LogY = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + b6 log

X6 +b7 logX7 + v

Persamaan yang telah terbentuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS. Analisis SPSS digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel X (kedelai, ragi, tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe) yang mempengaruhi terhadap variabel Y (produksi tempe) baik secara bersama maupun secara parsial.

Uji F untuk menguji apakah keseluruhan variabel X (kedelai, ragi, tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe) mempengaruhi variabel Y (produksi tempe) dengan formulasikan sebagai berikut:

F-hitung = Kuadran tengah regresi

Kuadran tengah sisa

Kriteria pengambilan keputusan:

c. F – hitung > F – tabel (0,05) maka H0 ditolak, berarti secara keseluruhan

variabel X (kedelai, ragi, tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe) berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y (produksi tempe). d. F – hitung < F – tabel (0,05) maka H0 diterima, berarti secara keseluruhan

variabel X (kedelai, ragi, tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y (produksi tempe). Nilai keseluruhan variabel dependen mempengaruhi terhadap variabel independen diketahui, maka dilakukan Uji t untuk mengetahui sejauh mana pengaruh masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

t-hitung = [ � ]

[ �] Sbi = +

ℎ �

ℎ � ℎ �

keterangan:

bi : koefisien regresi ke-i Sbi : standar deviasi ke-i Kriteria pengambilan keputusan:

c. t- hitung > t-tabel (0,05) maka H0 ditolak, berarti variabel X (kedelai, ragi,

tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe) berpengaruh nyata terhadap variabel Y (produksi tempe).

d. t-hitung < t-tabel (0,05) maka H0 diterima, berarti variabel X (kedelai, ragi,

tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe) tidak berpengaruh nyata terhadapat variabel Y (produksi tempe).

Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel Y (produksi tempe) dipengaruhi oleh variabel-variabel X (kedelai, ragi, tenaga kerja, kayu bakar, modal, air, pedagang tempe). Koefisien determinasi dituliskan dengan persamaan:

R2 = Jumlah Kuadrat Regresi

Jumlah Kuadrat Total Terkoreksi

Permasalahan kedua yang bertujuan untuk mengetahui prospek pengembangan agroindustri tempe di Kecamatan Genteng dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Langkah yang pertama dalam menganlisis matrik SWOT adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor strategi internal agroindustri tempe. Suatu Tabel IFAS (internal strategic factory analysis summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka strenghtand weakness agroindustri tempe. Tahapannya adalah:

g. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan agroindustri tempe dalam kolom 1.

h. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor- faktor tersebut tehadap posisi strategis agroindustri tempe. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.

i. Hitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi agroindustri tempe yang besangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, jika peluangnya kecil diberi rating +1).

j. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh rating pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

k. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor- faktor tersebut dipilih dan bagaimana pembobotannya dihitung.

l. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi agroindustri tempe yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana agroindustri tempe tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor eksternalnya. Total skor ini digunakan membandingkan agroindustri tempe satu dengan agroindustri tempe yang lainnya dalam kelompok agroindustri yang sama.

Tabel 3.1 Analisis Faktor-Faktor Strategi Internal Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng (IFAS)

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot X Rating Komentar

Peluang Ancaman Total

Tabel 3.2 Analisis Faktor-Faktor Strategi Eksternal Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng (EFAS)

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot X Rating Komentar

Peluang Ancaman Total

Langkah selanjutnya dengan menghitung hasil perhitungan nilai faktor- faktor kondisi internal dan nilai faktor-faktor kondisi eksternal pada agroindustri tempe, maka dapat dikompilasikan ke dalam matrik posisi kompetitif relatif agroindustri tempe. Matrik posisi kompetitif relatif agroindustri tempe digunakan setelah mengetahui nilai analisis faktor strategi internal dan eksternal agroindustri tempe dengan menarik garis antara nilai faktor strategi internal dan eksternal sehingga bertemu pada satu titik yang berada dalam kolom posisi kompetitif agroindustri tempe. EFAS 4 High 2 Low

4 High 2 Low 0 IFAS Gambar 3.2 Posisi Kompetitif Relatif

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Apabila agorindustri tempe terletak di daerah White Area (bidang kuat- berpeluang), maka usaha tersebut memiliki peluang pasar yang pospektif dan memiliki kompetensi untuk mengerjakannya. Daerah White Area merupakan daerah usaha dalam agroindustri tempe sebagai daerah yang paling menguntungkan dan paling kuat dari daerah-daerah lainnya. Pada posisi ini agroindustri tempe mempunyai pengaruh produk yang kuat dan kekuatan pasar yang besar. Daerah tersebut sangat kuat dan sangat baik bagi agroindustri tempe dalam mengembangkan usahanya. Letak agroindustri tempe yang strategis dengan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku dan sarana yang memadai untuk mendukung produksi juga produk yang dihasilkan mempunyai nilai lebih dari produk lain yang sejenis. Pada posisi

WHITE AREA GREY AREA GREY AREA BLACK AREA

ini biasanya produk agroindustri tempe telah dikenal oleh masyarakat luas dan terkenal dengan keunggulannya.

b. Apabila agorindustri tempe terletak di daerah Grey Area (bidang lemah- berpeluang), maka usaha tersebut memiliki peluang pasar yang pospektif, tetapi tidak memiliki kompetensi untuk mengerjakannya. Daerah Grey Area memiliki pasar yang bagus dan dan sangat baik untuk menjalankan usaha bagi agroindustri tempe, tetapi ketika agroindustri tempe tidak dapat melakukan kompetisi usaha dengan baik. Hal ini karena agroindustri mempunyai pengaruh pasar yang kurang kuat sehingga masyarakat kurang mengenal dan percaya akan produk agroindustri tempe. Produk yang dihasilkan oleh agroindustri tempe kurang mempunyai nilai kompetisi terhadap para pesaing agroindustri tempe lainnya. Ini dapat dicegah dengan melakukan inovasi produk agroindustri tempe untuk menaikkan kompetisi produk dalam pasar. Inovasi sangat penting dilakukan oleh agroindustri tempe yang masih lemah dan mempunyai prospek peluang yang besar. Inovasi ini menjadikan produk yang dihasilkan menjadi berbeda dan mempunyai nilai lebih dari produk- produk lain yang sejenis. Peluang pasar yang besar menjadikan agroindustri tempe tersebut dapat menjadi lebih baik dan lebih maju.

c. Apabila agorindustri tempe terletak di daerah Grey Area (bidang kuat- terancam), maka usaha tersebut cukup kuat dan memiliki kompetensi untuk mengerjakannya, tetapi peluang pasar sangat mengancam. Daerah Grey Area memiliki pasar yang bagus dan dan sangat baik untuk menjalankan usaha bagi agroindustri tempe, akan tetapi ketika agroindustri tempe yang telah menjalankan usahanya tidak dapat melakukan kompetisi usaha dengan baik. Produk yang dihasilkan oleh agroindustri tempe kurang mampu bersaing dengan produk agroindustri tempe lainnya. Ini dapat dicegah dengan melakukan inovasi pada produk agroindustri tempe yang sesuai dengan permintaan pasar sehingga dapat menaikkan kompetisi produk agroindustri tempe.

d. Apabila agorindustri tempe terletak di daerah Black Area (bidang lemah- terancam), maka usaha tersebut tidak memiliki peluang pasar dan tidak

memiliki kompetensi untuk mengerjakannya. Agroindustri tempe yang berada pada Black Area akan mengalami kerugian jika tetap menjalankan usahanya. Hal ini terjadi karena produk yang dihasilkan kurang mampu bersaing dengan produk agroindustri tempe lainnya dan karena permintaan pasar yang kurang terhadap produk yang dihasilkan oleh agroindustri tempe. Solusi yang digunakan pada kondisi ini adalah dengan menutup agroindustri tempe dan beralih pada produksi yang lain yang memiliki pasar dan kompetensi yang baik. Pada posisi ini jika agroindustri tempe tetap berupaya untuk tetap menjalankan usahanya akan mengalami kerugian.

Langkah berikutnya adalah menentukan posisi perubahan yang didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan eksternal menggunakan matrik internal dan eksternal (IE) pada agroindustri tempe. Parameter yang digunakan oleh peneliti meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi pada agroindustri tempe di Kecamatan Genteng. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi pengembangan agroindustri tempe di Kecamatan Genteng dalam menghadapi permasalahan- permasalahan yang ada pada agroindustri tempe.

