• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam

2.7 Formularium Rumah Sakit

2.8.2 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam

menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.

Tujuan kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah:

- meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit,

- memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat,

- meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi, dan

- melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah:

a. Pengkajian dan pelayanan resep

Interpretasi pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).

Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan, yaitu apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

• nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter, • tanggal resep, dan

• ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi: • nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan, • dosis dan jumlah obat,

• stabilitas, dan

• aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi:

• ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, • duplikasi pengobatan,

• alergi, interaksi dan efek samping obat, dan • kontraindikasi.

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Tujuan penelusuran riwayat penggunaan obat adalah:

- membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam

medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat,

- melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan,

- mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat merugikan, - mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat,

- melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, - melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan,

- melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan,

- melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat, - melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat,

- mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter, dan

- mengidentifikasi terapi lain misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya dan melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, Respons Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) termasuk riwayat alergi dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.

Tujuan PIO adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit, membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/perbekalan farmasi, terutama bagi komite/sub komite farmasi dan terapi, menunjang penggunaan obat yang rasional.

d. Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan pada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Konseling bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.

Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi: • membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien,

• mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui

three prime questions,

• menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat,

• memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat,

• melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien, dan • dokumentasi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling, adalah: • kriteria pasien,

• pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui),

• pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (tuberculosis, diabetes melitus, epilepsi),

• pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus, • pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, • pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi),

• pasien yang memiliki riwayat kepatuhan penggunaan obat rendah, • sarana dan prasarana,

• ruangan atau tempat konseling, dan

• alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).

e. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas

permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah

mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko ROTD. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian pemilihan obat (dosis, cara pemberian obat, respon terapi, ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan pemantauan terapi obat yaitu pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.

Kegiatan yang dilakukan dalam PTO, meliputi:

• pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat dan respon terapi, • pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, dan

• pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. • Tahapan yang dilakukan dalam PTO, adalah:

• pengumpulan data pasien, • identifikasi masalah terkait obat,

• rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, • pemantauan, dan

• tindak lanjut.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam PTO adalah:

• kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya,

• kerahasiaan informasi, dan

• kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat). g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan terhadap Respons Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

Tujuan dilakukan MESO adalah:

• menentukan efek samping obat (ESO) yang berbahaya dan jarang terjadi, menentukan frekuensi ESO, dan meminimalkan ESO,

• ESO yang ditemukan dicatat dalam format dan laporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional,

• mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/ mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat, meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan

• mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah:

• mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), • mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami ESO,

• mengevaluasi laporan ESO,

• mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di komite/sub KFT, dan • melaporkan ke pusat MESO.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring efek samping obat adalah:

- kerjasama dengan KFT dan ruang rawat, - ketersediaan formulir MESO

h. Pengkajian penggunaan obat.

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Tujuan dari pengkajian penggunaan obat, yaitu:

- mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu,

- membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain,

- penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, dan - menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengkajian penggunaan obat adalah:

- indikator peresepan, - indikator pelayanan, - indikator fasilitas, dan I. Dispensing sediaan khusus.

Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya

kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat berbahaya dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan khusus terdiri atas pencampuran obat suntik, penyiapan nutrisi parenteral dan penanganan sediaan sitotoksik.

Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun pemberian kepada pasien sampai kepada pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.

Kegiatan yang dilakukan dalam dispensing sediaan khusus, meliputi: - melakukan perhitungan dosis secara akurat,

- melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai,

- mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan, - mengemas dalam pengemas tertentu, dan

- membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.

Faktor yang perlu diperhatikan pada penanganan obat kanker adalah: - ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai,

- lemari pencampuran biological safety cabinet, - HEPA filter,

- sumber daya manusia yang terlatih, - cara pemberian obat kanker, dan

- Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.

Tujuan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) adalah: - mengetahui kadar obat dalam darah, dan

- memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

- memisahkan serum dan plasma darah,

- memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma, dan

- membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PKOD adalah:

- alat therapeutic drug monitoring/instrument untuk mengukur kadar obat, dan - reagen sesuai obat yang diperiksa.