• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Hutan Cagar Alam Dolok Saut

E.4. Modang lalisiak ( Ficus sinuata Thunb)

Modang lalisiak merupakan tumbuhan yang masuk dalam Kingdom: Plantae Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Bangsa: Urticales, Suku: Moraceae, Marga: Ficus, dan Jenis: Ficus sinuata Thunb (Rusli, 2011).

Hasil pengamatan di lapangan yang telah dilakukan menunjukan bahwa tumbuhan yang hidunp di Cagar Alam Dolok Saut ini dikenal dengan nama Modang laisiak Ficus sinuata Thunb. Pohon Modang lalisiak berukuran besar hingga besar, tingginya mencapai 45 meter dan berdiameter hingga mencapai 50- 120 cm, kulit batang berwarna coklat dan tebalnya 1-5cm. Rusli (2011) menyatakan Modang lalisiak merupakan pohon Ara (Ficus) kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang hijau sepanjang tahun dan menghuni berbagai relung

ekologi, namun beberapa spesies yang menggugurkan daun tumbuh terbatas didaerah di luar wilayah tropis dan didataran tinggi. Jenis-jenis ara dikenali dari perbungaannya yang unik dan pola penyerbukannya (Pollination syndrome) yang khas dan melibatkan sejenis tawon dari familia Agaonidae untuk menyerbuki bunga-bunganya yang tertutup. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Dolok Saut adalah Modang lalisiak (Ficus sinuata Thunb).

Hasil pengujian fitokimia menunjukan kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan flavonoid, terpen, dan saponin. Dan hasil pengamatan di lapangan juga menunjukan hasil identifikasi bahwa Modang lalisiak memiliki ciri daun kuncup, ranting terlindungi oleh sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin dibuku-buku rantingnya, serta tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap tulang daun dibagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang (tri-

veined) yang khas. Bunga tertutup yang dikenal sebagai bunga periuk (syconium);

disebut demikian karena bentuknya menyerupai periuk tertutup atau hampir tertutup, dimana pada dinding dalamnya berjejal- jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran sangat kecil. Jika bunga-bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun juga hanya buah semu. Tipe perakaran tumbuhan ini banyak diantaranya yang memiliki akar gantung atau akar udara.

Gambar 10. Modang lalisiak ( Ficus sinuata Thunb).

E.5. Langge (Homalonema javanica )

Langge merupakan tumbuhan yang masuk dalam Kingdom: Plantae (tumbuhan), Divisi: Angiospermae (tumbuhan berbunga), Kelas: Equisetopsida (Berkeping satu/monokotil), Ordo: Alismatales, Famili: Araceae (suku talas- talasan), Genus: Homalomena dan merupakan Spesies: Homalonema javanica (Susanto, 2009).

Hasil pengamatan di lapangan Langge dapat dideskripsikan sebagai tumbuhan Herba, tinggi 75 cm; batang bulat, panjang pelepah 4- 6 cm, permukaan licin, tegak lurus, warna hijau; daun tunggal, perisai, panjang 30-52 cm x lebar 21-23 cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, pertulangan menyirip, tangkai 40-46 cm, daging seperti perkamen, warna hijau. Berdasarkan pengamatan di lapangan Langge banyak ditemukan di daerah pinggiran sungai dan kondisi lingkungannya adalah daerah dataran tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2009) yang mengatakan bahwa Homalonema

javanica biasa ditemukan di pegunungan, pinggiran sungai, tepi danau, atau ditanam sebagai tanaman hias di sekitar pekarangan rumah. Kandungan kimia

yang terkandung adalah dari golongan flavanoid, tanin, terpen, alkaloid, dan saponin. Walaupun mengandung racun tumbuhan Langge biasa digunakan oleh masyaraka baik di desa maupun diperkotaan sebagai tumbuhan hias dan ditanam disekitar pekarangan rumah karena memiliki pemandangan yang unik jika dipadukan dengan tumbuhan hias lainnya.

Gambar 11 . Langge (Homalonema javanica )

E.6. Dong-dong (Laportea stumulans Gaud)

Dong-dong merupakan tumbuhan yang masuk dalam Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dycotiledoneae, Ordo: Urticales, Famili Urticaceae, Genus: Laportea dan merupakan Spesies: Laportea stimulans Gaud (Mansur, 2006).

Hasil identifikasi dari Mansur, (2006) menyebutkan bahwa Dong-dong adalah jenis pohon dengan tinggi 5-12 meter, daun tunggal, bentuk daun menjorong, melonjong, dan membundar telur, tangkai daun panjang dengan permukaan kasar. Cabang banyak, bentuk batang bulat dan kulit batang berwarna kehijauan. Bunga keluar dari ketiak daun, bunga warna putih kebiruan. Memiliki buah yang berwarna bening.

Hasil pengamatan dilapanga populasi Dong-dong sangat sedikit jumblahnya di Cagar Alam Dolok Saut. Daun Dong-dong mengandung racun (apabila terkena kulit manusia bisa mengakibatkan gatal-gatal), daunnya memiliki warna hijau terang. Memiliki tulang dan urat daun yang tampak jelas. Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat. Semakin tua, gerigi semakin menghilang. Bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu- bulu halus yang hanya nampak bila dilihat dari jarak sangat dekat. Bila bulu-bulu ini dapat tersentuh bagian kulit kita yang halus dan sensitif seperti punggung tangan, lengan, paha atau betis dapat menimbulkan rasa gatal, perih dan panas yang cukup menyengat. Sengatan pulus pada kulit tubuh biasanya baru akan hilang setelah satu atau dua minggu bila tanpa penanganan sehingga masyarakat sekitar hutan menyebut tumbuhan ini sebagai tumbuhan beracun.

