• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Berdasarkan skor total item dari seluruh karyawan yang menjadi

partisipan penelitian diketahui sebanyak 68,3 % karyawan masuk kedalam

kategori sangat tinggi. Sedangkan sebanyak 28,8 % masuk dalam kategori

tinggi dan 2,9 % kategori sedang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

karyawan yang bekerja sebagai tenaga administratif di Universtas Sanata

Dharma memiliki tingkat employee engagement yang sangat tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan budaya organisasi Universitas

Sanata Dharma yang peneliti duga menjadi faktor yang dapat meningkatkan

level engagement karyawan. Lockwood (dalam Smith & Markwick, 2009)

mengatakan bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi

engagement karyawan adalah budaya organisasi. Berdasarkan informasi yang

peneliti dapatkan dari Asisten Wakil Rektor IV bidang PSDM dikatakan

pada sifat kekeluargaan diantara karyawan. Peneliti menduga bahwa budaya

organisasi yang bersifat kekeluargaan ini memiliki kontribusi yang cukup

besar bagi karyawan untuk merasa engaged dengan pekerjaan maupun dengan

Universitas. Selain itu, karyawan juga memiliki kesempatan untuk

memperoleh kenaikan golongan dan gaji setiap 4 tahun sekali. Kenaikan gaji

akan diberikan kepada setiap karyawan setiap 2 tahun sekali, sedangkan 2

tahun kemudian karyawan akan naik golongan dengan syarat hasil penilaian

dari DP3 memiliki nilai yang sangat baik pada bagian kesetiaan karyawan dan

nilai yang baik pada bagian lainnya. Adanya penyampaian visi dan tujuan dari

Universitas kepada karyawan diduga juga menjadi faktor lain yang berkaitan

dengan hasil dari penelitian ini, yaitu sangat tingginya level engagement

karyawan Universitas Sanata Dharma.

Beberapa unit kerja yang termasuk kedalam kategori sangat tinggi

adalah unit kerja bagian Biro Administrasi Akademik (BAA), Fakultas

Psikologi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Program

Pasca Sarjana, dan Yayasan dengan perolehan persentase sebesar 100 %.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa unit-unit kerja tersebut adalah

unit-unit tenaga administratif yang memiliki tingkat employee engagement

paling tinggi di Universitas Sanata Dharma dari seluruh jumlah partisipan

dalam penelitian ini. Sedangkan unit kerja yang tergolong kedalam kategori

tinggi atau memiliki tingkat employee engagement yang tinggi adalah unit

kerja bagian Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra, Lembaga Penjaminan Mutu

Dalam skala penelitian employee engagement ini tampak bahwa

karyawan memiliki dedikasi yang besar terhadap Universitas. Hal ini dapat

dilihat dari kategori dimensi dedication yang tergolong sangat tinggi. Dari

keseluruhan jumlah karyawan yang menjadi partisipan penelitian diketahui

sebanyak 82,7 % memiliki dedikasi yang sangat tinggi, 13,7 % memiliki

dedikasi yang tinggi, dan hanya 3,6 % memiliki dedikasi yang tergolong

sedang. Sebanyak 63,3 % dari sampel juga menunjukkan tingkat absorption

yang tergolong sangat tinggi, 33,1 % dengan absorption yang tinggi, dan

hanya 3,6% yang memiliki absorption sedang. Sedangkan pada dimensi vigor

ditunjukkan sebanyak 60,4 % memiliki vigor yang yang sangat tinggi, 33,8 %

dengan vigor tinggi, dan 5,8 % karyawan dengan tingkat vigor yang sedang.

Dimensi dedication melihat pada sejauh mana karyawan dapat

dengan penuh meletakkan dirinya kedalam pekerjaan, bangga dengan

pekerjaan yang dilakukan, serta merasa terinspirasi dan tertantang dengan

pekerjaan (Perrin, 2003; Schaufeli & Bakker, 2003; Schaufeli & Bakker

2004). Peneliti menduga bahwa sangat tingginya dedikasi karyawan

Universitas Sanata Dharma terjadi karena adanya penyampaian nilai serta

tujuan Universitas yang jelas kepada karyawan (Smith & Markwick, 2009).

Keterbukaan Universitas kepada karyawan tentang penyampaian tujuan dan

visi Universitas membuat karyawan merasa keberadaannya di dalam

Universitas dapat memberikan kontribusi yang besar dalam kesuksesan

Universitas untuk mencapai tujuannya. Ketika karyawan merasa bahwa

akan memberikan usaha terbaik mereka karena mereka merasa bahwa mereka

telah menjadi bagian dari Universitas dan mereka peduli terhadap pencapaian

tujuan serta kesuksesan Universitas (Dicke, Holwerda, & Kontakos, 2007; IES

dalam Endres & Smoak, 2008; Kahn dalam Albrecht, 2010, Vazirani, 2007).

