• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEGERIKU INDAH

NEGERIKU SATU

Dari semua kehebatan dan keindahan Indonesia yang telah disajikan

Cukup panjang lebar di atas,

Pernahkah kita berpikir,

Bahwa tidak ada yang negeri yang seindah dan sehebat Indonesia.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring,

dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Yaa Tuhan kami, tiada lah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.

Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS. Ali

Imran [3]: 190-191)

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak keturunan Adam,

Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki yang baik-baik,

dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’ [17]: 70).

Allah menyuruh kita berpikir tentang apa yang telah Ia ciptakan untuk kita.

Betapa sayangnya Allah kepada kita,

Kepada Bangsa Indonesia.

Allah memberikan negeri yang luar biasa,

a

g

e

6

9

Bukan negara timur tengah ataupun eropa apalagi amerika.

Kita berada di negeri yang spesial.

Pantaskah kita mengeluh?

Mengeluh dan menyesal karena dilahirkan di Indonesia?

Pantaskah kita menyesal diberi emas dan permata yang masih tersimpan dengan baik,

Dan lebih memilih perhiasan yang sudah dipakai oleh banyak orang?

Sering kali saya tak habis pikir kepada mereka,

Mereka yang pesimis kepada indonesia,

Yang malu menyebut “saya orang Indonesia” di luar negeri,

Apalagi kepada mereka yang tak mau kembali ke Indonesia setelah berada di luar negeri.

Apa mereka tak pernah memikirkan karunia yang hebat ini?

“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS.

Az-Zumar [39]: 9)

Negeri ini hanya satu.

Dan satu-satunya yang secara sah diberikan Allah kepada kita.

Hanya satu, sangat pantas untuk dibela, dipertahankan dan dikelola dengan baik.

g

e

7

0

Kalau ada yang ingin merebut Negeri ini dari Bangsa Indonesia,

Biarlah darahku ini habis,

Yang penting satu-satunya negeri warisan untuk anak cucuku nanti,

Masih terus terjaga dengan baik.

Ini tanggung jawabku kepada Tuhan,Allah swt.

Aku tak mau anak cucuku dikutuk Allah,

Layaknya kaum yahudi yang selalu ingkar dan tak mau bersyukur atas nikmat Allah,

Hingga sekarang mereka tak punya lahan untuk tempat tinggal.

Sekarang mereka punya wilayah pun, sebetulnya bukan miliknya.

Itu hanya pinzaman yang diperoleh dengan cara paksa.

Cara paksa yang sangat tidak manusiawi.

Saya bukan bicara tentang agama,

a

g

e

7

1

BANGSAKU (pernah) PESIMIS

Menurut saya,

Penyakit terhebat di negeri ini adalah pesimis.

Betapa dari masyarakat golongan bawah hingga atas,

Banyak yang merasa tak ada harapan jika tinggal di Indonesia.

Pengetahuan yang sempit

Seperti kata Bang Pandji dalam e-book nya NASIONAL.IS.ME,

“Mereka pesimis karena mereka tidak tahu Indonesia.”

Saya yakin, jika mereka mambaca dua bab sebelum ini,

Akan berpikir dua kali untuk bilang

“indonesia itu ga bakalan maju”

Mereka hanya tidak tahu Indonesia,

Mereka hanya tahu Indonesia dari berita-berita televisi atau media lainnya.

Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa:

“GOOD NEWS IS NOT A NEWS. BAD NEWS IS GOOD TO BE NEWS”

Jadi, bagi mereka yang hanya menilai Indonesia dari berita,

Adalah orang-orang yang tidak mau berpikir tentang informasi apa yang disajikan berita-berita tersebut.

Mereka orang malas yang hanya mau diberi, tapi tak mau mencari informasi.

Punya hati tapi tak mau merenungkan apa yang sebenarnya terjadi,

g

e

7

2

punya telinga tapi tak mau mendengar nasihat orang-orang yang sudah lebih jauh berpikir

Mereka tetap tidak bisa melihat bahwa mereka tinggal di negeri terbaik di dunia.

Mereka tak ubahnya gerombolan bebek yang mudah digiring untuk masuk ke kandang pesimisme.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan isi Neraka Jahannam kebanyakan jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al A’raf 179)

Saya sempat bertanya-tanya kepada diri sendiri,

Kenapa berita buruk selalu mampu mempertinggi rating stasiun televisi?

Saya berhasil mencoba menjawab dengan prinsip gaya tarik menarik magnet.

Saya beranggapan, masyarakat Indonesia itu ramah dan sangat baik.

Maka, saya anggap mayarakat Indonesia itu bermuatan positif.

Lalu berita negatif itu adalah buruk. Saya anggap bermuatan negatif.

Sehingga, jika dipertemukan antara masyarakat Indonesia yang bermuatan positif dan berita negatif yang bermuatan negatif

Hasilnya adalah saling tarik menarik.

Masyarakat Indonesia, atau manusia pada umumnya, lebih tertarik kepada sesuatu yang jarang terjadi.

a

g

e

7

3

Peristiwa yang banyak terjadi di Indonesia adalah yang baik-baik,

Sehingga biasanya jika ada berita baik, hal itu tidak membuat masyakarat tertarik.

Berbeda jika peristiwa buruk terjadi,

Peristiwa itu memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang tak terbiasa mendapati peristiwa buruk.

Manusia itu bersifat adaptif,

Bahkan mungkin bisa dibilang manusia adalah makhluk paling adaptif di bumi setelah jamur.

Bisa jadi, sifat inilah yang menyebabkan munculnya peribahasa,

“Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.”

Bahwa semakin lama kita berinteraksi dengan sesuatu,

Akan semakin mudah kita merasa bosan dan melihat yang lain terasa lebih menarik.

Saya yakin, setiap pasangan yang sudah lama pacaran pasti rasanya menjadi berbeda dengan yang baru saja pacaran. (curhat mode:on)

Setiap pasangan yang sudah menikah juga sama. Semakin lama rasa “wah” nya semakin menghilang.

Itu contoh hubungan yang dimulai ketika kita sudah beranjak dewasa.

g

e

7

4

Hubungan yang dimulai sejak kita lahir hingga kita membaca tulisan ini.

Inilah yang selalu membuat mereka merasa, lebih menarik negeri tetangga daripada negeri sendiri.

Padahal, kalau kita mau menilai secara objektif,

Negeri ini tak kalah indahnya dengan negeri-negeri yang lain.

Sudah cukup nyatakah dalam pikiran Anda?

Bahwa Anda sedang berada di Negara yang hebat?

Orang pesimis itu hanya karena mereka tidak tahu Indonesia.

Mereka tidak tahu seperti apa diri mereka sendiri.

“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS.

a

g

e

7

5

Generalisasi yang keliru

Karena keterbatasan pengetahuan,

Kita seringkali melakukan generalisasi yang keliru atas sesuatu.

Misalnya, informasi yang tersebar dalam pemberitaan adalah

Banyak siswa peserta UN yang curang.

Lalu kita menggeneralisasikan bahwa semua siswa Indonesia melakukan kecurangan yang sama.

Pada kenyataannya, tidak semua siswa curang.

Mereka yang curang hanya sebagian dari seluruh siswa se-Indonesia.

Ibarat peribahasa,

nila setitik rusak susu sebelanga.

Si nila cantik, punya borok di telinga. (just kidding ☺ serius amat...)

Sama halnya dengan segala keburukan yang ada di Indonesia,

Sekonyong-konyong kita menggeneralisasikan bahwa itu adalah keburukan Indonesia secara keseluruhan.

Bahwa Indonesia adalah penuh polusi,

Padahal kenyataannya hanya kota-kota besar saja yang tingkat polusinya tinggi.

Masih banyak pedesaan yang masih asri, sejuk, indah di pandang mata.

