• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TOKOH PROFEMINIS DAN TOKOH KONTRAFEMINIS

2.2 Sinopsis

2.3.2 Tokoh Kontrafeminis

2.3.2.2 Moetiara

Secara fisik, Moetiara (Tiar) memiliki keadaan fisik sebagaimana anak-anak pribumi lainnya. Ia memiliki kulit yang hitam namun berwajah manis. Beberapa tahun kemudian, Tiar semakin terlihat cantik dan intelek karena melakukan perawatan-perawatan mahal. Hal itu terdapat pada kutipan berikut.

Dilihatnya Moetiara, gadis berkulit hitam dengan paras manis, berdiri di depan pintu (hlm. 13).

Belakangan ini, gadis itu bertambah cantik berkat perawatan mahal yang dibiayai ibunya. Wajah pribuminya yang eksotis terkesan menarik dan intelek, sungguh jauh berbeda dengan gadis kecil hitam kurus yang datang ke rumahnya beberapa tahun silam. Sikap dan tingkah lakunya pun anggun, walaupun kata-katanya kadang tajam seperti ibunya (hlm. 68).

Secara psikis, Tiar tidak pernah bersikap baik dengan siapa pun sehingga banyak teman-temannya yang tidak menyukai Tiar bahkan ia sempat dituduh mencuri dompet salah satu teman sekelasnya saat berada di sekolah. Ia pun selalu beranggapan negatif terhadap Rani dan Arik.

...Satu hal yang membedakan Tiar dari Arik adalah bahwa walaupun mereka sama-sama pribumi, Tiar sombong dan tidak mau diajari. Ia tidak menganggap Rani kakaknya. Semua teman tidak ada yang menyukainya, bukan semata-mata karena ia pribumi tapi karena kepribadiannya yang tidak menyenangkan (hlm. 46).

“Ya. Benar. Mengapa pencuri bisa masuk ke sekolah ini?” Manghadapi seruan-seruan dan pandangan melecehkan dari teman-temannya, Moetiara duduk di lantar memeluk kedua lututnya sambil menangis. Namun, keadaannya itu sama sekali tidak meringankan tuduhan bahwa ia seorang pencuri. Tampaknya ia seperti seorang pencuri yang tertangkap basah (hlm. 51).

“Kau bisa senang jika aku sudah tidak berada di sini lagi. Dari semula kalian tidak pernah menerimaku sebagai saudara, kan? Aku tahu, dari hari pertama aku menginjakkan kaki di rumah kalian, kalian juga sudah menganggap aku sebagai pencuri... pencuri kebahagiaan kalian!” (hlm. 52).

Tiar pun termasuk orang yang pendendam terutama kepada Rani. Ia sangat membenci Rani karena Tiar merasa Rani telah merebut Janoear darinya dan Rani telah menjebloskan Sari, ibunya, ke dalam penjara. Berikut kutipannya:

Dari jauh adegan ketika Janoear memegang tangan Rani terlihat jelas oleh mata seorang gadis dari seberang jalan. Wajahnya tampak kaku dan penuh dendam. Mata itu milik Moetiara. Ia ingin melihat sendiri seperti apa toko roti yang dibuka Rani di toko Serbaada Janoear. Kini ia paham mengapa Janoear tak mau memberikan tempat itu kepadanya. Rupanya Janoear telah terpikat oleh gadis itu.

“Rani...,” desahnya sambil mengertakkan gigi. Kau telah merebut kebahagiaanku, menghancurkan keluargaku dan merebut Janoear dari tanganku, kau harus membayar semuanya (hlm. 219).

Ia menggeram. Ini kesalahan Maharani! Ia bersumpah akan membalas dendam untuk ibunya! (hlm. 250).

Secara sosiologis, Tiar merupakan anak yatim. Ia hanya tinggal bersama ibunya, Sari. Kemudian ibunya menikah lagi dengan Jenderal Van Houten dan Tiar bersaudara tiri dengan Rani dan Arik. Pendidikan Tiar sebenarnya hanya sampai Sekolah Dasar sehingga ketika ia disekolahkan ke tingkat yang lebih tinggi, ia merasa tidak mampu. Hal itu terlihat dari kutipan berikut:

...Sekarang Rani merasa bertambah tanggung jawabnya karena kini Moetiara disekolahkan di tempat yang sama. Rani tidak tahu harus berbuat apa terhadapnya karena gadis itu hanya lulus sekolah dasar di desa yang tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan sekolah Belanda. Walaupun mereka seumur, Tiar masuk kelas yang lebih rendah (hlm. 58).

Tiar pun membuka usaha bar. Ia berencana membuka bar bersama dengan Janoear. Bar itu dibuka di lantai dua toko serbaada milik keluarga Janoear. Ia pun memberikan kepercayaan kepada Lastri untuk ikut mengawasi bar tersebut. Berikut kutipanya.

Setahun yang lalu, Sari dan anaknya kembali bertemu dengan Janoear di Jakarta. Rupanya pemuda itu memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan membangun bisnis keluarganya menjadi toko serbaada yang modern. Tiar lalu menawarkan kerja sama pada Janoear untuk membuka bar. Lokasi bar itu di toko serbaada Janoear tetapi dikelola oleh Tiar dan hasilnya mereka bagi dua. Janoear tertarik. Toko serbaadanya biasa dibangun di atas bangunan bertingkat dan lantai dua hanya digunakan untuk gudang. Sekarang selain untuk gudang barang, lantai dua juga dijadikan bar (hlm. 159).

