• Tidak ada hasil yang ditemukan

beberapa tahun terakhir

Pengembangan pada iga lokasi cadangan terbesar minyak merupakan cara untuk mengatasi ketergantungan impor

69,2% 18,4%

9,3%

100,0%

3,1%

Sumber: BP Staisical Review of World Energy; Analisis Tim

Gambar 3.D.2:

Impor Minyak dan

Gas Bumi

Minyak dan Gas

Sejak tahun 2002, kenaikan permintaan minyak dan gas (migas) untuk kebutuhan domesik membuat Indonesia bergantung pada impor migas. Menanggapi situasi tersebut, Indonesia perlu mengembangkan iga lokasi cadangan terbesar minyak, di mana salah satunya terdapat di Pulau Kalimantan. Kondisi saat ini, sektor migas di Koridor Ekonomi Kalimantan mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun karena kurangnya pengembangan lapangan minyak dan gas bumi baru.

Masterplan P3EI

Koridor Ekonomi Kalimantan

0 0 500 500 1.000 1.000 1.500 1.500 Peringkat teratas eksporir LNG, 2005

Peringkat teratas eksporir LNG, 2007

t3 (miliar) t3 (miliar) Indonesia Malaysia Qatar Algeria Australia Qatar Malaysia Indonesia Algeria Australia

Indonesia idak lagi menjadi eksporir lNG terbesar di dunia

Jika cadangan gas baru idak ditemukan maka produksi gas Kalimantan akan semakin menurun

1Sumur minyak produksi kurva biasanya berakhir dalam sebuah penurunan eksponensial. Pada ingkat alamiah, sumur minyak

kurva produksi terlihat mirip dengan kurva lonceng, sebuah fenomena yang dikenal sebagai kurva Hubbert . Penurunan produksi tersebut sampai pada iik di mana mereka idak lagi menghasilkan sejumlah menguntungkan.

Besarnya share migas Kalimantan terhadap total produksi gas Indonesia adalah ~37%

5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 -7%

Berikut ini proyeksi ketersediaan gas di Kalimantan Timur tanpa adanya cadangan baru (MMSCFD)

2009 2008

2007 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: US Energy Informaion Administraion; BPH Migas; Analsis Tim

Gambar 3.D.3:

Ekspor Minyak dan Gas Bumi

Gambar 3.D.4:

Proyeksi Cadangan Gas

Kalimantan Timur

Menunjuk pada data US Energy Informaion Administraion tahun 2005, Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gas alam cair (Liqueied Natural Gas – LNG ) terbesar di dunia. Namun idak lagi demikian sejak tahun 2007, peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor LNG turun menjadi ranking keiga setelah Qatar dan Malaysia. Gejala penurunan ditunjukkan pada tren produksi LNG yang semakin menurun dari tahun ke tahun di Kalimantan Timur, sebagai produsen LNG terbesar di Indonesia. Apabila idak dilakukan eksplorasi untuk menemukan cadangan gas bumi baru, maka produksi LNG Indonesia secara total akan terus menurun. Terideniikasi bahwa kontribusi produksi LNG di Kalimantan sekitar 37 persen dari total produksi LNG Indonesia. Untuk komoditas minyak dan gas bumi (migas), strategi percepatan pertumbuhan pembangunan difokuskan untuk mendukung peningkatan produksi migas nasional menjadi 1 juta bph pada 2025 (sumber: Kementerian ESDM, 2010). Saat ini, realisasi rata-rata liting Desember 2010 – Februari 2011 hanya sekitar 893 ribu bph. Tersendatnya produksi nasional ini salah satunya disebabkan karena menurunnya ingkat liting minyak bumi secara alamiah1 (penurunan sekitar 12 persen per tahun) di dalam negeri.

Kegiatan eksplorasi migas di Kalimantan pada masa yang akan datang diperkirakan akan mengarah pada wilayah-wilayah yang kondisi medannya lebih sulit dan membutuhkan biaya yang sangat mahal, seperi eksplorasi di laut dalam. Selain metode eksplorasi migas secara konvensional, peluang yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah peningkatan kapasitas gas Metana Batu Bara (MBB) sebagai salah satu pendongkrak ingkat produksi gas nasional yang belum opimal. Sebagai contoh, opimalisasi kapasitas produksi MBB di Bontang – Kalimantan Timur masih tersendat karena memerlukan investasi tambahan untuk pengembangan pemanfaatan teknologi MBB. Peningkatan eksplorasi MBB di Kalim dilakukan agar dapat mendukung opimalisasi kapasitas produksi pabrik pencairan LNG Bontang yang berkapasitas sebesar 3,7 mkkph (milyar kaki kubik per hari). Saat ini pabrik tersebut hanya beroperasi pada level produksi 2,55 mkkph pada 2009 dan 2,38 mkkph pada 2010.

Kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan direncanakan terdapat di lokus Balikpapan, Blok Delta Mahakam, Rapak, dan Ganal. Rencana investasi industri migas yang akan dilakukan di Kalimantan pada periode 2011—2015 berupa proyek-proyek utama seperi penambahan kapasitas produksi BBM di Balikpapan dan sekitarnya, serta eksplorasi laut dalam di Rapak dan Ganal. Kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan akan melibatkan pihak swasta, BUMN, maupun pemerintah.

Regulasi dan Kebijakan

Untuk mengurangi ineisiensi serta meningkatkan daya tarik investasi bagi pengembangan kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Kalimantan, diperlukan dukungan penataan regulasi, sebagai berikut:

• Menyiapkan kontrak bagi hasil (Producion Sharing Contract – PSC) yang lebih menarik bagi perusahaan migas, dimana daya tarik ditentukan dari biaya yang perlu dibayar di muka untuk mendapatkan kontrak bagi hasil dan besar kecilnya peran Pemerintah dalam kontrak tersebut (semakin kecil biaya yang perlu dibayar di muka dan semakin kecil peran Pemerintah, maka kontrak bagi hasil akan semakin menarik); • Menyederhanakan regulasi (termasuk perijinan) di bidang minyak dan gas;

• Mengurangi subsidi minyak dan gas secara bertahap.

Konekivitas (infrastruktur)

Upaya lainnya yang dapat dilakukan terkait dengan pengembangan kegiatan ekonomi utama migas di Kalimantan ialah peningkatan kualitas infrastruktur untuk mendukung distribusi dan logisik migas.

SDM dan IPTEK

Upaya pengembangan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih komprehensif (kemampuan eksploitasi migas hulu dan pemrosesan migas hilir) dengan penerapan teknologi yang tepat dapat dilakukan melalui:

• Pemberian dukungan teknis melalui peningkatan teknologi dan kualitas sumber daya manusia agar dapat menurunkan biaya ekplorasi terutama pada wilayah-wilayah dengan kondisi medan sulit, seperi eksplorasi di laut dalam;

104.800 21.000 300 200 100 0 Sumberdaya

Proil batubara Indonesia, 2010 (Juta Ton)

Indonesia memiliki banyak sumberdaya dan cadangan batubara. Namun, pemanfaatannya masih idak opimal

Produksi Ekspor Cadangan 104.800 21.000 325 265 Sumber: Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (2010) Gambar 3.D.5 : Sumberdaya dan Cadangan Batubara

• Pemberian investasi tambahan untuk pengembangan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan kapasitas gas metana batu bara (MBB).

• Upaya mendorong percepatan penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR), sebagai satu upaya dalam meningkatkan upstream acivity (eksplorasi & produksi), dimana penggunaan teknologi EOR ini akan mengopimalkan kapasitas konsesi dari sumur-sumur minyak tua (brown ields);

• Pengembangan teknologi yang mendukung transportasi, reining, dan markeing untuk peningkatan

kapasitas downstream (hilir).

Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi batubara Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14,8 persen per tahun, dan pertumbuhan rata-rata ekspor batubara Indonesia adalah 15,1 persen per tahun. Sementara, angka konsumsi batubara dalam negeri mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 13,8 persen per tahun dalam periode 1996 – 2010. Di tahun 2010 jumlah produksi batubara mencapai 325 juta ton dengan jumlah ekspor 265 juta ton dan penggunaan domesik sebesar 60 juta ton.

Batubara

Sektor pertambangan batubara di Kalimantan diideniikasi sebagai salah satu kegiatan ekonomi utama yang dapat menopang perekonomian Koridor Ekonomi Kalimantan di saat produkivitas sektor migas menurun. Pada tahun 2010, jumlah batubara yang digunakan untuk kebutuhan dalam negeri adalah sebesar 60 juta ton (18 persen dari total produksi). Sektor kelistrikan merupakan pengguna batubara terbesar di dalam negeri. Sementara sisanya sebesar 265 juta ton telah diekspor ke beberapa negara. Adapun, negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia adalah Jepang, Cina, India, Korea Selatan, dan beberapa negara ASEAN.

Masterplan P3EI

Koridor Ekonomi Kalimantan

1Termasuk peneliian bersama Kementerian ESDM & NEDO Jepang (2009)

Source: Dirjen Minerba; Indonesia Coal Book 2008/2009; Studi Literatur; Analisis Tim

Kalimantan memiliki ~50% dari seluruh sumberdaya batubara di Indonesia

Sumberdaya batubara di Indonesia, 2009 (Miliar Ton)1

Sumberdaya batubara di Indonesia, 2009 (Miliar Ton)1

Kalimantan Timur memiliki sumberdaya terbesar batubara dari seluruh Kalimantan Pertumbuhan Produksi, Ekspor, dan Penjualan Batubara Domesik (1996 - 2010)

Juta Ton 350 300 250 200 150 100 50 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 10,9 40,9 46,7 53,9 57,2 63,4 73,4 85,3 93,76 110,79 102,6 121,04 130,86 152,86 190,48 221,1 240 283 325 191 230 265 13,2 15,4 19 22,1 27,3 29,2 35,74 37,1 41,3 45,54 62,5 49 53 60 Produksi Ekspor Domesik 144,94 158,6 35,5 46,2 54,1 62,1 72,9 79,3 90,7

Sumber: Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia

60

40

20

0

72% 23,7% 3,1% 1%

Kalim Kalsel Kalteng Kalbar Total

37,5 12,3 1,6 0,5 51,9 52,4 120 80 40 0 50,0% 49,6% 0,4% 51,9 0,5 104,8 Kalimantan

Sumatera Lainnya Total

Gambar 3.D.6: Pertumbuhan

Produksi, Ekspor, dan Penjualan Batubara

Gambar 3.D.7:

Sumber Daya

Batubara

Berdasarkan data tahun 2009, disamping Sumatera, porsi cadangan batubara di Kalimantan juga merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Hampir 50 persen dari cadangan batubara nasional terdapat di Kalimantan.

Kegiatan industri batubara Koridor Ekonomi Kalimantan terpusat di Provinsi Kalimantan Timur. Lebih dari 70 persen cadangan batubara Kalimantan terkonsentrasi di provinsi tersebut, kemudian diikui oleh Kalimantan Selatan sebesar 23,7 persen, Kalimantan Tengah 3,1 persen, dan Kalimantan Barat 1 persen.

Sebagian besar cadangan batubara baru ditemukan di pedalaman Kalimantan. Namun kendala yang dihadapi untuk mengakses areal tambang batu bara yang baru adalah keterbatasan transportasi batubara yang ekonomis seperi jaringan kereta api atau angkutan sungai serta keterbatasan pembangkit listrik. Dampaknya ialah sebagian besar investor memilih untuk melakukan investasi sendiri, seperi pembangunan jalan privat milik perusahaan daripada menggunakan jalan umum yang tersedia guna memenuhi kebutuhan infrastruktur tersebut sehingga mengakibatkan ingginya nilai investasi untuk pertambangan batubara.

Menurut hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan data eksising jumlah produksi batubara di Kalimantan Tengah tahun 2009, jumlah produksi batubara akan meningkat 6,7 kali jika dilakukan perbaikan infrastruktur di Kalimantan Tengah. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami secara jelas bahwa perbaikan infrastruktur dapat memberikan nilai tambah bagi produksi batubara, khususnya di wilayah pedalaman.

Permasalahan umum yang dihadapi oleh sektor pertambangan di Kalimantan adalah tumpang indih antara wilayah pertambangan dengan wilayah hutan dan perkebunan. Tantangan pengembangan sektor batubara juga muncul dari lemahnya birokrasi perizinan berupa keidakjelasan ime frame atau SOP (Standard

Operaing Procedure) dalam pengurusan izin. Untuk itu, reformasi birokrasi dan pelayanan prima dalam pemberian izin usaha pertambangan batubara harus segera terlaksana.

Strategi umum pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan batubara adalah mendorong kegiatan ekstraksi cadangan besar batubara yang terletak di wilayah pedalaman Kalimantan, disertai penyiapan infrastruktur dan regulasi yang mendukung dengan tetap memperhaikan kelestarian lingkungan.

Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral sebagaimana tercantum dalam UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, maka investasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi produk batubara perlu dikembangkan, antara lain investasi untuk konversi batubara seperi gasiikasi batubara yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) dan investasi untuk batubara cair. Selain mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga, muliplier efect yang diciptakan juga akan sangat besar, antara lain dari peningkatan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan juga dari penghematan subsitusi impor.

1. Biaya Ton – KM esimasi berdasarkan wawancara terhadap ahli

Sumber: Wawancara terhadap ahli; Indonesia Coal Book 2008/2009; Analisis Tim

Penambangan di areal pedalaman (inland)

berpotensi untuk dikembangkan

Biaya transportasi cukup inggi untuk penambangan di areal pedalaman (inland)

60

40

20

0

0 100 200 300 400 500 Perkiraan Biaya Transportasi (USD/Ton)1

Truk (Jalan privat) Truk (Jalan Umum)

Kereta Api Angkutan Sungai

Km

Perbaikan infrastruktur dapat meningkatkan produksi 10 8 6 4 2 0

Produksi Batubara (Juta Ton)

~6,7x

Produksi Batubara Kalteng

Produksi Batubara 2009 Potensi produksi batubara dengan adanya rel kereta api

Sumber: Studi literatur, Kementerian ESDM, analisis im

Gambar 3.D.8:

Penambangan Batubara di

Areal Pedalaman Kalimantan

Simpanan Batubara Konsesi Batubara

Masterplan P3EI

Koridor Ekonomi Kalimantan

BATU