Bahkan masih ada desa yang tidak bisa dilalui kendaraan bermotor.

g

e

7

6

Bahwa Indonesia adalah negara penuh bencana,

Padahal hanya beberapa daerah saja yang terkena bencana.

Pada saat yang sama, di daerah lain tidak mengalami bencana.

Tenang seperti biasanya.

Bahwa Indonesia adalah negara yang penuh terorisme,

Padahal hanya beberapa kota saja yang diserang.

Tidak semua kota terjadi serangan terorisme.

Bahkan di beberapa kota justru melakukan aksi perlawanan terhadap terorisme

Misalnya dengan aksi teatrikal di jalanan,

Dengan dilandasi semangat IndonesiaUnite.

Generalisasi ini sangat mudah diterapkan untuk hal-hal yang negatif,

Tapi sangat sulit diterapkan untuk hal-hal yang positif.

Betapa mudahnya membuat asumsi bahwa Indonesia itu buruk.

Tapi betapa sulitnya membuat asumsi bahwa Indonesia itu baik.

Buktinya, dengan penjabaran yang cukup panjang lebar melalui buku ini,

Hingga saat ini anda membaca,

Mungkin saya belum berhasil membuat anda berpikir bahwa Indonesia itu adalah negeri paling sempurna.

a

g

e

7

7

Sebaliknya, cukup dengan mendengarkan sebuah berita di televisi

Bahwa ada anak jalanan yang tak mampu mengenyam pendidikan

Karena waktunya habis untuk mengamen demi sesuap nasi

Dengan mudahnya kita berasumsi bahwa Indonesia itu negara miskin.

Generalisasi yang keliru sangat mudah membuat jiwa kita menjadi jiwa-jiwa pecundang,

Jiwa yang pesimis.

Pendidikan yang mempesimiskan anak

Yohanes surya pernah mengatakan: “tidak ada anak bodoh di dunia ini, yang ada adalah anak yang tidak mendapatkan guru yang baik”.

Saya sendiri setuju dengan hal ini.

Sejatinya tidak ada anak yang dilahirkan untuk menjadi bodoh dan tak berguna.

Tuhan tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

Hanya saja, kita yang tidak mengerti bagaimana cara “mengolahnya” agar masing-masing anak memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat.

Anak itu sangat mudah mengingat informasi

Apalagi jika informasi itu sampai membekas dalam perasaannya.

Ketika anak dibentak dengan kata-kata “bodoh”

g

e

7

8

Dan terus terngiang-ngiang dalam pikirannya bahwa dia adalah anak bodoh.

Kemudian dia menjadi minder dan pada akhirnya menjadi anak yang berjiwa pesimis.

Bukan begitu caranya agar anak menjadi bersemangat dalam belajar.

Dalam salah satu bukunya, Munif Chatib, seorang konsultan pendidikan yang mengembangkan sekolah berbasis Multiple Intelelligences

Kurang lebih mengatakan bahwa sebetulnya anak yang sulit belajar bukanlah bodoh. Tapi belum mendapatkan metode belajar yang cocok dari gurunya.

Jadi sangat tidak bijak jika kita justru menilai bahwa sang anaklah yang bodoh.

Sebisa mungkin jauhkan kata-kata yang dapat membuat perasaan anak menjadi tak bersemangat.

Bisa dibayangkan jika orang tuanya sendiri saja,

Mengatakan anaknya bodoh.

Lalu sang anak mau mendapatkan pujian dari siapa lagi?

Siapa lagi kalau bukan orang tuanya sendiri?

Dari buku yang sama, saya ingin berbagi di sini

Bahwa kemungkinan masih ada sekolah-sekolah yang menerapkan prinsip bahwa

Tes yang berkualitas adalah tes yang tidak bisa dikerjakan siswanya.

Gurunya dianggap berhasil jika mampu membuat soal yang sulit hingga tak bisa dikerjakan siswanya.

a

g

e

7

9

Pada prinsipnya, tes dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya serap siswa terhadap ilmu yang diberikan oleh guru.

