Upaya pengembangan air minum dalam RPIJM pada dasarnya diarahkan pada: 1. Program pembangunan prasarana air minum melalui pendekatan masyarakat di desa
miskin dan rawan air.
2. Program pengembangan air minum di Ibukota Kabupaten / Kota Pemekaran.
3. Program pengembangan air minum di Ibukota Kecamatan (IKK) yang belum mempunyai sistem dan rawan air.
4. Program penyediaan air minum bagi kawasan RSH / Rusuna. 5. Program penyehatan PDAM.
6. Program pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan.
7.
Program penyediaan air baku.Secara operasional di Kabupaten Hulu Sungai Utara upaya pengembangan air minum dilakukan oleh PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, dengan koordinasi Bappeda. Masing-masing unit dan SKPD dalam upaya pengembangan air minum ini memiliki area tanggung yang berbeda. Pembedaan peran, tugas dan fungsi dari masing-masing organisasi SKPD terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10.5 Organisasi Penyelenggara Upaya Pengembangan Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Utara
Lembaga Dasar Hukum
Bentuk
Lembaga Tugas Pokok Fungsi
Bidang Kewenangan P e re nc a na a n P e m ro gg a m a n P e la k sa na a n O pe ra si P e m e liha ra a n P e nga w a sa n 1.PDAM PerBup Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 2 Menyelenggarakan pelayanan penyediaan air bersih kepada pelanggan
Lembaga Dasar Hukum
Bentuk
Lembaga Tugas Pokok Fungsi
Bidang Kewenangan P e re nc a na a n P e m ro gg a m a n P e la k sa na a n O pe ra si P e m e liha ra a n P e nga w a sa n Tahun 2005
2.Dinas Pekerjaan Umum
Bidang Cipta Karya Perda Nomor 20 Tahun 2008 Seksi Prasarana Air Bersih dan Prasarana Lingkungan membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum dan perumahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
perumusan kebijakan teknis
di bidang pekerjaan umum dan perumahan
pembinaan, pelaksanaan
dan pengawasan cipta karya
3.Bappeda
Bidang Infrastruktur dan Tata Ruang
Perda No. 9 Tahun 2011 Sub Bidang Infrastruk- tur Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah serta melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang penataan ruang dan
statistik
Perumusan kebijakan teknis
di bidang perencanaan pembangunan, penataan ruang dan statistic.
Pembinaan dan
pengendalian bidang infrastruktur dan tata ruang
Berikut ini akan dicantumkan tabel penjabaran peran masing-masing instansi dan hubungan kerja dalam pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel 10.6 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Utara
No Instansi
Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan
Bidang Cipta Karya 1 Bappeda Perumusan kebijakan teknis di
bidang perencanaan pembangunan, penataan ruang dan statistik
Pengoordinasian di bidang penyusunan perencanaan pembangunan, penataan ruang dan statistik
Pembinaan dan pengendalian pembangunan fisik prasarana dan penataan ruang
Bidang Fisik dan Tata Ruang Sub Bidang Fisik Prasarana Sub Bidang Tata Ruang
2 Dinas PU pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan cipta karya
pembinaan dan pengawasan unit pelaksana teknis
Seksi Bangunan dan Gedung Seksi Prasarana Air Bersih dan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 10 - 31 Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019
No Instansi
Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan
Bidang Cipta Karya 3 Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (BPLH)
Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;
Pemberian dukungan atas penyelengggaraan pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup;
Pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan dan Pengendalian Lingkungan hidup;
Pembinaan, pelaksanaan pemantawan dan pemulihan lingkungan hidup
Seksi Pengawasan, Pengendalian Pengolahan Limbah dan
Pencemaran Lingkungan
Seksi Pemantauan, Pemulihan Kualitas Lingkungan dan Pengaduan Kasus Lingkungan
4 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
menyelenggarakan pengolahan, penyediaan, serta pelayanan air bersih, melalui pengelolaan infrastruktur fasilitas air bersih serta pengaturan sistem distribusi
Seksi Pemantauan, Pemulihan Kualitas Lingkungan dan Pengaduan Kasus Lingkungan
5 Dinas Pasar, Kebersihan Dan Tata Kota
Perumusan kebijakan teknis di bidang Pasar, Kebersihan dan Tata Kota;
Pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang Pasar; Pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan di bidang Kebersihan;
Pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang Tata Kota; Pembinaan dan pengawasan unit
pelaksana teknis;
Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Pasar
Bidang, Kebersihan Keamanan dan Ketertiban Pasar
Bidang Kebersihan Lingkungan, terdiri dari 2 (dua) Seksi : -Bidang Tata Kota, Pertamanan
dan Keindahan Lingkungan
6 Dinas Kesehatan pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Seksi Penyehatan Lingkungan.
Selain organisasi penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan yang telah dikemukakan di atas, terdapat organisasi yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan penyusunan RPI2-JM dan memegang peran strategis dalam pelaksanaan RPI2-JM yang akan datang di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Organisasi tersebut adalah Satuan Tugas (SATGAS) Penyusunan Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah Bidang Keciptakaryaan Kabupaten Hulu Sungai Utara yang dibentuk atas dasar SK Bupati Hulu Sungai Utara No. 412 Tahun 2013 Menurut SK Bupati tersebut organisasi Satgas RPI2-JM ini pada dasarnya bertugas untuk:
4. Tim Pengarah
b. Menentukan arah kebijakan pelaksanaan pendampingan dan fasilitasi dalam perencanaan program bidang Cipta Karya;
c. Memberikan dukungna dalam kaitan perencanaan program bidang Cipta Karya antara Kabupaten/Kota, Provinsi, serta mitra kerjasama lainnya baik di dalam dan di luar Kementerian Pekerjaan Umum.
2. Tim Pengarah
a. Merencanakan program perencanaan dan pengendalian bidang Cipta Karya;
b. Melaksanakan pembinaan kepada Kabupaten/ Kota terkait perencanaan program bidang Cipta Karya;
c. Melaksanakan pembinaan kepada Kabupaten/ Kota terkait pengendalian dan pelaksanaanprogram bidang Cipta Karya;
d. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kemampuan sumberdaya manusia untuk meningkatkan dan memperkuat tugas perencanaan dan pengendalian program di bidang Cipta Karya.
10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya
Secara umum SKPD pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang terlibat dalam penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan adalah Setda, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, PDAM, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Dinas Pasar, Kebersihan & Tata Kota. Selain itu untuk hal penyehatan lingkungan didukung oleh Dinas Kesehatan. Berikut akan dicantumkan sumber daya manusia yang dimiliki setiap SKPD yang terlibat dalam bidang keciptakaryaan.
Tabel 10.7 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Utara
Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang
Pendidikan Jabatan Fungsional
Dinas Pekerjaan Umum
Gol I/II: Orang Gol III : Orang Gol IV : Orang Pria : 36 Orang Wanita : 13 Orang < SMA : Orang SMA : Orang S1 : 26 Orang S2 : 2 Orang Jafung TBP : 6 Orang Jafung TLP : 5 Orang
Bappeda Gol I/II: Gol III : Gol IV : Pria : 20 Orang Wanita : 13 Orang S1 : 17 Orang S2 : 11 Orang Jafung TBP : 6 Orang Jafung TLP : 4 Orang PDAM Gol I/II: 49 Orang
Gol III : 13 Orang Gol IV : 2 Orang Pria : 67 Orang Wanita : 8 Orang < SMA :12 Orang SMA : 51 Orang S1 : 12 Orang Jafung Direktur : 1 Orang
Dinas Kesehatan Gol I/II: Gol III : Gol IV : Pria : Orang Wanita : Orang < SMA : Orang SMA : Orang S1 : Orang S2 : Orang Jafung TBP : Orang Jafung TLP : Orang Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Gol I/II: Gol III : Gol IV : Pria : Orang Wanita : Orang < SMA : Orang SMA : Orang S1 : Orang S2 : Orang Jafung TBP : Orang Jafung TLP : Orang
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 10 - 33 Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019
Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang
Pendidikan Jabatan Fungsional
Dinas Pasar, Kebersihan Dan Tata Kota Gol I/II: Gol III : Gol IV : Pria : Orang Wanita : Orang < SMA : Orang SMA : Orang S1 : Orang S2 : Orang Jafung TBP : Orang Jafung TLP : Orang
10.3 Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten Hulu Sungai Utara yang menangani bidang Cipta Karya.
10.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Berdasarkan pengaturan organisasi penyelanggaraan bidang Keciptakaryaan dalam peraturan-peraturan Bupati Hulu Sungai Utara masih terdapat sejumlah masalah yang perlu dtangani untuk mengoptimalkan kinerja pembangunan di bidang keciptakaryaan di Kabupaten Hulu Sungai Utara, permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Struktur organisasi yang terkait dengan RPI2-JM sudah ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Hulu Sungai Utara No. 412 Tahun 2013 Tentang Satgas Pembentukan Satuan Tugas penyusunan RPIJM bidang keciptakaryaan.
2. Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Selain itu ada tambahan instansi yang terkait dengan Satgas penyusunan RPI2-JM yaitu Dinas Pasar, Kebersihan Dan Tata Kota sudah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 6 Tahun 2011. 3. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antar instansi dan antar daerah otonom telah
menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.
4. Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya: lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan
semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya.
10.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Berikut ini akan dijelaskan analisis ketatalaksanaan bidang cipta karya di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
1. Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi yang ada dipemerintahan.
2. Masih lemahnya koordinasi yang terjadi antar instansi yang terkait dalam bidang cipta karya.
3. Belum jelas hubungan antara pengawasan dalam pengelolaan pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, serta penyehatan lingkungan permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD.
4. Lemahnya koordinasi antar instansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. 5. Kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya
keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.
10.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Sementara itu pada aspek sumber daya manusia, dengan berdasarkan pada PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, PP No. 100 tahun 2000 jo PP No. 13 tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, maka nampak bahwa dari proses penempatan pejabat struktural kunci dalam penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Banjar masih terdapat sejumlah program pengembangan kapasitas SDM yang diperlukan. Kebutuhan ini muncul karena adanya beberapa hal berikut ini:
1. Masih terdapatnya pejabat struktural yang belum menjalani proses penyesuaian kepangkatan sejalan dengan tugas jabatan struktural yang diamanatkan kepada mereka.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 10 - 35 Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019
2. Masih terdapatnya pejabat struktural yang belum dibekali dengan program pendidikan dan pelatihan yang sangat penting untuk mendukung terhadap pelaksanaan tugas dalam jabatan-jabatan struktural yang diamanatkan kepada mereka.
Kondisi mutasi personil yang baru saja dijalankan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banjar sebagai akibat penataan organisasi perangkat daerah pasca pemberlakuan PP No. 41 tahun 2007 telah menjadi penyebab belum terpenuhinya hak pengembangan kapasitas pada personil-personil pejabat struktural tersebut di atas.
10.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang Cipta Karya di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan. Berikut akan dijabarkan hasil analisis SWOT kelembagaan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Tabel 10.8 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Faktor Eksternal Faktor Internal PELUANG (O)
1) Adanya Fasilitasi Penyusunan RPI2-JM dari Pemerintah pusat; 2) Adanya komitmen dari
pimpinan Bappeda, dan Dinas PU.
3) Adanya kebijakan pemerintah mengenai penambahan anggaran untuk insfrastruktur.
ANCAMAN (T)
a. Tuntutan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, berdampak pada prinsip kehati-hatian dalam menjalankan program dan menentukan kebijakan.
b. Harus terpenuhinya target MDGs yaitu 100, 0, 100.
KEKUATAN (S)
a. Kesadaran akan pentingnya RPI2-JM b. Sudah adanya SK. Satgas
RPI2-JM.
Strategi S0 (Kuadran 1)
a. Mendorong koordinasi penyusunan fasilitasi penyusunan RPI2-JM melalui sektor keciptakaryaan;
b. Mendorong komitmen yang kuat dari pimpinan Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda untuk diteruskan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan RPI2-JM.
c. Memaksimalkan usulan program pada kawasan strategis kabupaten.
Strategi ST (Kuadran 2)
a.Memanfaatkan semaksimal mungkin tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan RPI2-JM. b.Menjadwalkan pertemuan
koordinasi secara berkala.
c. Harus mampu menganalisis untuk dijadikan usulan progam pada kawasan-kawasan yang rawan air, sanitasi dan kawasan kumuh di kawasan strategis.
KELEMAHAN (W)
a.Masih kuatnya mental birokrasi yang berdampak pada pembatasan ruang gerak pihak yang terlibat; b.Kurangnya koordinasi akibat tidak adanya alur penugasan yang jelas bagi pihak yang terlibat dalam penyusunan RPI2-JM;
c. Basis data yang belum terstruktur dengan baik, sehingga mengakibatkan pengumpulan data dan pengolahan data kurang.
