• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

Dalam dokumen TESIS MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER BAB (Halaman 55-62)

METODOLOGI PENELITIAN A Metode dan Pendekatan Penelitian

PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2.2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

a. Paparan Data Berdasarkan Pengamatan

Beberapa informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang diperoleh dari hasil pengamatan pada Selasa, 12 September dan Kamis 14 September 2016 adalah sebagai berikut (lampiran TO-1, TO-2):

Pertama, profil siswa sekolah ini mudah sekali diidentifikasi, karena disiplin dalam keseragaman dari ujung kaki sampai ujung rambut. Hal menarik

lagi yang ditemukan pada saat pengamatan adalah kebiasaan memberi salam (selamat pagi, siang, sore) kepada sesama, baik warga sekolah maupun tamu yang datang berkunjung. Siswa bisa saja memberikan salam lebih dari 1 kali menyesuaikan dengan berapa kali mereka berpapasan dengan orang lain.

Kedua, konsistensi dalam penegakkan disiplin juga terlihat, ketika peneliti mendapati beberapa siswa kelas XII yang dikeluarkan dari kelas oleh gurunya karena sibuk bercerita dan tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Hal berbeda peneliti jumpai di kelas X dan XI. Pada saat pelajaran sedang berlangsung, mereka tampak serius dan terlibat aktif dalam diskusi. Di rombongan belajar yang lain, peneliti melihat siswa dalam kelompok-kelompok sedang mempersiapkan diri untuk tampil dalam pelajaran seni-budaya. Mereka terlihat bekerjasama dan kreatif dalam berlatih menyanyikan lagu daerah.

Ketiga, pada sepanjang hari tertentu dan beberapa kesempatan lainnya peneliti memperhatikan siswa yang senantiasa rapih dalam berpakaian. Tak satupun dari siswa perempuan yang ukuran roknya di bawah lutut dan siswa laki- laki tak pernah terlihat kemejanya berada di luar celana.

b. Paparan Data Berdasarkan Wawancara

Informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon pertama-tama diperoleh dari kepala sekolah sebagai berikut:

Pelaksanaan pendidikan karakter sebagaimana yang kami rencanakan itu berlangsung pada beberapa momen penting, Pertama, di dalam kelas. Pendidikan karakter diintegrasikan pada setiap mata pelajaran, sehingga setiap guru bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan karakter di kelas. Kedua, pelaksanaan pendidikan karakter berlangsung di dalam kegiatan ekstrakurikuler. Selain mengembangkan minat dan bakatnya, siswa juga melatih diri bekerja sama dalam kelompok dan membiasakan diri dengan aktivitas-aktivitas positif. Ketiga, pelaksanaan pendidikan

karakter berlangsung melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi, pembinaan pada apel pagi, dan pembinaan-pembinaan langsung di tempat (on the spot). Nilai-nilai yang ditekankan dalam pendidikan karakter di sekolah kami adalah nilai-nilai sebagaimana tercantum dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Metode yang kami gunakan adalah pengulangan dan pembiasaan. Nilai-nilai penting seperti religius, disiplin, jujur, saling menghargai, tanggung jawab selalu kami “ingat-ingatkan”, “sampai-sampaikan” baik kepada siswa maupun guru dan pegawai. Dengan harapan mereka selalu ingat dan membiasakan diri menghayati dan menghidupi nilai-nilai itu (TW-1-AP).

Pelaksanaan pendidikan karakter erat kaitannya dengan program-program yang dibuat oleh bidang kesiswaan bersama dengan OSIS. Hal ini dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sekaligus pengasuh asrama sebagai berikut:

Program-program dari siswa dalam hal ini Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan tanggung jawab kami. Bidang kesiswaan mendampingi OSIS dalam kegiatan-kegiatan seperti Valentine’s day (hari kasih sayang setiap 14 Februari), pemilihan putra-putri binsus yang kriterianya mendekati kriteria putra-putri Tomohon. Mereka yang dicalonkan adalah yang memiliki kualitas baik akademik, maupun karakter. Melalui kegiatan ini kami berharap para siswa termotivasi untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas mereka sebagai siswa untuk kesuksesan mereka di masa depan. Kami melarang siswa membawa gadget atau smartphone di sekolah dan asrama. Mereka hanya boleh memegang handphone standar (hanya khusus menelpon dan kirim pesan). Hal ini untuk menjaga penyalahgunaan media, seperti mengambil foto atau video berbau pornografi. Kami memberikan tanggung jawab kepada OSIS untuk memimpin dan mengontrol teman-teman mereka baik di sekolah, maupun di asrama. Di harapkan melalui kesempatan itu mereka dapat berlatih

leadership dan menjadi partner sekolah untuk memastikan terciptanya situasi belajar yang kondusif di sekolah dan asrama, serentak mereka juga menjadi role model atau panutan bagi siswa lainnya. Masalah yang terjadi di asrama adalah juga masalah sekolah. Untuk itu kami bekerja dalam koordinasi dengan semua komponen sekolah (pimpinan sekolah, guru- guru mata pelajaran, guru BK, guru koordinator kelas, guru pembimbing akademik, pegawai, OSIS), asrama (pengasuh asrama), dan orangtua siswa. Kontrol kami lakukan bersama, dan komunikasi dengan orangtua juga kami sering lakukan (TW-2-NP).

Hal senada disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang hubmas, khususnya tentang pemanfaatan media komunikasi dalam kaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter. Pernyataannya adalah sebagai berikut:

Peran Hubmas dalam pelaksanaan pendidikan karakter khususnya pada pemanfaatan media. Kami melarang siswa membawa gadget atau

smartphone di sekolah. Tetapi ketika mereka pulang ke rumah mereka bebas menggunakan itu, jadi kami selalu mengingatkan mereka untuk bersikap kritis terhadap media. Ketika mereka menggunakan facebook

misalnya, mereka diingatkan untuk memperhatikan postingan mereka agar berusaha menjaga nama baik sendiri, keluarga dan sekolah. Semua pihak di sekolah dan asrama berupaya mengingatkan siswa agar memperhatikan hal ini. Bidang Hubmas bertanggung jawab mengelola website dan

facebook sekolah. Melalui media ini kami mempublikasikan kegiatan- kegiatan positif yang dilakukan oleh siswa dan guru sebagai dokumentasi, sekaligus apresiasi kepada siapa saja yang terlibat. Selain itu pelaksanaan pendidikan karakter juga berlangsung saat kegiatan belajar mengajar. Contohnya karakter religius. Indikatornya adalah siswa ikut dalam doa di awal dan akhir pembelajaran (TW-3-ES).

Pelaksanaan pendidikan karakter terlasana secara integratif dalam mata pelajaran dan program-program sekolah serta melibatkan juga pihak eksternal . Hal ini dikemukakan oleh guru Seni Budaya merangkap Bahasa Inggris dan Muatan Lokal (Prakarya dan Kewirausahaan) sebagai berikut:

Implementasi pendidikan karakter berlangsung secara integratif dalam pembelajaran di kelas. Guru tidak hanya mentransfer ilmu, melainkan mendidik karakter siswa. Setiap guru bertanggung jawab atas hal ini. Pada pembelajaran Seni Budaya khususnya, di samping siswa mengembangkan minat dan bakatnya di bidang seni, mereka juga dilatih untuk menghargai perbedaan budaya, toleransi, cinta tanah air, dan menjaga keharmonisan. Sedangkan pada pembelajaran Bahasa Inggris, melalui kegiatan diskusi kelompok, mereka dilatih untuk bekerjasama, jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Untuk memastikan jalannya pendidikan karakter di dalam kelas, guru membuat tata tertib kelas dengan tetap memperhatikan iklim belajar yang kondusif. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya berlangsung di kelas. Ada banyak kegiatan sekolah yang menjadi wadah pengembangan karakter siswa. Salah satu yang menarik perhatian kami adalah program katekisasi calon sidi. Banyak nilai-nilai karakter yang ditanamkan. Dalam melaksanakan program ini, sekolah bekerjasama

dengan beberapa Gereja, seperti GMIM Sion Tomohon, GMIM Baith- Lahim Talete, dan GMIM Kuranga Talete-2, dan GMIM Maranatha Kakaskasen. Terdapat satu tim Pembina katekisasi sekolah yang terdiri dari guru Pendidikan Agama Kristen yang dibantu oleh guru-guru yang sesuai dengan tema katekisasi dalam kerjasama dengan tim pembina katekisasi jemaat setempat. Kegiatan persiapan berupa kursus dilaksanakan kurang lebih 3-4 bulan (TW-4-CK).

Pelaksanaan pendidikan karakter berlangsung dalam proses belajar- mengajar termasuk pada pelajaran Teknologi Informasi Komputer. Hal ini diutarakan oleh guru pengajar mata pelajaran ini sebagai berikut:

Pelajaran dibuka dan ditutup dengan doa. Nilai yang ditekankan di sini adalah nilai religius. Selanjutnya dalam proses pembelajaran, ada diskusi- diskusi kelompok dan presentasi. Dari kegiatan ini siswa melatih dan mengembangkan nilai kerjasama dan kepercayaan diri. Selain itu siswa dilatih disiplin. Indikatornya adalah siswa mengumpulkan tugas pada waktu yang ditetapkan, masuk kelas pada waktunya. Secara khusus pada pelajaran TIK, sangat penting menumbuhkan nilai-nilai tanggung jawab dan berpikir kritis, sebab berkaitan dengan penggunaan media, seperti internet. Sedangkan untuk nilai kejujuran, dilihat dari kegiatan ujian. Mereka harus mengerjakan ujian secara mandiri, tidak bekerjasama dengan teman ataupun menyontek (TW-6-DP).

Budaya sekolah adalah indikator dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah ini. Informasi ini disebutkan oleh guru Pendidikan Agama Kristen merangkap pengasuh asrama sebagai berikut:

Pendidikan karakter terlaksana lewat program sekolah, khususnya bidang kesiswaan, pembinaan pada apel pagi, upacara bendera, ibadah pagi dan malam, dan pemeriksaan atribut-atribut sekolah yang berlaku di sekolah dan asrama, serta etiket dalam pergaulan. SMA Kristen 2 Binsus Tomohon ini dulu pernah dijadikan “Sekolah Model”, sehingga kami berupaya menciptakan kultur sekolah dimana para siswanya beriman, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan seterusnya (TW-9-DMP).

Selanjutnya, dari pihak guru Bimbingan dan Konseling juga sebagai tamatan dari sekolah ini, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah berlangsung sebagai berikut:

Topik-topik yang kami bahas dalam layanan klasikal, sering harus ditindak lanjuti dalam program layanan individual. Jika hasil dari layanan ini belum juga terlihat, maka guru BK akan meneruskan masalahnya sampai kepada pengasuh asrama dan guru PA (pembimbing akademik). Setiap siswa dibuatkan kartu kontrol bimbingan, agar dapat dipantau perkembangannya. Tidak hanya layanan yang sifatnya responsif yang diberikan oleh BK, tetapi banyak juga siswa yang atas inisiatifnya sendiri datang ke ruang BK untuk konsultasi atau menghubungi kami lewat telepon (di luar jadwal bimbingan sekolah/asrama). Dalam melaksanakan tugas sebagai guru BK, kami bekerjasama dengan semua guru dan pengasuh. Selalu ada koordinasi diantara kami. Kami juga memiliki program kerja seperti meditasi siswa kelas XII dalam rangka persiapan ujian nasional, dan ada 2 target yang sedang kami upayakan, yaitu kegiatan refleksi siswa kelas X setiap 3 atau 4 bulan, dan leadership untuk kelas XI. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini berdampak sangat positif terhadap siswa. Mereka memiliki kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kreativitas, dan kepercayaan diri yang kuat ketika lulus dari sekolah ini (TW-5-SK).

Informasi-informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang diperoleh baik dari pihak pimpinan sekolah, dan guru di atas semakin diperkuat dan diperjelas oleh informasi dari beberapa siswa yang diwawancarai sekaligus. Secara bergantian mereka mengemukakan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini sebagai berikut:

Kami memiliki jadwal yang teratur di asrama. Jam 05.00 kami sudah harus bangun dan langsung mandi. Pada jam 06.00 kami harus berkumpul di aula untuk ibadah pagi bersama selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu kami apel di sekolah pada jam 06.45. pada apel ini kami mendapatkan pembinaan atau pengarahan dari kepala sekolah atau guru yang bertugas apel. Kami belajar sampai jam 13.45. Sesudah itu makan siang di asrama dilanjutkan dengan mandi, karena pada jam 15.30 kami siswa kelas XII masih ada kegiatan bimbingan belajar (bimbel) persiapan ujian nasional, sedangkan adik-adik kelas belajar mandiri di aula. Kami makan malam jam 18.00-19.00, setelah itu belajar mandiri dan ibadah malam pada jam 21.00. Sebenarnya kami harus tidur jam 21.30. Tetapi terkadang banyak di

antara kami tidur sampai larut malam karena masih banyak tugas-tugas mata pelajaran yang harus kami selesaikan, atau karena esok harinya ada ujian kami perlu tambahan waktu untuk belajar. Selain apel di sekolah, ada juga apel di asrama. Biasanya kami mendapatkan pembinaan-pembinaan oleh pengasuh yang adalah juga guru kami di sekolah. Kami memiliki 2 guru pengasuh putri untuk asrama putri dan 2 guru pengasuh untuk asrama putra. Kepala asramanya adalah bapak Ferly Rau (wakil kepala sekolah bidang kurikulum), dan pengasuh ibu pendeta Durne D. Masengi- Paninggiran (guru agama), ibu Nilly Pasuhuk (wakil kepala sekolah bidang kesiswaan), dan bapak Adi Victor Eman (guru bahasa Jepang). Mereka memiliki tempat tinggal di kompleks asrama kami. Aturan di asrama sangat ketat dan melatih kami untuk disiplin. Pemberian ijin hanya diberikan 1 minggu 1 jam ijin. Dan kalau ijin pulang ke rumah di luar jadwalnya, hanya diberikan 1 bulan 1 kali ijin saja. Ada aturan tidak boleh menggunakan handphone yang memiliki kamera, dilarang pacaran, harus saling memberi hormat, tepat waktu dalam setiap kegiatan, dan lain-lain. Jika kami melanggar, maka kami akan mendapatkan pembinaan dari pengasuh berupa teguran lisan, melaksanakan kebersihan atau kalau pelanggaran sudah berat, orangtua dipanggil. Pada hari Sabtu dimana kami tidak pulang ke rumah karena bukan jadwalnya, ada kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Ada olahraga yang terdiri dari basket, bola voli, bulu tangkis, renang, futsal, tenis meja. Untuk bidang seni ada paduan suara, kolintang, dan group band. Di samping itu ada ekskul bidang kerohanian. Para siswa yang tergabung dalam ekskul ini sering melakukan kegiatan seperti mengunjungi dan mendoakan orang sakit di rumah sakit, melaksanakan ibadah, dan lain-lain. Selanjutnya ada juga ekskul study club mata pelajaran, seperti matematika, fisika, ekonomi, biologi, kimia, geografi, kebumian, TIK, dan astronomi (TW-8-AL-MT-MK-RS).

Dari hasil wawancara di atas diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini sungguh-sungguh diupayakan oleh pimpinan sekolah bekerjasama dengan dewan guru dan OSIS melalui kegiatan pembinaan, pembelajaran di kelas, program-program sekolah dan OSIS, serta budaya sekolah dan asrama. Siswa sendiri sebagai subjek dari pendidikan karakter turut menegaskan akan hal ini.

c. Paparan Data Berdasarkan Studi Dokumentasi

Berdasarkan hasil studi dokumentasi, diperoleh beberapa dokumen pendukung yang memperkuat data pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini, di antaranya:

Dalam dokumen TESIS MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER BAB (Halaman 55-62)