• Tidak ada hasil yang ditemukan

Becak BSA merupakan alat transportasi yang hanya dapat kita temui dan khas kota Pematangsiantar, mengingat keberadaannya yang sudah ada sejak awal tahun 1960 di Pematangsiantar. Situasi ini harusnya dapat menjadi nilai positif bagi para penarik becak BSA dengan nilai jual sejarah dan keunikan motor bermesin besarnya, namun kini para penarik becak BSA mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya dan berpeluang menimbulkan efek negatif di masyarakat, kriminalitas misalnya.

Keberadaan Becak Siantar telah melegenda di Sumatera Utara, Indonesia, bahkan dunia. Hal tersebut dikarenakan Pematangsiantar merupakan satu-satunya kota di dunia yang menggunakan sepeda motor gede merk BSA secara massal. Perjalanan waktu sejak zaman penjajahan telah membuktikan kehandalan dan ketangguhan mesin sepeda motor BSA melewati rute naik turun, ciri tipologi kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit.

Becak Siantar unik karena digerakkan oleh mesin sepeda motor merek BSA (Birmingham Small Arm) buatan kota Birmingham, Inggris, yang kini tidak ada lagi pabriknya dan sudah tidak di produksi. Umumnya sepeda motor BSA yang digunakan tipe M 20 buatan tahun 1938 – 1948 berkapasitas mesin 500 cc, dan tipe ZB 31 buatan tahun 1950 – 1956 berkapasitas mesin 350 cc.

BSA dan becaknya sudah menjadi public domain/ milik masyarakat kota Pematangsiantar, hal ini dikarenakan keberadaan becak Siantar yang sudah berpuluh-puluh tahun beroperasi di kota Pematangsiantar sehingga menjadi ciri khas dari kota Pematangsiantar.

Menarik untuk diketahui, pada medio Mei 2006 Becak BSA sudah mau di bumi hanguskan diganti dengan becak motor bermesin Jepang oleh oknum DPRD kota Pematangsiantar beserta aparat terkait. Hal ini ditentang oleh masyarakat kota Pematangsiantar baik abang becak BSA, tokoh agama, pemuda dan elemen masyarakat lainnya, namun hal itu tidak dihiraukan semua dianggap angin lalu. Dalam situasi atmosfir konfrontasi ditengah pesimistis masyarakat Siantar untuk mempertahankan becak BSA, lahirlah organisasi BOM’S (BSA Owner Motorcycle’ Siantar) sebagai jawaban. Terdiri dari para bikers dan abang-abang becak BSA, bersatu padu menentang keras kebijakan penghapusan tersebut dan menuntut agar segera menghentikan keinginan barbar penguasa menghilangkan bukti bisu sejarah kota Siantar (Becak BSA), akhirnya keputusan penghapusan itu gagal total dan dapat dihentikan oleh organisasi BOM’S, melalui perjuangan panjang yang tak kenal lelah dengan tekad “ Maju bersama sampai tetes darah terakhir!”.

Becak Siantar seharusnya sudah dapat dijadikan salah satu situs purbakala/cagar budaya dan resmi dimasukkan dalam Peraturan Daerah (Perda) agar dilarang keluar dari kota Pematangsiantar, ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, disebut setiap benda peninggalan sejarah diatas usia 50 tahun dapat dinyatakan cagar budaya dan wajib dilindungi pemerintah. Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tuidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah

perkembangan manusia (kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpcbmakassar/2014/01/25/undang-undang-

nomor-11-tahun-2010-tentang-cagar-budaya).

Becak Siantar, selain menjadi kendaraan angkutan umum, dapat diandalkan menjadi sumber pemasukan devisa negara dan pemerintah daerah sebagai obyek wisata sejarah, karena keunikannya sekaligus menambah pendapatan ekstra bagi masyarakat yang berprofesi sebagai penarik Becak BSA, dengan konsep memasukkannya dalam Peraturan Daerah sebagai kendaraan angkutan pariwisata resmi satu-satunya. Sehingga bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara yang singgah di kota Pematangsiantar, diwajibkan menggunakan becak BSA untuk trip wisata kota yang teknisnya dapat diatur sedemikian rupa.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya wahana perjuangan dan pergerakan yang kuat, mampu menyalurkan aspirasi dan menyatukan saluruh potensi pengguna, pemilik, penggemar dan pecinta motor tua bermerk BSA dikota

Pematangsiantar dengan suatu cita-cita dapat melestarikan becak BSA dan menjadikannya sebagai situs cagar budaya serta ikon kota Pematangsiantar. Maka komunitas, dan perkumpulan pengguna, pemilik, penggemar, dan pecinta motor BSA mendirikan sebuah wadah organisasi sosial yang berangkat dari kesamaan cita-cita dengan nama BSA Owner Motorcycle’ Siantar (BOM’S). Menurut Oliver Sheldon (1923) : Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efesien, sistematis, positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia..