Strategi W0 (Kuadran 3)
a. Proses penyusunan RPI2-JM berdasar pada ketentuan yang berlaku.
b. Penegasan kembali terhadap SK. Satgas RPI2-JM siapa saja yang terlibat dalam penyusunan.
c. Melengkapi usulan dengan readiness criteria agar dapat menyerap anggaran APBN yang lebih banyak.
Strategi WT (Kuadran 4) a. Menguatkan koordinasi antar
instansi yang terkait
keciptakaryaan untuk mencapai tujuan MDG’s dengan
menghilangkan ego pribadi. b. Peningkatan kapasitas dan
kesadaran akan pentingnya sistem kearsipan dan pendokumentasian.
10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang menangani bidang Cipta Karya.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 10 - 37 Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019
10.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada dan yang mungkin dihadapi dalam penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan, maka perlu dilaksanakan sejumlah rencana pengutaan organisasi di bawah ini :
1. Analisis Beban Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara 2. Analisis Jabatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara 3. Revisi SK Satgas Penyusunan RPI2-JM
4. Pembentukan dan pembinaan KSM lingkungan di tingkat masyarakat
10.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana
Sementara itu dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada, dan yang mungkin dihadapi dalam tata laksana penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan, maka perlu dilaksanakan sejumlah rencana penguatan tata laksana di bawah ini:
1. Peningkatan Tupoksi tugas dan tanggung jawab untuk Bidang Cipta Karya, terutama untuk Seksi berkaitan dengan pelaksanaan RPI2-JM ini. .
2. Pengembangan UPTD Pengelolaan Persampahan menjadi BLUD.
3. Penyusunan data base sistem informasi tata bangunan dan penyehatan lingkungan yang terintegrasi dari Dinas Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, PDAM, Dinas Kesehatan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Dinas Pasar, Kebersihan & Tata Kota dalam rangka menyeleraskan proses perencanaan, pemrograman, pelaksanaan pembangunan fisik, pembinaan, operasi dan pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian hingga evaluasi dan penegakkan hukum di bidang keciptakaryaan.
10.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Adapun serangkaian program yang penting untuk dilaksanakan dalam rangka memperkuat sumber daya manusia penyelenggara urusan bidang keciptakaryaan adalah: 1. Penyesuaian kenaikan pangkat untuk pejabat-pejabat yang telah memenuhi persyaratan 2. Perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan
organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
3. Peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU sebagai berikut :
Tabel 10.9 Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan 10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan
Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
Tabel 10.10 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Aspek
Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
Organisasi
Mendorong koordinasi fasilitasi penyusunan RPI2-JM melalui sektor keciptakaryaan.
Semua instansi yang menjadi Satgas RPI2-JM ikut berperan aktif dalam koordinasi.
Melengkapi usulan dengan readiness criteria agar dapat menyerap anggaran APBN yang lebih banyak.
Melakukan penyusunan dokumen perencanaan yang belum disusun. Menguatkan koordinasi antar instansi
yang terkait keciptakaryaan untuk
mencapai tujuan MDG’s dengan
menghilangkan ego pribadi.
Koordinasi yang melibatkan stakeholder yang terkait keciptakaryaan.
Mendorong komitmen yang kuat dari pimpinan Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda untuk diteruskan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan RPI2-JM
Peningkatan Tupoksi tugas dan tanggung jawab untuk Bidang Cipta Karya, terutama untuk Seksi berkaitan dengan pelaksanaan RPI2-JM ini.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 10 - 39 Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019
Aspek
Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
secara berkala. koordinasi
Tata Laksana
Penegasan kembali terhadap SK. Satgas RPI2-JM siapa saja yang terlibat dalam penyusunan.
Menindak lanjuti keikutsertaan siapa saja yang terlibat sesuai dengan jabatan dalam kedinasan yang disebutkan di SK. Satgas RPIJM
Memaksimalkan usulan program pada kawasan strategis kabupaten
Usulan disertai dengan readiness criteria
Sumber Daya Manusia
Peningkatan kapasitas dan kesadaran akan pentingnya sistem kearsipan dan pendokumentasian
Peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan Memanfaatkan semaksimal mungkin
tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan RPI2-JM
Peran aktif anggota Satgas dalam proses penyusunan dokumen RPI2-JM
Harus mampu menganalisis untuk dijadikan usulan progam pada kawasan-kawasan yang rawan air, sanitasi dan kawasan kumuh di kawasan strategis.
Peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan