Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Tanah diolah kemudian dibuat plot dengan ukuran 1.2 m x 1.5 m. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm untuk mengurangi masuknya air kelahan penelitian. Kemudian tanah plot digemburkan menggunakan cangkul.
Penanaman dan Inokulasi FMA
Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah sedalam ± 3 cm. Dimasukkan inokulan FMA sesuai perlakuan kemudian 2 benih/lubang tanam dan ditutup dengan tanah. Jarak antara antara tanaman 20 cm x 30 cm. Sampel ditentukan secara acak. Jumlah inokulan (terdiri atas media tanam, spora, potongan hifa dan potongan akar) yang diberikan dari setiap isolat tidak sama, tergantung kepadatan spora per gram inokulan. Setiap isolat mempunyai kepadatan spora yang berbeda sehingga dilakukan standarisasi agar inokulum dari setiap isolat yang diberikan mempunyai kepadatan spora yang relatif sama.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 75 kg Urea/ha, 100 kg TSP/ha, dan 75 kg KCl/ha. Pemupukan TSP, KCl dan Urea dilakukan pada saat penanaman dengan cara larikan.
Aplikasi Asam Askorbat
Asam askorbat dalam bentuk serbuk/kristal diaplikasikan mulai 2 minggu setelah tanam sampai periode pengisian polong (8 minggu setelah tanam) dengan dosis 500 ppm. Aplikasi asam askorbat dilakukan dengan penyemprotan pada
daun tanaman sampai pada kondisi daun lembab yang dilakukan pada pagi hari (Pukul 07.00 WIB).
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, apabila terjadi hujan tidak dilakukan penyiraman dan diperkirakan telah mencukupi kebutuhan tanaman atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila dalam satu lubang tanam tidak ada benih yang tumbuh atau pertumbuhannya abnormal. Penyulaman dilakukan paling lama 2 MST.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 3 minggu setelah tanam dan seterusnya dilakukan setiap 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan perkembangan gulma yang ada di areal penelitian secara manual dengan mencabut gulma atau dengan menggunakan garu. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pembumbunan
Agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak serta kokoh, pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah di sekeliling tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif Deltamethrin 0.5 cc/L air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
dengan menyemprot fungisida dengan bahan aktif Mancozeb 80 % 1 cc/L air. Penyemprotan dilakukan pada saat 3 minggu setelah tanam dan selanjutnya tergantung dari intensitas serangan hama dan penyakit.
Panen
Panen dilakukan dengan cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panen yaitu adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan mulai 2 MST dan diulangi setiap 1 minggu sekali dan berakhir sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga (4 MST).
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Jumlah cabang pada batang dihitung pada batang yang produktif. Cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada setiap tanaman yang dilakukan sebelum panen.
Bobot kering tajuk (g)
Bobot kering tajuk yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 800C hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman ditimbang dengan timbangan analitik.
Bobot kering akar (g)
Bobot kering akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 800C hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman ditimbang dengan timbangan analitik.
Total Luas daun (cm2)
Luas seluruh daun pada setiap tanaman sampel diukur dengan menggunakan leaf area meter. Pengukuran dilakukan pada 6 MST pada akhir masa vegetatif.
Kandungan klorofil daun (g/ml)
Klorofil diekstraksi dengan cara digerus menggunakan dengan aseton 80%. Ekstrak dipindahkan ke dalam tabung microsentrifuse dengan volume 2 ml dan diletakkan pada es dalam kondisi gelap. Ekstraksi tersebut diputar dengan menggunakan sentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit pada 4°C. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung microsentifuse pada kondisi dingin. Asorbansi tersebut diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 645 nm untuk klorofil a dan panjang gelombang 663 nm untuk klorofil b. Total klorofil, klorofil a, klorofil b dihitung dengan menggunakan rumus :
A663 = absorbansi ekstrak klorofil pada 663 nm A645 = absorbansi ekstrak klorofil pada 645 nm
V = volume akhir larutan (ml) W = bobot segar jaringan daun (g)
Jumlah Polong Berisi Pertanaman (polong)
Jumlah polong berisi dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Jumlah Polong Hampa Pertanaman (polong)
Dihitung jumlah polong hampa pada setiap tanaman, yaitu polong yang tidak berisi biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Bobot Produksi per tanaman (g)
Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari.
Bobot 100 biji kering (g)
Biji yang telah memiliki kadar air 14%, kemudian dihitung bobot 100 biji dengan rumus sebagai berikut:
bobot 100 biji kering (g) = bobot biji per tanaman (g) Jumlah biji per tanaman (biji)
x 100%
Volume akar (ml)
Pengukuran volume akar dilakukan setelah panen dengan cara memasukkan akar yang sudah dibersihkan ke dalam gelas ukur (100 ml) yang terlebih dahulu diisi air sebanyak 50 ml. Volume akar merupakan selisih volume akhir dengan volume awal.
Derajat infeksi (%)
Perhitungan persentase derajat infeksi akar dilakukan setelah panen. Persentase derajat infeksi akar dihitung dengan menggunakan metoda panjang akar terkolonisasi. Derajat infeksi akar dihitung dengan menggunakan rumus :
% derajat infeksi akar = ∑ bidang pandang bertanda (+)
∑ bidang pandang keseluruhan