BOM’S didirikan pada 25 Juni 2006, di Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara, untuk waktu yang tidak terbatas. Sifat dan bentuk BOM’S yang tertuang dalam AD/ART pasal 3 (sifat dan bentuk), merupakan Organisasi otomotif motor tua roda dua dan roda tiga (becak) khususnya merk BSA yang bersifat terbuka untuk semua warga negara Republik Indonesia, tanpa membedakan suku bangsa, ras, profesi, jenis kelamin, agama, dan kepercayaan terhadap terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

BOM’S memiliki 2 divisi dalam struktur organisasinya, yaitu divisi roda dua (bikers) dan divisi roda tiga (becak). Divisi roda dua BOM’S memiliki 30 anggota dan divisi roda tiga berjumlah 320 anggota.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BOM’S KETUA UMUM

H. Kusma Erizal Ginting, SH

Ketua Divisi Bikers Lim Cen Yen (Akuang)

Ketua Divisi Becak Safii (Ucok Ondon)

Sekretaris Divisi Bikers Alvin Husein Nst., SH

Bendahara Divisi Bikers Glory Losari (Aseng)

Sekretaris Divisi Becak M. Nuh

Bendahara Divisi Bikers Yatmianto Bidang Humas Divisi Bikers Edi Wirya, SH Bidang Logistik Divisi Bikers Tjin Tji (Toni) Bidang Kegiatan Divisi Bikers Arie Wijaya Bidang Humas Divisi Becak Tono Bidang Logistik Divisi Becak Hermanto Bidang Kegiatan Divisi Becak Hamdan

2.2.1 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BOM’S

Berikut isi dari Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga BOM’S :

Pendahuluan

Keberadaan becak BSA di kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia telah melegenda. Becak BSA merupakan satu-satunya angkutan umum di dunia yang masih menggunakan sepeda motor gede merek Birmingham Small Arm (BSA) secara massal. Perjalanan waktu sejak zaman penjajahan telah membuktikan kehandalan dan ketangguhan mesin sepeda motor BSA melewati rute naik turun, ciri topologi kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit.

Becsk BSA unik karena digerakkan oleh mesin sepeda motor merek BSA buatan kota Birmingham, Inggris, yang kini tak ada lagi pabriknya dan sudah tidak diproduksi. Umumnya sepeda motor BSA yang digunakan adalah tipe M20 buatan tahun 1939 sampai 1948 berkapasitas mesin 500 cc, dan tipe ZB31, BB31 dan B31 buatan tahun 1950 sampai 1956 berkapasitas mesin 350cc

Becak BSA selain menjadi kendaraan angkutan umum, dapat diandalkan untuk menjadi sumber pemasukan devisa negara, pemerintah daerah dan penarik becak BSA itu sendiri sebagai obyek wisata sejarah mengingat becak BSA sudah merupakan benda cagar budaya, disebut setiap benda peninggalan sejarah diatas usia 50 tahun dapat dinyatakan cagar budaya dan wajib dilindungi pemerintah. Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak

maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

Pada pertengahan Mei 2006 becak BSA akan diremajakan dengan becak bermesin Jepang oleh oknum DPRD Kota Pematangsiantar beserta aparat terkait, hal ini kemudian ditentang oleh masyarakat kota Pematangsiantar baik penarik becak, tokoh agama, pemuda dan elemen masyarakat lainnya. Pada momen inilah lahir organisasi BOM’S (BSA Owner Motorcycle’ Siantar) sebagai satu-satunya organisasi yang secara terus menerus memperjuangkan agar rencana penghapusan becak BSA tidak dilaksanankan dan pada akhirnya dibatalkan.

Setelah berhasil menggagalkan upaya peremajaan becak BSA, maka dirasa perlu untuk terus mendampingi dan mengayomi para penarik becak BSA di Kota Pematangsiantar maka dengan memohon Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, untuk mencapai cita-cita tersebut dibentuklah Komunitas dan Perkumpulan penggemar, pemiliki, pengguna dan pecinta motor BSA dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

Dokumen terkait