Matrik strategi internal dan eksternal (IE) dapat mengidentifikasi sembilan kolom strategi agroindustri tempe. Kesembilan kolom tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama:

a. Growth strategy terletak pada kolom 1,2, dan 5 atau upaya diversifikasi pada kolom 7 dan 8. Growth strategy merupakan posisi dimana agroindustri tempe berada pada strategi pertumbuhan. Posisi tersebut didukung oleh keadaan agroindustri yang mempunyai pengaruh kuat dalam pasar dan mencapai produksi yang maksimal. Agroindustri tempe mengalami pertumbuhan produksi yang baik dengan didukung oleh berbagai faktor lain diantaranya adalah kemudahan memperoleh bahan baku, sarana produksi, dan teknologi yang memadai.

b. Stability strategy berada pada kolom 4 dan 5. Strategi stabilitas adalah strategi agroindustri tempe berada pada posisi yang stabil dan tidak mengalami kenaikan dan penurunan produksi tempe. Strategi ini berada pada

posisi ditengah-tengah antara posisi strategi agroindustri tempe rendah dengan strategi agroindustri tempe tinggi. Strategi ini mempertahankan posisinya agroindustri tempe yang telah dicapai.

Retrenchment strategy berada pada kolom 3, 6, dan 9. Retrenchment strategy adalah usaha untuk memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan agroindustri tempe. Pada strategi ini agroindustri tempe telah mengalami penurunan pemasukan sehingga untuk dapat memproduksi agroindustri tempe melakukan pengurangan jumlah produksi tempe. Pada tingkat Retrenchment strategy agroindustri yang parah agroindustri tidak dapat mengembalikan posisinya lebih baik, maka strategi yang dapat diambil adalah dengan mencari peluang lain lebih baik dan lebih propektif dimasa yang akan datang. Matrik strategi internal dan eksternal (IE) dapat dilihat pada Tabel 3.3 yaitu:

Kuat Rata-Rata Lemah

4.0 3.0 2.0 1.0 Tinggi 3.0 Menengah 2,0 Rendah 1.0

Gambar 3.3 Matrik Strategi Internal dan Eksternal (IE)

Keterangan:

Kolom I : strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal Kolom II : strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal Kolom III : strategi turn around

Kolom IV : strategi stabilitas (hati-hati)

I GROWTH II GROWTH III RETRENCHMENT IV STABILITY V GROWTH STABILITY VI RETRENCHMENT VII GROWTH VIII GROWTH IX RETRENCHMENT

Kolom V : strategi konsentrasi melaui melalui integrasi horisontal atau stabilitas

Kolom VI : strategi divestasi (pengurangan modal) Kolom VII : strategi diversifikasi konsentris

Kolom VIII : strategi diversifikasi konglomerat Kolom IX : strategi likuidasi atau bangkrut.

Penjelasan lebih detail mengenai sembilan strategi yang terdapat pada matrik internal eksternal (IE) adalah:

1. Strategi kensentrasi integrasi vertikal

Strategi ini dirancang untuk pertumbuhan produksi agroindustri tempe mencapai keuntungan yang maksimal. Kondisi ini disusun dari produksi yang maksimal dan prospek pasar yang baik. Pencapaian strategi ini dapat dilakukan dengan menurunkan harga produk, mengembangkan produk yang baru, menambah kualitas produk, dan meningkatkan akses pasar yang lebih luas. Hal ini menjadikan agroindustri tempe mengalami kondisi pertumbuhan produksi yang cepat dan cenderung pesaing akan melakukan perang harga dalam usaha meningkatkan pangsa pasar. Agroindustri tempe yang belum mendapatkan keuntungan dalam produksi skala besar akan mengalami kekalahan kecuali jika perusahaan tersebut dapat mengfokuskan diri pada pasar tertentu yang menguntungkan.

2. Strategi kensentrasi integrasi horisontal

Strategi ini dirancang untuk pertumbuhan agroindustri tempe yang sedang mengalami pertumbuhan puncak produksi. Pertumbuhan produksi tersebut dapat menurun jika tidak menjaga kualitas produk yang dihasilkan agroindustri tempe. Kualitas produk dapat diperoleh dari kebersihan proses produksi, bahan baku yang baik, sarana produksi yang bersih, dan aman dikonsumsi. Pencapaian strategi dapat dengan menjaga kualitas produk agar tetap baik dan memberi inovasi terhadap produk yang dihasilkan serta membuka peluang pasar yang lebih besar sehingga produk tetap diminati konsumen.

3. Strategi turn around

Strategi ini dirancang untuk mencegah agroindustri tempe di Kecamatan Genteng tidak mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi ini dapat terjadi karena banyak penyebab yaitu produk agroindustri yang kurang mengikuti pasar, maka strategi yang dapat dipakai adalah dengan mengembangkan produk dengan inovasi yang sesuai dengan pasar. Penurunan produksi dapat terjadi pada agroindustri yang sedang berkembang maupun agroindustri yang telah berkembang, untuk itu pemilik agroindustri harus selalu merencanakan strategi dalam mengelola agroindustri tempe.