Berarti logikanya, tes yang baik adalah tes yang mencakup informasi yang diberikan guru.

Bukan malah dibalik, tes yang baik adalah tes yang materinya tidak diajarkan atau jauh lebih sulit dari yang diajarkan guru.

Jika itu yang terjadi maka siswa akan selalu merasa gagal dalam ujian.

Betapa tampak jelas jiwa-jiwa pesimis dalam raut muka yang penuh rasa bersalah dan putus asa ketika mereka keluar dari ruang ujian.

Itu sama sekali tak mendidik anak menjadi jiwa optimis.

Mereka menjadi terdidik untuk selalu merasa salah dan kalah.

Kalah oleh kepintaran guru yang membuat soal tersebut.

Sedikit dari yang sudah saya tulis tentang pesimisme,

Tampaknya begitu kompleks penyebab jiwa-jiwa pesimis di negeri ini.

Tapi bukan berati kita tak bisa menyingkirkan penyakit jiwa ini.

Kita sudah tahu sedikit dari penyebab-penyebab jiwa pesimis ini.

Kita bisa mulai menghindari

Penilaian sepihak dengan ilmu yang kurang memadai

Generalisasi yang keliru atas suatu hal

Dan pendidikan yang menyuburkan pesimisme

Dengan begitu kita dapat berperan aktif dalam memberantas sifat-sifat pesismis.

g

e

8

0

Minimal memberantas pesimis yang ada di dalam diri, kemudian keluarga dan pada akhirnya negara.

Saya kutip dari buku pintar akhlak,

Ketika Nabi saw. Berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama Abu Bakar r.a.,

Suraqah ibn Malik, seorang penunggang kuda yang berani dari kaum Quraisy, langsung pergi mengejar dengan harapan mendapatkan hadiah (jika berhasil menangkap Nabi).

Ia berhasil mengejar Nabi saw. Dan Abu Bakar r.a. Ia semakin dekat.

Suraqah bersiap-siap melepas anak panahnya. Abu Bakar ketakutan.

“kita tertangkap, wahai Rasulullah. Ia adalah Suraqah, ia adalah penunggang kuda yang tidak pernah meleset dalam memanah”, ujarnya.

Lalu, bagaimana kondisi Nabi saw. Saat itu?

Dengan sangat yakin beliau berdoa,” Ya Allah, lindungilah aku dari mereka dengan sesuatu dan cara yang Kaukehendaki. Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Suraqah langsung terjatuh ke tanah.

Ia kembali menunggang kudanya dan mendekati Rasulullah. Namun kudanya kembali tersungkur dan dia jatuh.

Setelah itu, ia menaiki lagi kudanya dan jatuh tersungkur untuk ketiga kalinya.

Akhirnya Suraqah berkata,”Aku menyadari bahwa ia dilindungi (aku tidak akan bisa menaklukkan dan menyakitinya)”.

.... Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.(Q.S Yusuf: 87)

a

g

e

8

1

Sehingga pantas saja Nabi merasa optimis,

Lalu mengapa Nabi menyempatkan diri berdoa kepada Allah?

Mengapa Nabi membawa Abu Bakar kalau beliau yakin pasti selamat?

Karena Nabi ingin mengajari kita untuk bersikap optimis atas segala masalah yang kita hadapi.

Optimis adalah cahaya dalam segelap-gelapnya masalah.

Hanya optimisme yang kita punya untuk bisa bertahan di negeri yang katanya punya banyak masalah ini.

Jika kita bersikap pesimis, artinya kita kafir.

Mengapa kafir?

Berarti kita tidak percaya atas kekuasaan Tuhan yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tidak sulit bagi Allah untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan makmur.

Jadi, bagi mereka yang masih berpikir bahwa Indonesia tidak akan maju,

Berarti dia menentang kekuasaan Tuhan.

g

e

8

2

BANGSAKU (pernah) KAMPUNGAN

Pada bab ini saya menyadari bahwa tidak ada landasan ilmiah yang pasti

Tentang definisi kampungan, layaknya definisi pintar dan bodoh.

Jadi, ini merupakan bahasan yang sangat subjektif.

Silahkan jika anda tidak setuju atas pendapat yang saya paparkan di sini.

Kalau Anda setuju, mohon bukan karena persetujuan subjektif juga,

Tapi karena apa yang saya tulis ada manfaatnya untuk Anda.

Kampungan bagi saya bukan berarti orang yang berasal dari kampung.

Kampungan merupakan suatu sikap.

Sikap yang kalau orang jawa bilang, gumunan lan kagetan.

atau bahasa indonesia berarti orang yang mudah terheran-heran dan heboh.

Ada beberapa orang disekitar kita,

Yang begitu mudahnya terheran-heran jika melihat bintang baru yang muncul di televisi.

Apa lagi bintang tersebut melakukan suatu hal baru yang belum pernah ada yang melakukan hal itu sebelumnya.

Saking terheran-herannya, dia begitu memuja-muja bintang baru itu

Tanpa peduli bintang tersebut memang pantas diangkat ke publik sebagai seorang bintang atau tidak.

Mereka tak peduli pengangkatan orang itu ke publik memang karena prestasi yang patut dipuji dan diidolakan,

a

g

e

8

3

Lihat, apakah sering ada pemberitaan bahwa polisi rajin melakukan razia untuk menjaring para pelanggar aturan lalu lintas?

It’s a good news. Itu berita baik yang berarti polisi rajin melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan.

But, ah.. you know what i wanna say then...

Ga perlu dibahas lagi,

Anda pasti sudah tahu maksud saya.

Kita menghindari sikap gumunan dan kagetan bukan berati apatis terhadap sebuah prestasi

Kita harus tetap memberikan apresiasi atas sebuah prestasi

Tapi kita juga jangan lupa untuk

Memberikan sanksi jika itu sebuah wanprestasi.

Kita harus bisa memberikan tanggapan yang proporsional

Bukan tanggapan berdasarkan opini publik yang diarahkan media.

Kampungan juga bisa berarti

Kalau orang jawa bilang,

Ora kuat ndrajat

Artinya jiwa dan tingkah lakunya

Tidak pantas dengan kedudukan/ jabatannya.

Konon ada suatu kisah,

g

e

8

4

Atau bahkan bisa dikatakan sebagai orang miskin.

Kemudian Allah memberikan kesempatan untuk dia menjadi seorang milyarder,

Orang kaya raya dan memiliki jabatan penting di negerinya.

Sebetulnya Allah bisa saja menjadikan dia seorang yang kaya sejak lahir.

Namun Allah ingin dia bisa merasakan susahnya menjadi orang miskin.

Dengan harapan agar saat menjadi kaya, dia mampu menjadi orang kaya yang simpati terhadap kesulitan orang miskin.

Eh, ternyata apa yang terjadi?

Dia menjadi orang kaya yang justru berkebalikan dari harapan Allah.

Bukannya ingat dengan penderitaan saat miskin,

Dia malah memaksakan diri untuk melupakan kesengsaraannya masa lalunya

Dengan cara menghabiskan kekayaannya untuk bersenang-senang tanpa peduli

Orang-orang miskin yang dahulu berperan serta membuatnya memiliki jabatan itu.

Dia menjadi arogan dan kampungan.

Tak peduli dengan kesulitan orang-orang miskin disekitarnya.

Jiwanya seperti orang miskin yang tak punya harta.

Ketika dia punya harta, menjadi sangat tamak dan merasa itu adalah miliknya semata.

Dia merasa pantas mendapatkan apa yang dia miliki sekarang karena usahanya selama ini.

Dia belanja merek-merek dunia yang harganya selangit, tanpa peduli pengrajin lokal yang membutuhkan konsumsi dari orang-orang kaya seperti dia.

a

g

e

8

5

Berwisata keliling dunia tanpa mengelilingi Indonesia yang dianggapnya bukan tempat wisata untuk orang kaya.