...”Bibi! Kau ikut aku saja,” katanya. “Ikut apa?”

“Aku membuka beberapa bar, Bibi bisa membantu kami mengawasi bar itu,” ujar Tiar, bersemangat.

“Benarkah? Tentu saja aku mau! Sekarang aku sedang menganggur. Aku akan sangat senang bisa mengurus bar seperti dulu!” ujarnya senang (hlm. 165).

Di pesta pertunangan Rani dan Janoear, Tiar membeberkan semua masa lalu Rani ketika menjadi jugun ianfu. Hal itu dilakukannya karena Tiar merasa dendam atas perbuatan Rani yang telah menjebloskan ibunya ke penjara dan telah merebut orang yang dicintainya, yaitu Janoear. Tiar mengatakan bahwa Rani menjadi jugun ianfu dengan sukarela bahkan Rani mendapat predikat sebagai perempuan paling cantik. Hal itu jelas tidak benar, Tiar berada dalam hasutan Lastri untuk mengatakan hal yang bohong.

“Hari ini... yang berdiri di hadapan Anda semua adalah seorang gadis terhormat dengan tingkah lakunya yang sopan-santun. Ia bersanding dengan Tuan Janoear yang terhormat dan kaya-raya. Namun, siapa sangka pada saat penjajahan Jepang, di mana semua orang kelaparan dan menderita, gadis ini mau saja menjadi pelacur untuk memuaskan nafsu para perwira Jepang dengan imbalan uang.”

Semua mata memandangnya. Tubuhnya dibanjiri keringat dingin.

“...bahkan ia mendapat predikat gadis nomor satu di Wisma Bintang Cahaya yang pandai main catur....”

“Ia dipiara oleh seorang perwira tinggi bernama Tuan Takeshi yang tergila-gila pada pelayanan yang diberikannya....”

“....karena itu ia mempunyai banyak uang dan membuka usaha toko roti sekarang....”

“....dengan pertunangannya ia mengukuhkan diri sebgai wanita terhormat yang tidak punya cacat cela, padahal dulu ia menghibur laki-laki dengan kecantikannya....”

“....ia menjebloskan ibu tirinya dengan tuduhan palsu ke penjara karena wanita itu tahu rahasianya...”

“...ia pandai membuat pria tergila-gila dan merebut Tuan Janoear dari tangan saya...”

“...bila ia wanita terhormat seperti saya, lebih baik mati daripada menyerahkan tubuh yang ditukar dengan kebebasan dan uang...” (hlm. 277)

Di akhir cerita, Tiar memberitahukan Rani bahwa Janoearlah yang telah memperkosanya. Ia pun membeberkan semua kebenciannya pada Rani. Hal itu menyebabkan Rani shock dan mencoba bunuh diri.

“Aku tahu! Itu malah membuatmu semakin tampak buruk di mataku. Ada banyak laki-laki yang menginginkanmu dan kau tinggal memilih satu di antaranya. Sedangkan aku? Satu pria yang kuinginkan hanya menginginkanmu menjadi kekasihnya! Bahkan kau telah tidur dengannya!” Sembur Tiar. Sekarang Rani marah. “Cukup! Sudah cukup kau menjelek-jelekkan aku. Aku tidak pernah dengan sukarelah tidur dengan laki-laki mana pun. Semua yang kaukatakan itu tidak benar. Aku tidak pernah menjadi pelacur pada zaman Jepang. Yang benar adalah aku diperkosa dan dipaksa melayani nafsu mereka!”

Tiar tertawa. “Masih mungkir? Jelas-jelas Janoear mengaku pernah tidur denganmu. Ia mengatakan itu padaku pada saat mabuk. Ia bilang ia tidur denganmu pada malam pertunangan kalian dan masih mencintaimu! Kau masih mau mungkir lagi? Dasar pelacur!” (hlm. 304).

Tokoh Tiar dapat dikategorikan juga sebagai tokoh kontrafeminis. Sebagai saudara perempuan—walaupun saudara tiri, Tiar tidak pernah bersikap baik terhadap Rani. Bahkan, Tiar sangat membenci Rani. Selain itu, Tiar pun tega memfitnah tentang masa lalu Rani. Tiar membeberkan ketika Rani menjadi jugun ianfu kepada semua orang ketika pesta pertunangan Rani tengah digelar. Tiar juga tega memberitahu Rani siapa yang memperkosanya sehingga membuat Rani terguncang mentalnya.

Selain itu, secara tersirat tokoh Tiar pun masuk dalam kategori kontrafeminis karena sikapnya yang pasrah dan nerima pada perlakuan ibunya tentang pendidikan. Berbeda dengan Rani, Tiar tidak banyak menuntut untuk mendapatkan yang tinggi, ia lebih banyak berbelanja pakaian dan mengikuti kursus-kursus seperti yang diperintahkan ibunya. Tiar belum menyadari pentingnya pendidikan seperti yang digagas Rani.

Dokumen terkait