• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern

Variabel kondisi keuangan yang diukur dengan Z Score Model memiliki koefisien negatif sebesar -0,444 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan kondisi keuangan berpengaruh negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Nilai β1 sebesar -0,444 menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, dimana setiap kenaikan kondisi keuangan sebesar satu satuan akan menurunkan kemungkinan pemberian opini audit going concern sebesar 0,444 yang berarti semakin tinggi nilai Z Score yang menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan semakin tinggi maka akan semakin rendah kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. Ketika perusahaan mengalami kondisi keuangan yang rendah menunjukkan perusahaan akan mendekati masa kebangkrutan yang kemudian perusahaan sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern sangat mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Haron et al. (2009), Putra (2009), dan Wibisono (2013). Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wertheim dan Robinson (2011) dan Ardiani et al. (2012) yang menyatakan bahwa kondisi keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

4.5.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern

Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural total aset perusahaan memiliki koefisien negatif sebesar -0,377 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Nilai β2 sebesar -0,377 menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, dimana setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar satu satuan akan menurunkan kemungkinan pemberian opini audit going concern sebesar 0,377 yang berarti semakin tinggi total aset perusahaan maka akan semakin rendah kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. Hal itu dikarenakan semakin tinggi jumlah aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang ataupun mengatasi kondisi ekonomi yang buruk dan juga semakin mudah untuk mendapatkan pinjaman sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lancar. Sehingga ketika perusahaan yang besar mengalami kondisi

yang mempengaruhi kelangsungan usahanya maka auditor akan menunda memberikan opini audit going concern dengan harapan perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya pada tahun selanjutnya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007). Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Widyantari (2011), Wibisono (2013), dan Muthahiroh dan Cahyonowati (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

4.5.3 Pengaruh Audit Lag Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Variabel audit lag yang diukur dengan tanggal pelaporan audit dikurangi dengan tanggal tanggal akhir tahun perusahaan memiliki koefisien positif sebesar 0,003 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,798 yang nilainya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan audit lag berpengaruh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Nilai β3 sebesar 0,003 menunjukkan hubungan yang searah, dimana setiap kenaikan 1 hari untuk melakukan audit akan menaikkan kemungkinan pemberian opini audit going concern sebesar 0,003 yang berarti semakin tinggi rentang waktu yang dibutuhkan auditor dalam melakukan audit, maka semakin besar kemungkinan perusahaan mendapat opini going concern. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa

waktu audit yang panjang belum tentu mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mendapatkan opini going concern karena kemungkinan audit yang panjang dikarenakan auditor sulit untuk mendapatkan bukti audit sehingga opini yang dikeluarkan adalah pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Auditor tidak memerlukan jangka waktu yang panjang untuk mengaudit perusahaan yang mengalami masalah mengenai kelangsungan usahanya ketika laporan keuangan menunjukkan kondisi yang signifikan terhadap kelangsungan usaha perusahaan, misalnya ketika perusahaan mendapatkan status default dari kreditur. Selain itu, ketika auditor tidak independen dalam melakukan auditnya, maka ketika audit yang panjang yang seharusnya menunjukkan perusahaan tersebut dalam masalah tetapi auditor tidak mengeluarkan opini going concern.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widyantari (2011). Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010) yang menyatakan bahwa audit lag berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

4.5.4 Pengaruh Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern

Variabel debt default yang diukur dengan variabel dummy atas kondisi default perusahaan memiliki koefisien positif sebesar 4,054 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan debt default berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Nilai β4 sebesar 4,054 menunjukkan hubungan yang searah, dimana ketika perusahaan dalam keadaan default maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Ketika perusahaan memiliki hutang yang belum dibayar pada waktu jatuh tempo maka kreditur akan memberikan status default. Status ini akan meningkatkan kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mendapat status default akan lebih mengarahkan kasnya untuk memenuhi hutang tersebut sehingga kegiatan operasional perusahaan terganggu dan pada akhirnya perusahaan sulit mempertahankan kelangsungan usahanya. Hasil ini juga sesuai dengan SA Seksi 341 yang menyatakan bahwa debt default berlawanan dengan kelangsungan usaha suatu perusahaan (IAPI, 2011).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Praptitorini dan Januarti (2007), Ardiani et al. (2012). Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfana dan Muid (2012) yang menyatakan bahwa debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait