• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pelabuhan Perikanan

Beberapa defenisi mengenai Pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut: 1) Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/ atau bongkar muat ikan yang

Melayani angkutan barang LN Melayani angkutan barang DN Melayani angkutan penumpang FUNGSI PELABUHAN Menunjang kehidupan penduduk Perbaikan lingkungan hidup Pemukiman Kegiatan/ tempat rekreasi Kegiatan kemasyarakatan Bantuan untuk bencana alam Ekspor Impor Antar daerah Antar pulau Regional Serktoral Menunjang pembangunan daerah belakang

Pembangunan industri di daerah pelabuhan

Pembangunan industri di pantai

Suplai tenaga listrik Menunjang industri

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2004).

2) Pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyrakat

perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun pemasarannya (Dirjend. Dep. Pertanian RI 1981).

3) Tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha

perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional

tampat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil penanganan

pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan (Dept. Perhubungan 1996).

4) Jepang sebagai negara terkemuka dalam bidang perikanan

mendefinisikan pelabuhan perikanan atau ‘ Fishing Port ‘ sebagai

berikut: ‘….. is a composition of water area, land area and facilities to be used as a natural or artificial fishing base, which is designated by the Minister of Agriculture and Foresty, ……

Selain memiliki fasilitas-fasilitas pokok seperti penahan gelombang (breakwater), dermaga (pier, ,jetty, wharf) dan kolam pelabuhan (basin) dan fasilitas fungsional umum seperti gedung perkantoran, bengkel, gudang, tempat parker, jalan raya, jalan kereta api/ lori dan sebagainya sebagaimana pelabuhan niaga umumnya, harus pula dilengkapi dengan fasilitas yang mutlak dibutuhkan untuk menunjang kelancaran aktivitas usaha perikanan tersebut seperti misalnya tempat pendaratan, pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, perlengkapan fish processing, pengadaan sarana penangkapan dan lain sebagainya. Selain memberikan perlindungan bagi kapal-kapal perikanan yang mengisi bahan baker, mendaratkan ikan maupun yang berlabuh, melayani penanganan dan pemrosesn hasil tangkapan serta tata niaganya, pelabuhan perikanan harus pula dapat melayanai kebutuhan nelayan untuk beristirahat atau melakukan kegiatan sosial lainnya di daratan (Murdiyanto 2004). Berdasarkan skala layanan dan kegiatan usahanya pelabuhan perikanan dibedakan empat tipe (DKP 2006) sebagai berikut:

2.3.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Pelabuhan perikanan kelas A yang skala layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan usaha perikan di wilayah laut territorial ZEEI dan wilayah perairan internasional.

2.3.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Pelabuhan perikanan kelas B yang skala layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan usaha perikanan ZEEI.

2.3.3 Pelabuhan Perkanan Pantai (PPP)

Pelabuhan perikanan kelas C yang skala layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan usaha perikanan di wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut territorial dan ZEEI.

2.3.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Pelabuhan perikanan kelas D yang skala pelayanannya sekurang-kurangnya mencakup usaha perikanan di wilayah perairan pedalaman dan perairan kepulauan. Tempat Pendaratan Ikan(TPI) yang belum ditetapkan statusnya sebagai PPI dikategorikan sebagai PPI.

Secara geoekonomi laut Indonesia mengantungi potensi sumberdaya dengan keunggulan komparatif ataupun kompetitif. pembagian ruang dan wilayah perairan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar. 3 Potensi perairan NKRI

Sumber: Lubis dan Chaussade et al. (Manapa 2011b)

2.4 Foreland

Perikanan menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: Kep.10/ Men/ 2004, pasal 1 ayat 1 dan 3, tentang ketentuan umum, yang dimaksud dengan Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Lalu penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam

keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, atau mengawetkan.

Perikanan tangkap merupakan suatu kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam, khususnya kegiatan penangkapan dan pengumpulan berbagai jenis hasil tangkapanyang ada di lingkungan perairan laut. Lingkungan atau wilayah perairan sebagai sumber hasil tangkapan dikenal dengan istilah fishing ground yang juga dikenal dengan istilah lain dengan pemahaman yang sama, yaitu wilayah produksi (foreland). Dalam upaya pengumpulan dari dan ke wilayah fishing ground tersebut membutuhkan dukungan kemampuan dan sarana yakni : nelayan, kapal perikanan, alat tangkap, jenis hasil tangkapan, dan perjalanan hasil tangkapan, yang didefenisikan sebagai berikut :

2.4.1 Tenaga kerja perikanan tangkap

Menurut UU No 13 tahun 2004 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan /atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyrakat.

Tenaga kerja perikanan tangkap adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat pada kegiatan perikanan tangkap, baik langsung maupun pada kegiatan pendukung. Termasuk dalam pengertian ini adalah:nelayan, pengumpul ikan, bakul ikan, pengolah ikan, pengrajin kapal, pembuat/ pereparasi kapal, pembuat/ pereparasi alat penangkapan ikan, pembuat/ pereparasi alat bantu penangkapan ikan, pekerja pada unit usaha/ industri pengolahan hasil perikanan, pekerja pada unit usaha pemasaran hasil perikanan, tenaga kerja pada kegiatan pendukungan usaha penangkapan ikan yang berada pada suatu kawasan pelabuhan perikanan atau tenaga yang menangani kegiatan tambat labuh dan pemasok logistic melaut (DKP 2006).

Nelayan adalah pelaku penting dalam aktivitas perikanan tangkap di laut selain sarana produksi (kapal, alat tangkap), mobilitas para nelayan adalah salah satu ciri dari beberapa karakteristik perikanan tangkap Indonesia. (Lubis et al. 2005). Dalam bidang statistik perikanan tangkap, nelayan adalah orang yang dalam pekerjaannya secara aktif melakukan/ terlibat dalam operasi penangkapan

ikan, termasuk juru mudi, juru mesin, fishing master, dan ABK (DKP 2006). yang bekerja di atas kapal penangkapan ikan dimasukkan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu/ kapal, tidak termasuk sebagai nelayan, bahkan keluarga nelayan (isteri, anak dan orang tua ) tidak dikategorikan sebagai nelayan. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut:

1)Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/ binatang air lainnya/ tanaman air.

2)Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan/

binatang air lainnya/ tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. 3)Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan.

2.4.2 Kapal perikanan

Kapal penangkap ikan merupakan satu unsur yang tak terpisahkan dalam kesatuan unit penangkapan ikan dengan alat tangkap dan nelayan. Kapal penangkap ikan beragam konstruksi dan ukurannya. Hal ini tergantung pada jenis alat tangkap ikan yang akan dioperasikannya. Secara prinsip , ada perbedaan konstruksi dan penataan di atas kapal ikan dibanding jenis kapal lain. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, budidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian perikanan. Bedasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan Indonesia, kapal perikanan terdiri atas kapal penangkap ikan dan kapal <pengangkutan (http://www.pipp.dkp.go.id./pipp2/kapalapi_index.html). Kapal penangkap ikan dikelompokkan (DKP 2006) menjadi:

(1) Perahu tanpa motor:jukung dan perahu papan (kecil kurang dari 7 m, sedang panjangnya antara 7-10 m, dan besar panjangnya 10 m ke atas).

(2) Perahu motor temple:

< 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, ≥ 30 GT (3) Kapal motor:

< 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 20- 30 GT, 30-50 GT, 50-100 GT, 100-200 GT, 200-500 GT, 500-1000 GT, ≥ 1000 GT.

Berdasarkan fungsinya, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan pasal 34 mengelompokkan kapal ikan menjadi:

(1) Kapal penangkap ikan (2) Kapal pengangkut ikan (3) Kapal pengolah ikan (4) Kapal latih ikan

(5) Kapal penelitian perikanan

(6) Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan

Berdasarkan jenis alat penangkap ikan yang dioperasikannya, ragam kapal penangkap ikan dapat dikemukakan menjadi:

(1) Kapal pukat udang (2) Kapal pukan cincin

(3) Kapal jaring insang kapal rawai (4) Kapal huhate

(5) Kapal tonda (6) Kapal payang

(7) Kapal pengumpul kerang (8) Kapal penangkap lobster

2.4.3 Alat tangkap

Alat penangkapan ikan adalah alat sarana, perlengkapan , atau benda lain yang dipergunakan untuk menangkap ikan (DKP 2006). Jenis alat penangkap ikan sangat banyak ragamnya sesuai dengan beragam sifat dan perilaku sasaran

tangkap. Jenis sasaran tangkap sangatlah beragam dengan kondisi yang terkonsentrasi maupun menyebar di suatu lingkungan perairan. Berdasarkan perilaku sasaran tangkap, maka konstruksi alat penangkap ikan pun menjadi beragam pula, ada alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif atau sebaliknya pasif, ada alat penangkap ikan yang dioperasikan di lapisan perairan bagian permukaan, adal alat penangkap ikan demersal yang banyak hidup di dasar perairan, dan sebagainya. Alat penangkap ikan dapat dikelompokkan berdasarkan konstruksi, cara pengoperasian, dan jenis sasaran tangkapnya, antara lain:

(1) Pukat tarik (2) Pukat kantong (3) Pukat cincin (4) Jaring insang (5) Jaring angkat (6) Pancing

(7) Perangkat dan penghadang

(8) Alat pengangkap ikan dengan penggiring (9) Alat pengumpul

2.4.4 Jenis hasil tangkapan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan pasal 1, Ikan adalah segala jenis organisma yang seluruh atau sebagaian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan, lalu sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Menurut UU no.45 Tahun 2009, jenis ikan adalah:

(1) Pisces (ikan bersirip)

(2) Crustacean (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya)

(3) Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya) (4) Amphibia (kodok dan sebangsanya)

(5) Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya) (6) Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya) (7) Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan yang hidupya di dalam air, dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis

tersebut di atas.

Menurut habitatnya, ikan dikelompokkan lagi menjadi ikan pelagis, demersal, dan ikan karang. Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dikelompokkan lagi menjadi ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan demersal dikelompokkan lagi menjadi ikan demersal besar dan ikan demersal kecil. Sumber daya ikan karang dikelompokkan menjadi kelompok ikan hias dan ikan konsumsi.

2.4.5 Transpor Perikanan Tangkap

Hasil tangkapan komoditi unggulan yang diperoleh dalam kondisi segar belum tentu tetap segar sampai ke konsumen atau sampai ke tempat pengolahan, demikian pula hasil tangkapan yang diperoleh dalam kondisi hidup. Hal ini bergantung pada cara dan lama tertangkapnya ikan serta penamganan yang dilakukan terhadap hasil tangkapan di atas kapal. Tahap-tahap menelusuri perjalanan hasil tangkapan mulai dari ditangkap dari laut hingga sampai ke konsumen yang dilihat pada Gambar 4 pada halaman 25, adalah:

(1) Pekerjaan diawali dari pengetahuan tentang komoditi unggulan perikanan tangkap tertentu, mahasiswa harus mencari tahu tentang lokasi penangkapan, siapa dan atau perusahaan mana yang melakukan kegiatan penangkapan, serta jenis alat penangkap ikan apa yang digunakan untuk menangkapnya. Buatlah bagan alir perjalanan hasil tangkapan dimulai dari hasil tangkapan tersebut diangkat dari laut. (2) Setelah diangkat dari laut, hasil tangkapan mendapat perlakuan bagaimana.

(3) Sesampainya di tempat pendaratan siapa yang membawa hasil tangkapan ini dan kemana. Pada gambar tampak bahwa sedikitnya

terdapat empat alternatif yang bisa menjadi pola perjalanan hasil tangkapan sampai ke tujuan akhir, namun jika diruntut satu per satu jalur, maka pola tersebut bias melebihi empat macam.

(4) Selanjutnya membuat bagan alir hingga tergambarkan awal

perjalanan sampai ke tempat terakhir hasil tangkapan itu berada, apakah sampai di konsumen atau di tempat pemasaran atau

Gambar 4 Sketsa perjalanan hasil tangkapan secara umum Sumber: Diniah (2008)

Agar mutu atau kualitas produk terjamin tiba pada konsumen tentu

membutuhkan suatu upaya sistem perangkutan yang mendukung harapan tersebut. Sistem perangkutan tersebut adalah cold chain system dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. 1 3 Hasil Tangkapan Pengumpul 1 (kecil-bakul) Perusahaan Pengumpul Perusahaan Penangkapan Pengumpul 2 (sedang) Pedagang Eceran Pengumpul 3 (besar/eksportir) Pedagang Eceran Antar Pulau Pedagang Eceran Konsumen Lokal Perusahaan Pengolah Pedagang Eceran Manca Negara Konsumen Antar Pulau Konsumen Manca Negara Pedagang Eceran Antar Pulau Pedagang Eceran Manca Negara 2 4

Gambar 5 Cold chain system

Jenis produk:

Parameter tingkat mutu produk sebagai prioritas nilai tambah added value bagi konsumen diklasifikasikan sebagai sebagai berikut:

(1) Ikan hidup (Live fish)

(2) Ikan segar -2° ÷ -5° (Sashismi Quality) (3) Ikan beku -25° ÷ -30° (Frozen Fish) (4) Deep Frozen -60°

Dokumen terkait