E.7. Bedi Bedi (Callicarpa dichotoma)

Bedi-bedi merupakan tumbuhan yang masuk dalam Kingdom: Plantae: Divisi: Angiosperms, Kelas: Monocots, Order: Lamiales, Famili: Lamiaceae, Genus: Alocasia dan merupakan Species: Callicarpa dichotoma, (Soerianegara 2005).

Hasil pengamatan menunjukan Callicarpa dichotoma yang lebih dikenal dengan nama Bedi-bedi ditemuka didaerah semak belukar atau dilahan yang tidak bertajuk di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Tumbuhan ini hanya sedikit ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut dan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan ini penyebaran dan pertumbuhannya sangat rendah. Soerianegara (2005) menyebutkan bahwa tumbuhan ini dapat tumbuh pada daerah dengan kelembapan sedang dan basah. Bedi-bedi dapat tumbuh degan tinggi 1 hingga 2 meter, memiliki ciri buah berwarna ungu buah tumbuh dari ketiah daun baru, buah biasanya berada disepanjang dahan disetiap ketiak daun baru. Buah dari tumbuhan ini biasa menjadi makanan burung. Kandungan kimia tumbuhan ini adalah berasal dari kandungan alkoloid, flavonoid dan saponin dan memiliki Aktivitas biologis, seperti anti bakteri, antifungi, anti hama, cytotoxic, dan phytotoxic activities . Tata daun oposite daun majemuk,bunga daun lanset.

E.8. Antaladan (Xanthosoma sp)

Antaladan merupakan tumbuhan yang masuk dalam klasifikasi: Kingdom Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Arales, Famili: Araceae, Genus: Xanthosoma dan merupakan Spesies : Xanthosoma sp. ( Heyne, 1987)

Hasil pengamatan di lapangan tumbuhan ini sering disebut Antaladan oleh masyarakat sekitar hutan mengenal tumbuhan ini sejak lama dan sering dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias karena tampilan daunnya sangat menarik, namun demikian masyarakat sekitar hutan juga sangat mewaspadai tumbuhan ini karena dipercaya mengandung racun, dampak yang sangat jelas dirasakan adalah gatal-gatal dan umbinya yang berbau amis menyengat. Hal ini juga telah dijelaskan oleh Suin (2002) yang menyatakan bahwa Xanthosoma sp adalah jenis tumbuhan dari wilayah dibawah naungan tajuk hutan, namun dalam kultivasi ia dapat tumbuh baik dilahan-lahan pertanian terbuka dengan sinar matahari penuh. Umumnya Antaladan merupakan tanaman wilayah dataran rendah dan membutuhkan rata-rata temperatur harian diatas 21 °C. Curah hujan tahunan rata- rata sekitar 1400 mm, tetapi lebih disukai 2000 mm, yang merata disepanjang tahun, dengan kelembaban tanah cukup. Meskipun cukup tahan dengan tanah yang mengandung memerlukan tanah yang berdrainase baik

Heyne (1987) menyatakan bahwa tumbuhan ini biasa tumbuh di daerah lembab seperti pinggiran sungai yang tenang ditengah hutan dan tidak bergerombol seperti jenis keladi lainnya. Memiliki ciri khas daun lebar bercorak putih terang dan dibagian bawah daun berwarna merah marun. Tumbuhan ini bisa

menyebabkan iritasi pada mulut, terasa terbakar/panas pada bagian mulut, lidah, bibir, bisa menyebabkan ileran yang parah, mual dan susah menelan. Hal tersebut dikarena ditanaman sebangsa ini punya zat yang namanya Kalsium oksalat yang tidak dapat larut, kalsium oksalat ini yang beracun untuk kucing.

Gambar 14. Anataladan (Xanthosoma sp)

E.9. Sitanggis)

Dahmartha (1994) mengatakan bahwa Sitanggis merupakan tumbuhan yang masuk dalam klasifikasi Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: merupakan Spesies:

Hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan yang hidup di Cagar Alam Dolok Saut ini dikenal dengan nama Sitanggis merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi 50 hingga 120 cm, tumbuhan ini biasanya tumbuh liar di daerah sekitar hutan Cagar Alam Dolok Saut yang merupakan daerah pegunungan dan seperti yang telah dinyatakan oleh Dahmartha (1994) bahwa berkembang didataran tinggi dan terdapat dari

diatas pangkal yang membelah berbentuk pelepah tinggi, dengan bentuk garis atau lanset yang miring, hijau kebiruan, bertepi transparan serta yang terendah 30 - 60 kali 2 4 cm, yang tinggi kecil dan agak berjarak. Tumbuhan ini mempunyai bunga majemuk dengan jumlah 6-12 kuntum, Buah bulat berwarna hijau dan jika sudah matang berwarna biru donker berbuah di ujing tangkai dengan panjang 2,5 hingga 3,5 cm dengan

Sitanggis sangat banyak tumbuh didalam hutan Cagar Alam Dolok Saut bahkan di lahan sekitaran pekarangan masyarakat Desa Pancur Natolu yang berada didekat hutan Cagar Alam Dolok Saut sangat banyak tumbuh secara liar sehingga masyarakat dapat memanfaatkan Sitanggis sebagai racun tikus di lahan pertanian masyarakat sekitar hutan karena masyarakat tersebut percaya bahwa akar tumbuhan ini mengandung racun yang dapat membunuh tikus karena sejak zaman nenek moyang mereka telah menggunakan tumbuhan ini sebagai racun tikus.

F. Potensi Pengembangan Tumbuhan Beracun di Hutan Cagar Alam Dolok

Dokumen terkait