4. Strategi stabilitas

Agroindustri tempe yang berada pada posisi ini adalah agroindustri yang telah mempunyai pengaruh dan pasar yang baik. posisi agroindustri yang stabil menjadikan produksi yang dihasilkan tidak mengalami kenaikan dan penurunan. Strategi yang dapat mendukung posisi ini adalah dengan membuka peluang pasar yang lebih besar lagi agar agroindustri tempe dapat memperbesar produksi dan untuk menghindari kemungkinan terburuk ketika pasar mengalami penurunan.

5. Strategi konsentrasi integrasi horisontal atau stabilitas

Agroindustri tempe yang berada pada posisi ini akan mencari peluang pasar yang lebih besar lagi untuk meningkatkan produksinya. Agroindustri tempe tersebut berada pada masa pertumbuhan dengan produksi yang telah stabil. Peningkatan kualitas produk dan diversifikasi produk dilakukan untuk membuat produk yang berbeda. Hal ini memberikan pilihan pada konsumen untuk dapat memilih produk yang diminati yang sesuai dengan kebutuhannya.

6. Strategi divestasi

Strategi ini dirancang untuk agroindustri tempe berada pada kondisi kekurangan modal usaha. Strategi yang dapat dilakukan untuk keluar dari kondisi ini adalah dengan melakukan kerjasama dengan instansi terkait baik dari pemerintah maupun swasta. Kerjasama ini berbentuk peminjaman modal usaha agar usaha agroindustri tempe tetap berproduksi. Strategi lain dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan antara agroindustri satu dengan agroindustri

lain. strategi ini dapat menjadikan agroindustri tempe mempunyai produk yang lebih berkualitas sehingga mempunyai posisi yang kuat di pasar.

7. Strategi diversifikasi konsentrik

Agroindustri yang mengalami pertumbuhan produksi dan mempunyai pengaruh terhadapa pasar mempunyai kelebihan dari agroindustri tempe yang mengalami kerugian. Kerugian agroindustri tempe mengakibatkan menurunnya produksi dan pendapatan dalam setiap produksi. Keragaman produk dapat dilakukan oleh agroindustri tempe yang mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat memberikan penekanan terhadap konsumen akan produk yang dihasilkan oleh agroindustri tempe.

8. Strategi diversifikasi konglomerat

Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi dan diversifikasi ini mempunyai dua strategi dasar pertumbuhan yaitu berkonsentrasi pada satu agroindustri tempe atau diversifikasi ke agroindustri tempe lain. Agroindustri yang memiliki kinerja yang baik cenderung mengadakan konsentrasi pada agroindustri tempe yang dikerjakan, sedangkan agroindustri tempe yang memiliki produksi kurang maksimal cenderung mengadakan diversifikasi dengan tujuan meningkatkan produksinya. Agroindustri tempe yang memilih strategi konsentrasi akan dapat meningkatkan produksi melalui integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara internal melalui sumberdaya yang dimiliki maupun secara eksternal dengan menggunakan sumberdaya dari luar. Ketika agroindustri tempe tersebut memilih strategi diversifikasi, maka akan dapat meningkatkan produksi agroindustri tempe melalui konsentrasi pada agroindustri tempe.

9. Strategi likuidasi

Strategi agroindustri tempe yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan produksi atau bahkan mengalami kerugian. Strategi yang dapat dilakukan dalam posisi seperti ini adalah dengan menutup agroindustri tempe tersebut dan beralih kepada usaha lain yang lebih prospektif. Hal ini dilakukan karena pasar tidak lagi merespon terhadap produk agroindustri tempe dan konsumen tidak lagi percaya akan produk. Keadaan ini jika terus dipertahankan

agroindustri akan mengalami kebangkrutan dan tidak dapat beralih pada usaha lain yang lebih prospektif.

Dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu dengan penentuan alternatif strategi dengan menggunakan matrik SWOT. Menurut Supratikno dkk (2003) agroindustri tempe terdiri dari beberapa strategi yang diterapkan dalam produksi. Strategi tersebut memiliki kesamaan antara agroindustri tempe satu dengan yang lainnya. Strategi tersebut disesuaikan dengan kondisi agroindustri tempe yang dijalankan. Matrik SWOT digunakan untuk menentukan stategi yang baik pada agroindustri tempe. Alternatif strategi yang disarankan yaitu SO strategi, ST strategi, WO strategi, WT strategi, O strategi, T strategi, S strategi, W strategi dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah ini:

IFAS EFAS STRENGTHS (S) 1. Bahan baku 2. Sarana poduksi 3. Teknologi mesin 4. Pengalaman perajin WEAKNESSES (W) 1. Lokasi agroindustri 2. Modal 3. Kemasan produk 4. Pembukuan OPPORTUNITIES (O) 1. Pertumbuhan penduduk 2. Loyalitas 3. Kebijakan pemerintah

4. Tradisi dan budaya

masyarakat

STRATEGI SO STRATEGI WO

TREATHS (T)

1. Kesadaran masyarakat terhadap gizi tempe

2. Iklim dan cuaca

3. Minat konsumen

4. Persaingan antara perajin tempe

STRATEGI ST STRATEGI WT

Gambar 3.4 Matrik SWOT

Keterangan:

a. Strategi Strengths – Opportunities (SO)

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan agroindustri tempe untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-basarnya. Penyususunan strategi ini dengan menggabungkan strategi kekuatan dengan strategi peluang yang ada pada agroindustri tempe. Pemanfaatan kekuatan dan peluang yang ada pada agroindustri tempe tersebut dapat memberikan keunggulan pada agroindustri

tempe tersebut. Keunggulan strategi ini adalah agroindustri tempe dapat bertambah kuat posisinya dengan memanfaatkan situasi yang ada pada agroindustri tempe.

b. Strategi Strengths – Threaths (ST)

Strategi ini digunakan untuk mengatasi ancaman dari luar agroindustri tempe. Strategi merupakan penggabungan dari strategi kekuatan dengan ancaman agroindustri tempe. Pemanfaatan situasi ini menjadikan peluang agroindustri tempe semakin besar dalam posisinya. Ancaman yang ada pada agroindustri tempe dapat dilewati secara mudah dengan adanya analisis kekuatan yang ada pada agroindustri tempe.

c. Strategi Weaknesses – Opportinities (WO)

Strategi ini merupakan penggabungan dari kelemahan dan peluang agroindustri tempe. Strategi dapat diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada pada agroindustri tempe. Kelemahan agroindustri tempe dapat tertutupi dengan menggunakan strategi ini karena memanfaatkan peluang yang ada sehingga kelemahan agroindustri bisa menjadi kekuatan yang dapat digunakan pada masa yang akan datang.

d. Strategi Weaknesses – Threaths (WT)

Strategi ini disusun berdasarkan pada penggabungan kelemahan dengan ancaman yang ada pada agroindustri tempe. Strategi ini bersifat defensif (bertahan) dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman yang ada di luar agroindustri tempe. Kondisi yang baik dalam penggunaan strategi ini adalah ketika agroindustri telah mempunyai posisi yang kuat dan pasar yang baik.

e. Strategi Opportunities (O)

Strategi ini berdasarkan pada kegiatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam mengatasi ancaman yang berasal dari dalam maupun dari luar agroindustri tempe. Strategi ini terdiri dari pertumbuhan penduduk, loyalitas konsumen, dan kebijakan pemerintah. Strategi ini dapat memberikan posisi yang kuat pada agroindustri tempe yang menggunakannya.

f. Strategi Threats (T)

Strategi ini terdiri dari kesadaran penduduk, iklim, cuaca, dan minat konsumen terhadapa produk agroindustri tempe. Penyususnan strategi berdasarkan pada kegiatan mengetahui ancaman dari dalam maupun dari luar agroindustri tempe. Penggunaan strategi sangat membantu agroindustri tempe keluar dari berbagai ancaman yang dapat menurunkan produksi tempe.

g. Strategi Strengths (S)

Strategi ini berdasarkan pada kegiatan untuk mengetahui kekuatan yang ada pada agroindustri tempe yang terdiri dari bahan baku, sarana produksi, teknologi mesin, dan pengalaman perajin dalam produksi tempe. Kekuatan yang ada pada agroindustri tempe berasal dari pemanfaatan situasi yang ada pada agroindustri tempe untuk dijadikan sebagai strategi yang dapat mendukung agroindustri tempe menjadi agroindustri yang mempunyai posisi yang kuat. h. Strategi Weaknesses (W)

Kelemahan agroindustri tempe menjadikan agroindustri tidak dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kelemahan agroindustri tempe terdiri dari lokasi agroindustri yang kurang strategis, kurangnya modal, kemasan produk yang kurang menarik, dan tidak adanya pembukuan secara jelas. Strategi ini disusun berdasarkan kelemahan yang ada pada agroindustri tempe untuk mengetahui kelemahan yang ada pada agroindustri tempe.

Dokumen terkait