Dimensi absorption menggambarkan keadaan ketika individu

terbenam secara total, merasa senang melakukan pekerjaannya, dan merasa

sulit untuk melepaskan diri dengan pekerjaan (Schaufeli & Bakker, 2003;

Schaufeli & Bakker, 2004). Banyaknya karyawan yang memiliki tingkat

absorption yang tergolong sangat tinggi diduga karena adanya visi yang

hampir sama yang dimiliki karyawan dengan Universitas ketika mereka baru

bekerja. Visi ini berkaitan dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh Universitas

kepada seluruh karyawan, yaitu karya-karya untuk kemuliaan Allah yang lebih

besar. Tujuan dari penanaman nilai ini adalah agar seluruh karyawan

Universitas Sanata Dharma dapat memberikan dirinya sebagai pelayan Tuhan

untuk melayani semua orang yang ada disekitar mereka sehingga segala

sesuatu yang mereka kerjakan dapat bermanfaat bagi orang lain. Asisten

Wakil Rektor IV mengatakan selama dilakukannya refleksi karir oleh

Universitas banyak karyawan mengatakan bahwa mereka senang bekerja di

Universitas Sanata Dharma karena mereka merasa kehadiran mereka

bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian, kenaikan pangkat atau

besarnya jumlah pendapatan tidak terlalu menjadi tujuan utama bagi karyawan

karena karyawan merasa nyaman dan senang telah bekerja di Universitas

membawa karyawan pada suatu keadaan pemenuhan diri positif, sehingga

dapat menumbuhkan rasa memiliki dan pada akhirnya karyawan akan merasa

sulit untuk melepaskan diri dengan pekerjaan (Cook, 2008; Kahn dalam Kular

et al., 2008; Perrin, 2003; Right Management, 2009; Schaufeli, Salanova,

Gonzalez, & Bakker dalam Field & Buitendach,2011).

Dimensi vigor menggambarkan level energi dan mental resiliensi

yang dimiliki seseorang ketika bekerja. Vigor juga menunjukkan kesediaan

individu untuk melakukan usaha yang besar dalam menyelesaikan pekerjaan,

tidak mudah merasa lelah, dan tekun dalam melakukan pekerjaan (Schaufeli &

Bakker, 2003; Schaufeli & Bakker, 2004). Asisten Wakil Rektor IV

mengatakan bahwa karyawan tetap menunjukkan kesungguhan mereka dalam

mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan meskipun mereka merasa ada

hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan atau keinginan mereka, misalnya

karyawan yang menunjukkan kekecewaan terhadap Universitas. Berdasarkan

informasi yang peneliti peroleh diceritakan bahwa beberapa karyawan yang

sudah lama bekerja di Universitas merasa iri dengan karyawan baru karena

golongan karyawan baru lebih tinggi dibandingkan mereka yang sebelumnya

telah lama bekerja di Universitas. Kesenjangan golongan ini disebabkan oleh

tingkat pendidikan karyawan baru yang lebih tinggi dibandingkan dengan

karyawan lama. Golongan yang lebih tinggi dapat langsung diperoleh

meskipun mereka baru bekerja di Universitas. Meskipun demikian, Asisten

tetap melakukan dan menyelesaikan tugas dalam pekerjaan mereka dengan

baik.

Hasil penelitian ini sebenarnya tidak sesuai dengan dugaan peneliti

bahwa karyawan Universitas Sanata Dharma memiliki tingkat engagement

yang rendah. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil

wawancara dengan asisten Wakil Rektor IV bidang PSDM diketahui bahwa

terdapat beberapa permasalahan yang muncul pada karyawan Universitas

Sanata Dharma, terutama pada karyawan yang bekerja sebagai tenaga

administratif. Permasalahan-permasalahan tersebut berkaitan dengan beberapa

faktor yaitu, gaya kepemimpinan dan perhatian pemimpin terhadap karyawan,

kurang jelasnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh karyawan, dan

kurangnya sumber daya dari Universitas yang dibutuhkan karyawan untuk

mendukung performansi kerja.

Pada beberapa unit kerja pemimpin kurang begitu memperhatikan

karyawannya, terutama pada karyawan baru. Pemimpin membiarkan

karyawan baru langsung bekerja dan bergabung dengan karyawan lain tanpa

membimbing karyawan tersebut dalam memahami tugas-tugas yang

seharusnya dikerjakan. Penilaian yang dilakukan oleh pemimpin juga tidak

berdasarkan pengamatan langsung dari pemimpin terhadap kinerja karyawan

baru tersebut melainkan dari penilaian karyawan-karyawan lain yang sudah

bekerja di unit tersebut terlebih dahulu. Dengan demikian, besar kemungkinan

terjadinya senioritas kepada karyawan baru. Selain itu, calon karyawan yang

dilakukan dan tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakan dalam pekerjaannya

nanti karena Universitas belum memiliki deskripsi atau rincian pekerjaan

(jobdesc). Data yang peneliti peroleh juga menunjukkan bahwa karyawan

sampai saat ini belum mendapatkan pelatihan dan pengembangan

keterampilan untuk membantu karyawan dalam melakukan pekerjaannya,

misalnya keterampilan mengoperasikan komputer. Sebagian besar karyawan

Universitas Sanata Dharma yang berlatarbelakang pendidikan tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA) belum menunjukkan performansi kerja yang maksimal

dalam menyelesaikan tugas mereka karena masih sedikitnya pengetahuan

mereka dalam mengoperasikan komputer.

Ketidaksesuaian antara dugaan awal peneliti dengan hasil yang

diperoleh diduga karena adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama,

karyawan-karyawan yang mengembalikan skala penelitian diduga adalah

karyawan yang sebenarnya memang memiliki tingkat engagement yang besar

terhadap pekerjaan maupun Universitas. Hal ini didukung dari beberapa

penelitian yang pernah dilakukan oleh Universitas sebelumnya, yaitu

karyawan yang mengembalikan skala penelitian dari Universitas sebagian

besar adalah karyawan yang bekerja pada unit-unit tersebut. Kedua, karyawan

cenderung memberikan respon yang baik (faking good) terhadap item-item

pernyataan dalam skala. Dengan demikian, data yang diperoleh tidak

benar-benar menggambarkan keadaan tingkat employee engagement karyawan

Dokumen terkait