• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Dengan tahapan penelitian pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian.Metode ini digunakan agar mampu menghasilkan data-data deskriptif mengenai hak-hak reproduksi di lembaga pemasyarakatan wanita.Dengan demikian, eksplorasi data secara mendalam tentang hak-hak reproduksi bisa terjaring dengan baik.Prosedur penelitian kualitatif lebih bersifar sirkuler, artinya dalam hal-hal tertentu, langkah atau tahapan penelitian dapat diulang satu atau beberapa kali sampai diperoleh data yang lengkap untuk membangun teori dasar.Dalam konteks ini, peneliti dimungkinkan untuk beberapa kali turun ke lapangan. (Berutu, dkk. 2001)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data • Observasi

Awal ketika berada di lapangan, yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi (pengamatan) kepada narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Penulis mengawali dengan pengamatan saja, yakni dengan turun langsung ke lapas, dan melihat bagaimana situasi dan kondisi di lapas tersebut.Dalam penelitian ini penulis tidak dapat melakukan observasi partisipasi (participant observation) yakni, terlibat langsung ke dalam keseharian informan, misalnya ikut tinggal langsung bersama narapidana karena peraturan yang tidak mengijinkan.Seorang peneliti tidak diperbolehkan tinggal bersama para narapidana untuk keperluan penelitian, bahkan pada saat penulis melakukan wawancara terhadap informan, penulis diawasi oleh petugas.

• Wawancara

Selain melakukan observasi (pengamatan), penulis juga melakukan wawancara mendalam mengenai masalah yang diteliti oleh penulis. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara ini dilakukan untuk mengungkapkan masalah yang

sedang diteliti, wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan si peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang diteliti.

Dalam wawancara ini digunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan secara akrab dan penuh kekeluargaan.Sesuai dengan pendapat (Spradley, 1997) yang mengatakan bahwa, metode wawancara mendalam

(in-depth interview) jenis ini tentunya berpijak pada prinsip bahwa peneliti

melakukan learning from people (belajar pada masyarakat), bukan study of people (mengkaji masyarakat).

Pada penelitian ini, penulis mempunyai lima informan, dan kelima informan yang diwawancarai memiliki umur yang berbeda-beda. Wawancara dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Wawancara dilakukan di Mushola, gereja dan di kantor pegawai yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Dalam melakukan wawancara, penulis tidak membatasi umur yang menjadi informan.Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pegawai lapas serta narapidana yang ada di lapas tersebut.

1.6.3 Rangkaian Pengalaman Penelitian

Penulis tiba di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan awal bulan November 2013. Awal bulan November 2013 penulis masih akan meminta ijin untuk melakukan penelitian di lapas itu. Penulis ke lapas ditemani oleh Ibu dan Mak Tua penulis.Mak Tua penulis mempunyai teman yang bekerja di dalam lapas itu. Pada waktu itu Mak Tua penulis akan merencanakan

membuat acara Natal di lapas pada bulan Desember, sekalian akan memperkenalkan penulis dengan salah satu teman Mak Tua yang bekerja di lapas itu. Sesampainya di lapas, bertemu dengan teman Mak Tua, lalu Mak Tua pun memberitahukan bahwa penulis akan melakukan penelitian di lapas itu. Pegawai itu pun menyuruh penulis meminta surat keterangan akan melakukan penelitian yang dibuatkan oleh pihak kampus dan ditujukan ke kantor Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia yang ada di Jl. Putri Hijau, setelah pihak Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia mengeluarkan surat balasan diijinkan meneliti di lapas, lalu surat balasan itu dibawa ke lapas, maka pihak lapas akan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lapas.

Penulis pun melakukan seperti apa yang diminta oleh pegawai itu. Lalu surat ijin untuk melakukan peneliitian di lapas keluar, dan keesokan hari penulis mengantarkan surat balasan itu ke lapas. Panas terik matahari siang itu mempengaruhi suasana hati para pegawai. Sesampainya penulis di lapangan, penulis menunjukkan surat balasan itu. Lalu penulis dimarahi oleh pegawai yang bekerja dibagian umum itu karena penulis datang tidak di pagi hari.

“Kok gak pagi datangnya dek? Kalau jam segini kamu datang udah kesiangan, kalau mau ngurus apa-apa itu datangnya pagi. Kalau jam segini pegawai-pegawai pun udah pada istirahat dan

banyak yang keluar mau makan siang”. (Ibu Asma)12

Penulis sempat disuruh untuk datang kembali esok hari namun penulis membujuk pegawai itu agar pegawai itu mau menerima surat balasan itu tanpa menunggu esok hari. Penulis berhasil membujuk pegawai itu dan pegawai itu pun

12

luluh dan menerima surat balasan. Pegawai itu bertanya kepada penulis sampai kapan penulis akan meneliti di lapas itu. “Tidak bisa saya pastikan Bu, saat informasi yang saya butuhkan sudah dapat, saat itulah saya berhenti meneliti Bu (kata penulis dengan nada membujuk)”. Pegawai pun menyuruh salah satu napi untuk menemani penulis ke ruangan Kabid bagian Pembinaan Narapidana untuk meminta ijin karena akan melakukan penelitian di lapas dan akan meminta informasi kepada narapidana terkait dengan yang diteliti oleh penulis. Sesampainya di ruangan Kabid bidang pembinaan, napi tersebut menunjukkan surat ijin penelitian penulis. Penulis pun tidak lupa untuk memperkenalkan diri, dan meminta diberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian. Permintaan ijin sudah diberikan lalu penulis pun permisi untuk pulang dan akan mulai meneliti secepatnya.

Pada tanggal 14 Desember 2013, penulis melakukan pra-lapangan karena pada saat itu penulis masih dalam proses penulisan proposal. Penulis masuk ke pintu pertama, sampai di pintu pertama, penulis memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuannya ada di lapas itu kepada petugas yang sedang berjaga di pintu pengamanan lapas. Penulis pun diberi masuk untuk ke pintu selanjutnya, dan tidak lupa, penulis harus menitipkan semua barang-barang yang dibawa dan hanya bisa membawa buku dan pulpen untuk keperluan penelitian. Penulis juga disuruh memakai badge13

yang digantung di leher yang bertuliskan tamu. Pada saat akan masuk ke pintu selanjutnya penulis harus diikuti oleh salah satu napi yang sudah dipercaya oleh petugas untuk mengawasi penulis.

Saat akan masuk ke pintu selanjutnya penulis harus permisi ke setiap ruangan pegawai yang akan dilewati oleh penulis yang dipandu oleh napi itu serta memberitahukan maksud dan tujuan penulis berada di lapas itu. Saat akan masuk ke bagian para narapidana, penulis harus melewati 4 ruangan pegawai dan melewati 2 gerbang besar menuju hunian para narapidana.

Masuk ke ruangan bidang pembinaan narapidana yang mana ruangan tersebut berada tepat diantara kamar para narapidana.Penulis permisi kepada Ibu Asma (Kabid di bidang pembinaan napi), sebelum meneliti, penulis berbincang-bincang dengan Ibu Asma. Ibu Asma bertanya penulis mengambil jurusan apa di USU. Penulis pun memberitahukan bahwa penulis jurusan Antropologi Sosial.

“Antropologi?Baru kaulah yang meneliti disini yang jurusannya Antropologi.Karna biasanya yang meneliti disini jurusan Hukum”.

Penulis tersenyum, dan menjelaskan bahwa fokus Antropologi mengkaji tentang manusia, kebiasaan, budaya, dan semua yang menyangkut manusia. Narapidana kan juga manusia yang perlu dikaji kata penulis. Tidak lama berbincang, penulis pun diantar ke mushola bersama para napi. Berkenalan dan bertanya seperlunya, setelah selesai penulis pun pamit. Wawancara hanya sebentar karena penulis masih melakukan pra-lapangan.

Beberapa hari setelah pra-lapangan penulis seminar proposal.Seminggu setelah seminar proposal, penulis melakukan penelitian.Penulis melakukan penelitian ditemani oleh adik perempuan.Permisi dan meninggalkan barang-barang di loker, lalu penulis masuk diawasi oleh napi yang ditugaskan oleh pegawai lapas.Sesampainya di ruangan Kabid bidang pembinaan narapidana,

penulis kembali memberitahukan maksud penulis ada di lapas itu. Lalu Ibu Asma yang menentukan narapidana yang mana yang akan diwawancarai oleh penulis. Di lapas penulis berjumpa dengan Gita (29 tahun) dan Suarti (50 tahun) yang menjadi informan awal penulis.

Wawancara dilakukan di Mushola.Di Mushola ada sekitar 5 orang, 3 orang tampak sedang sholat dan yang 2 orang sedang membaca Al-Quran.Ada tawa dan ada juga haru saat berbincang-bincang bersama Kak Gita dan Bu Suarti. Bukan hanya dengan Kak Gita dan Bu Suarti, setelah napi yang 5 tadi sudah selesai sholat dan membaca Al-Quran, penulis juga melakukan perbincangan bersama mereka. Para narapidana terbuka dan menerima baik kedatangan dan maksud penulis berada disitu. Setelah wawancara menurut penulis sudah cukup, penulis pun permisi pulang dan mengucapkan banyak terimakasih. Penulis pun pamit ke kamar yang berada tepat di samping Mushola dan menyalami napi satu persatu. Pamit kembali ke ruangan-ruangan pegawai, lalu penulis pun pulang.

Penelitian sebelumnya belum selesai, penulis masih merasa banyak yang harus dipertanyakan lagi.Penulis kembali melakukan penelitian dan penelitian selanjutnya penulis datang bersama 3 orang teman kampus.Datang kesiangan karena kecelakaan kecil di jalan.Penulis dan teman-temannya permisi masuk ke setiap ruangan hingga sampai ke ruangan Ibu Kabid bidang pembinaan narapidana.Sesampainya di ruangan itu, penulis tidak dikenal lagi oleh Ibu Kabid karena senggang waktu penulis meneliti kembali sudah terlalu lama. Penulis pun meyakinkan Ibu Kabid bahwa penulis memang sudah pernah datang ke lapas dan

meyakinkan Ibu itu, karena memang narapidana itu pernah melihat penulis berada di lapas itu dan sudah jumpa dengan Ibu itu pada penelitian sebelumnya.Ibu itu pun percaya kepada napi yang meyakinkan ibu itu. Lalu penulis dan teman-teman penulis dimarahi dan disuruh untuk datang kembali esok hari, Ibu Kabid bidang pembinaan juga menyuruh pulang karena sedikitnya pegawai yang hadir pada waktu itu sehingga tidak ada yang akan mengawasi penulis dan teman-teman jika akan melakukan penelitian. Penulis dan teman-teman pun membujuk Ibu itu.

“Udah besok ajalah kalian datang, udah kesiangan kalian kalau mau neliti sekarang.Aku mau kusuk, pegawai cuma sedikit yang datang, gadak yang ngawasi kalian nanti. Lagianpun napi-napi lagi sibuk sekarang, yang Kristennya lagi ibadah, yang Muslimnya lagi sholat, bentar lagi pun udah mau apel, terus jam makan siang”. (Ibu Asma)

Tidak mau pulang sia-sia, penulis dan teman-teman penulis pun meminta ijin agar diberikan ijin untuk ikut ibadah bersama para narapidana. Ibu itu pun memberi ijin dan menyuruh penulis dan teman-teman meminta ijin kepada Ibu Purba di bagian pengurusan ibadah agar diberikan ijin untuk masuk ibadah dengan para napi. Menemui Ibu Purba, memberitahukan niat penulis dan teman-teman penulis yang meminta ijin untuk masuk ibadah dengan para napi, lalu Ibu Purba pun memberi ijin serta mengantarkan penulis dan teman-teman ke ruangan ibadah para napi.

Bernyanyi, berdoa, dan mendengarkan khotbah bersama para narapidana di lapas, rasanya sangat berbeda dengan yang biasa dirasakan oleh penulis dan teman-teman.Saat berdoa terdengar suara tangisan dari para napi, dan tak luput penulis dan teman-teman ikut merasakan kesedihan yang para napi rasakan.Lagu

terakhir sebelum ibadah ditutup “Indah Rencanamu Tuhan”.Meskipun penulis dan teman-teman tidak tahu lirik lagu itu, tetapi penulis dan teman-teman ikut terlarut dalam setiap lirik lagu yang dinyanyikan napi-napi yang ada di tempat ibadah itu. Selesai ibadah, bersalaman satu dengan yang lain dan saling memberikan semangat satu dengan yang lainnya, agar mereka sama-sama kuat untuk menanggung masa hukuman yang dijalani oleh masing-masing napi.

Tempat ibadah pun mulai sepi, karena para napi sedang apel14

Sambil tersenyum penulis dan teman-teman pun menolak karena penulis dan teman-teman tidak tega bila nasi Ibu itu akan dibagi dengan penulis dan teman-teman, yang nasi mereka hanyalah dijatah. Makan sambil berbincang-bincang. Perbincangan panjang lebar, bertanya dimana alamat Ibu Simanjuntak dan ternyata Ibu Simanjuntak seperti mengenal salah satu teman penulis, dan dan setelah apel dilanjutkan dengan makan siang.Sembari menunggu para napi apel dan mengambil jatah makan siang. Penulis dan teman-teman penulis pun membersihkan ruangan tempat ibadah. Dan tak lama para napi kembali datang dengan membawa nasi ditangan.Mereka pun menawari penulis dan teman-teman untuk makan dan berbagi nasi dengan mereka.Kedekatan antara narapidana dengan penulis dan teman-teman mulai terjalin.Tertawa bersama, cerita-cerita bersama, dan tidak lupa penulis bertanya mengenai hal yang terkait dengan penelitian penulis.

“Makan kalian dek, sini bagi-bagi kita.Inilah namanya nasi cumpreng dek, liatlah inilah nasi napi, ikannya ikan asin, ayok kita bagi-bagi dek, sini. (Ibu Simanjuntak, 51 tahun)

sudah tidak asing lagi buat Ibu itu, lalu penulis pun memanggil teman penulis, Nuri. Ibu Simanjuntak ternyata kenal dengan Nuri, karena Nuri adalah teman sekolah Nuri waktu di SMA.Nuri dan Ibu Simanjuntak pun berbincang-bincang dengan akrab. Waktu pun tak terasa sudah hampir sore, penulis dan teman-teman pun permisi untuk pulang dan memberi semangat kepada mereka agar tetap kuat dalam menjalani masa hukumannya.

Penulis kembali datang melakukan penelitian. Penulis datang bersama dengan adik perempuan, dan rencana penelitian kali ini tidak bertanya dengan para napi melainkan dengan pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Sama seperti penelitian sebelumnya, penulis harus permisi dan memberitahukan maksud dan tujuannya.Lalu penulis diantarkan ke ruangan bagian umum, dan dibagian umum penulis bertemu dengan Ibu Marlia, pegawai yang ramah dan cantik.Ibu Marlia menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh penulis dan menyuruh penulis untuk tidak sungkan apabila masih ada yang perlu dipertanyakan. Wawancara dengan Ibu Marlia selesai, penulis pun permisi pulang.

Penelitian sudah sering dilakukan penulis.Penulis bolak-balik datang karena penulis tidak diijinkan hidup dan tinggal bersama napi.Maka dari itu penulis hanya boleh datang berulang kali ke lapas untuk melakukan penelitian sampai informasi yang diperlukan oleh penulis sudah didapatkan.Penelitian yang dilakukan di lapas ternyata seram-seram seru.Penulis sudah dikenal dan sudah akrab dengan sebagian napi dan sebagian pegawai.Banyak pengalaman baru yang diperoleh saat melakukan penelitian bersama napi.Dan pada saat penelitian

terakhir yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014, penulis kembali ditemani oleh ketiga teman kampus.Pada penelitian ini penulis kembali masuk dan permisi untuk masuk ke dalam lapas.

“Kalian tetap harus pakek badge dek, karna kalian kan tamu. Kami takut kalian tertukar pula nanti sama napi yang disini”. (Kata salah satu petugas sambil tertawa)

Memakai badge, lalu masuk dan hingga akhirnya sampai ke ruangan Ibu Asma, suasana di ruangan Ibu Asma sangat ramai, pegawai dan sebagian napi tampak memenuhi ruangan itu.lalu penulis pun meminta kepada Ibu Asma agar Ibu Asma memberikan penulis 2 orang napi yang akan di wawancara oleh penulis. Ibu Asma menyuruh penulis dan teman-teman untuk menunggu di Mushola sampai napi yang akan diwawancarai datang. Tampak 2 orang yang kelihatan masih seumuran dengan penulis dan datang menghampiri penulis dan teman-teman.Lalu penulis dan teman-teman pun berkenalan dengan napi itu.Sri (19 tahun) dan Cika (18 tahun), narapidana yang dihukum karena kasus Narkoba. Sri dan Cika juga tinggal satu ruangan. Wawancara pun terus berlanjut, sampai pada akhirnya aroma kue yang baru siap dimasak menggoda. Penulis pun menghampiri napi yang tampak sedang membawa loyang kue beserta kue-kue yang baru masak dan membeli kue itu. Satu kue harganya Rp. 4000, penulis pun tidak lupa menawarkan kepada Sri dan Cika. Makan kue bersama, ternyata kue buatan napi itu enak.Penulis teringat dengan hasil wawancaranya dengan Ibu Marlia, yang mengatakan kalau kue buatan para napi yang ada di lapas itu tidak kalah enaknya dengan kue buatan Hot Buns15

cukup. Penulis pun permisi pulang dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Sri dan Cika. Tidak lupa penulis dan teman-teman juga permisi pulang kepada pegawai-pegawai serta dengan narapidana yang ada di lapas itu.

Lalu penulis dan teman-teman pun pamit ke ruangan Ibu Risma dan dengan pegawai-pegawai lain yang berada diruangan itu. Lalu penulis pun melanjutkan ke bagian umum untuk meminta surat balasan dari lapas itu bahwa si penulis memang benar melakukan penelitian disitu. Sesampainya di bagian umum, penulis meminta surat balasan dengan Ibu Risma. Tampak dimeja Ibu Risma, beliau sedang sibuk membungkus buah (parcel).Saat penulis meminta surat balasan itu, penulis disuruh untuk datang lain waktu karena surat balasan belum selesai. Lalu penulis dan teman-teman pun permisi pulang kepada pegawai-pegawai yang ada di ruangan itu.Melepaskan badge, ambil hp dari loker, lalu keluar.

Setelah lama tidak ke lapas karena penelitian sudah selesai, penulis datang kembali ke lapas untuk meminta surat balasan yang menerangkan bahwa penulis memang benar telah melakukan penelitian di lapas tersebut. Siang hari tepat pada saat lebaran, suasana di lapas begitu ramai dan antri untuk mengunjungi pihak keluarga yang ada di lapas. Pintu dibuka dan menyilahkan penulis untuk masuk bersama-sama dengan pihak keluarga yang akan berkunjung ke lapas. Lalu petugas bertanya maksud kedatangan penulis, dan penulis memberitahukan maksud kedatangannya, petugas memberitahukan bahwa pegawai yang mengurus di bagian surat tidak hadir pada hari itu, dan menyuruh penulis untuk datang lagi

esok harinya. Menggumam di dalam hati karena kesal telah datang sia-sia padahal sudah melalui macet, dan panas teriknya matahari.

Keesokan harinya, penulis pun datang pada pagi hari ke lapas. Keadaan di lapas tidak seramai ketika penulis datang semalam. Suasana masih sepi, penulis langsung dipersilahkan masuk dan disuruh menunggu. Petugas naik ke atas untuk melihat ke bagian umum, dan tidak berapa lama petugas pun turun dan memberitahukan bahwa pegawai yang mengurus surat balasan tersebut juga tidak hadir, dan menyuruh penulis untuk datang kembali keesokan harinya. Penulis membujuk petugas tersebut agar diberi ijin untuk menunggu sampai pegawai tersebut datang.Lalu petugas tersebut mempersilahkan penulis untuk naik ke atas dan menunggu di atas di bagian umum.

Pegawai yang ada di kantor bagian umum tempat para pegawai bertugas masih terlihat sepi, ada yang baru datang, ada yang lagi sarapan pagi, ada yang membaca Koran da nada juga yang tampak sibuk menyelesaikan sesuatu. Tak lama kemudian tampak seorang pegawai yang bertugas di bagian umum tersebut. Bu Heni namanya, Ibu tersebut sempat lupa dengan penulis lalu penulis mengingatkan kembali dan memberitahukan maksud dan tujuannya. Lalu Bu Heni menyuruh penulis untuk menunggu karena surat balasan yang diminta oleh penulis belum selesai dikerjakan olehnya. Sejam, dua jam berlalu, penulis pun disuruh untuk masuk ke dalam ruangan Kalapas. Sempat terkejut, karena selama melakukan penelitian di lapas, penulis tidak pernah mengenal dan berjumpa dengan Kalapasnya, karena kesibukan Kalapas yang menghadiri rapat kesana

karena tidak siap untuk bertemu dengan Kalapas. Dipersilahkan masuk, dan duduk oleh Kalapas, lalu berjabat tangan saling memperkenalkan diri.Kalapas yang bernama Ibu Marselina Budiningsih, berbadan tinggi, rambut pendek, dan cantik.Ibu Marselina memulai percakapan kepada penulis sambil sesekali bercanda dengan penulis.Jantung penulis yang berdetak begitu kencang perlahan kembali dengan normal karena keramahan yang diberi oleh Ibu Marselina.Ternyata para napi tidak salah bahwa memang benar kalau Ibu Marselina memang baik dan ramah.Ibu Marselina membaca judul yang diteliti oleh penulis di lapas tersebut. Lalu Ibu Marselina bertanya kembali kepada penulis mengenai apa saja yang sudah penulis dapatkan setelah meneliti di lapas tersebut. Setelah tanya jawab berlangsung, Ibu Marselina kembali menjelaskan sedikit tentang pemenuhan hak-hak reproduksi di lapas.

“Pemenuhan hak-hak reproduksi tidak semuanya bisa dipenuhi di lapas ini, karena kita tahu kan kalau napi yang ada disini dihukum karena mereka melakukan kesalahan dan tidak bisa sebebas dengan orang yang diluar sana. Mungkin kamu sudah mendapatkan hasilnya pada saat kamu melakukan penelitian disini”. Ibu Marselina (49 tahun)

Setelah berbincang-bincang dengan Ibu Marselina, Ibu Marselina meminta

Dokumen terkait