Pamer kekayaan kepada tetangga-tetangga

Seakan-akan menegaskan bahwa selama ini dia telah berhasil merubah nasibnya.

Padahal pada saat yang sama, sejatinya dia sedang menegaskan bahwa dia masih menjadi orang miskin.

Sehingga dia masih tergila-gila dengan harta.

Logikanya, orang kaya tak akan tergila-gila oleh harta

karena baginya, harta itu sudah biasa ada di kehidupannya.

Masih ingat hukum adaptasi manusia?

Bahwa sesuatu yang sudah biasa dimiliki akan menjadi biasa di matanya.

Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.

Orang kaya tak akan sulit memberikan hartanya kepada orang lain

Karena baginya, harta itu biasa.

Masih punya banyak di rumahnya.

Sehingga suatu ketika Allah murka kepadanya,

Allah biarkan dia bergelimangan harta, memanjakan anak-anaknya dengan harta yang berlimpah,

Seperti sebuah syair Arab menyebutkan, “ sesungguhnya keadaan muda, menganggur dan kaya adalah tempat kerusakan manusia dari segala jurusan.”

g

e

8

6

Anak-anaknya hanya bisa menghabiskan harta warisan tanpa mampu menghasilkan harta.

Lama kelamaan Allah mengembalikan lagi keadaan keluarga tersebut seperti sedia kala,

Anak-anaknya menjadi miskin seperti ayahnya saat muda.

Keluarga tersebut akhirnya menyadari bahwa

selalu ada pelajaran dalam setiap keadaan yang terjadi pada diri manusia.

Allah tak suka yang berlebih-lebihan. Dan kekayaan itu sifatnya hanya sementara.

Kekayaan bukan untuk memperkaya diri, tapi untuk mensejahterakan mereka yang masih hidup dalam kemiskinan.

Semoga kita bisa mendapatkan pelajaran dari kisah ini.

Yang terakhir,

Kampungan itu bagi saya seperti orang yang memiliki prinsip:

“Aturan dibuat untuk dilanggar”.

Inilah orang-orang yang selalu membuat kita serba salah.

Kita biarkan, kita salah...

Kita tegur, kita yang disalahkan...

Sebetulnya mereka tahu bahwa mereka melanggar aturan.

Buktinya dia tahu, bahwa ada aturannya.

Tapi dia tahunya, aturan itu memang untuk dilanggar.

a

g

e

8

7

Entah siapa yang memberikan pemahaman bahwa aturan adalah untuk dilanggar.

Pemahaman yang aneh bukan?

Aneh, tapi nyata dan ada yang memegang teguh prinsip kampungan ini.

Memang ada yang bilang bahwa ini hanya sebuah lelucon.

Tapi lelucon yang dibiasakan akan menjadi sebuah prinsip yang jadi sebuah kebiasaan.

Betapa banyaknya pengendara motor di Jakarta yang tak menggunakan helm.

Walaupun jarak tempuhnya pendek, pengendara wajib mengenakan helm.

Karena pada dasarnya, yang wajib menggunakan helm bukan orang yang menempuh perjalanan jarak jauh, tapi orang yang mengendarai motor.

Berapapun jarak tempuhnya, kalau judulnya naik motor, ya harus pakai helm.

Saya yakin, mereka yang melanggar aturan ini bukan karena tidak tahu.

Tahu, tapi sengaja melanggar.

Lampu belakang motor harus diatur agar tidak membahayakan pengendara lain.

Seperti pada UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas,

disebutkan jika kendaraan bermotor dipasangi perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan,

yakni bumper tanduk dan lampu menyilaukan melanggar pasal 279 jo 58

dengan denda maksimal Rp 500 ribu.

Eh, dasar kampungan

Lampu belakang diganti yang menyilaukan, atau lampu depan diganti warna biru.

g

e

8

8

Biar keren katanya...

tapi pada saat yang sama,

Dokumen terkait