• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan kandungan bakteri dengan pengujian TPC (Total plate count) metode tuang (pour method)

TINJAUAN PUSTAKA Susu

2. Pemeriksaan kandungan bakteri dengan pengujian TPC (Total plate count) metode tuang (pour method)

Sebanyak 25 Gram sampel susu ditimbang, kemudian dilarutkan dengan larutan pengencer BPW 0,1% sebanyak 225 mL. Larutan tersebut selanjutnya dianggap sebagai pengenceran awal, larutan dihomogenkan dengan cara

digoyang-goyangkan hingga homogen. Selanjutnya dilakukan pengenceran kedua (1:100) dengan cara : 1 mL larutan dari pengenceran awal dimasukkan ke dalam 9 mL larutan BPW 0,1%, kemudian larutan dihomogenkan dengan bantuan vortex mixer kecepatan sedang. Selanjutnya dibuat pengenceran 10-3 dan 10-4 dengan cara yang sama.

Setelah dilakukan pengenceran, masing-masing pengenceran dipupuk ke dalam dua cawan petri suci hama (duplo), sebanyak 1 mL. Ke dalam cawan petri ditambahkan 10-15 mL EMBA dengan suhu 44-46o C, lalu dihomogenkan dengan cara memutar cawan membentuk angka delapan dan dibiarkan sampai memadat. Setelah media agar memadat, cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator pada temperatur 35oC selama 24-48 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai total bakteri dan jumlah koloni dihitung antara 25-250.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan 24 jam setelah diinkubasi pada suhu 35oC kemudian diulangi kembali setelah 48 jam diinkubasi. Metode pengamatan dengan melihat adanya pertumbuhan koloni bakteri Eschericia coli pada media EMBA yang dicirikan dengan koloni bakteri berwarna hijau metalik, berbentuk bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al. 1995 yang dikutip oleh Kusuma 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Susu bubuk skim digunakan sebagai bahan baku untuk industri pengolahan susu, industri pengolahan roti dan bakeri, industri pengolahan ice cream, sebagai campuran pembuatan cokelat, kopi creamer, dan sop, serta produk olahan susu lainnya.

Pengujian mikrobiologi pada pangan (terutama susu), baik pada bahan baku, selama proses, dan produk akhir dilaksanakan dalam rangka pengawasan keamanan dan mutu pangan. Pengujian mikrobiologi pada pangan (di antaranya adalah susu) bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme, keberadaan mikroorganisme, jumlah mikroorganisme indikator, jumlah mikroorganisme patogen tertentu, dan keberadaan mikroorganisme patogen tertentu. Pengujian mikrobiologi dapat pula diterapkan untuk mengetahui keadaan (lingkungan) tempat pengolahan/penanganan pangan, yang antara lain meliputi kualitatif mikrobiologi udara, tingkat pencemaran mikroorganisme pada permukaan, dan kualitas mikrobiologi air (Lukman dan Purnawarman 2009).

Salah satu cara menghitung koloni mikroorganisme yang utama adalah dengan metode hitungan cawan aerob (Aerobic Plate Count/APC) atau biasa juga disebut dengan metode Total Plate Count (TPC). Prinsip dari total plate count adalah jika satu sel bakteri ditumbuhkan pada media agar maka akan tumbuh menjadi satu koloni yang tampak dengan mata. Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan dengan colony forming unit (cfu) per gram atau per ml atau luasan tertentu dari contoh (per cm2) (Lukman dan Purnawarman 2009).

Sampel yang diuji pada laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor sebanyak 114 sampel susu. Sebanyak 3.51% dari sampel susu berjenis agglumerated skimed milk powder, jenis butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, dan susu bubuk selain kelompok diatas sebanyak 7.02%.

Sampel yang diuji kemudian dibedakan menurut jenisnya dan diuji terhadap cemaran mikroba E. coli. Presentase jenis sampel yang diuji dan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil pemeriksaan E. coli strain EHEC pada sampel susu impor.

No. Jenis Sampel Negara Jumlah sampel (%) Hasil Pemeriksaan (cfu 25ml/25gr) 1. Agglomerated Skimmed Milk Powder Belanda 3.51 Negatif 2. Butter Belanda, Jerman, Perancis, Swedia 9.65 Negatif

3. Cream Perancis 10.53 Negatif

4. Deminal Belanda,

Irlandia 6.14 Negatif

5. Skim Milk Powder Denmark, Belgia, Jerman, Perancis,

Irlandia

28.07 Negatif

6. Whey Powder Perancis, Jerman, Belanda, Denmark

24.56 Negatif

7. Youghurt Switzeland 10.53 Negatif

8. Susu Denmark,

Belanda, Jerman, Perancis

7.02 Negatif

Dari semua sampel yang telah diuji, menunjukkan hasil negatif atau tidak ditemukan adanya mikroba patogen E. coli pada sampel susu yang diuji. Menurut SNI No. 01-6366-2000 mengenai persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada susu bubuk, maka dalam susu bubuk cemaran oleh mikroba E. coli yang patogen adalah nol atau negatif. E. coli bernilai nol atau menggambarkan suatu produk bahan makanan tidak terkontaminasi oleh mikrobatersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui air dan alat yang digunakan sehingga dapat dijadikan parameter penanganan yang higienis sehingga tidak membahayakan kesehatan dan keamanan konsumen.

E. coli merupakan bakteri indikator adanya kontaminasi bahan makanan oleh feses serta mikroorganisme lainnya yang berada di saluran pencernaan dan menunjukkan adanya penyimpangan pada proses pengolahan makanan. Tujuan pengujian jumlah bakteri E. coli pada produk susu impor adalah untuk mengetahui ada tidaknya bakteri kontaminasi setelah proses pengolahan.

Menurut Lukman dan Purnawarman (2009), E. coli merupakan mikroorganisme yang lebih disukai untuk digunakan sebagai indikator. E. coli lebih dianjurkan digunakan sebagai indikator karena:

a. Bakteri ini nyata terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. b. Relatif mudah diisolasi dan diidentifikasi dibandingkan bakteri patogen lain. c. Jumlah E. coli dalam saluran pencernaan tinggi.

d. E. coli dapat bertahan hidup di dalam air (namun tidak berkembang biak) dibandingkan dengan bakteri patogen lain.

Untuk mengurangi risiko kontaminasi E. coli perlu adanya Good Hygiene Practice dan penerapan prinsip safe from farm to table yang baik dalam penanganan, prosesing, dan pengolahan makanan. Selain itu untuk mengurangi risiko kontaminasi E. coli pada makanan dapat dilakukan dengan memasak makanan dengan panas yang cukup dan memisahkan antara makanan mentah dan makanan matang pada tempat penyimpanan makanan sebagai tindakan pencegahan kontaminasi silang pada makanan mentah dan makanan yang telah diolah. Pengamanan pangan dengan kemasan yang bebas atau suci hama sehingga produk aman dari kontaminasi E. coli. Penyimpanan makanan pada suhu yang aman penting untuk mencegah tumbuhnya kontaminan.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel produk susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta yang diuji di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor tidak tercemar Escherichia coli Strain EHEC.

Saran

Perlu dilakukan pengujian secara berkala untuk mendeteksi cemaran mikroba pada produk yang dikonsumsi masyarakat secara luas termasuk susu dan hasil olahannya. Penelitian ini hanya mendeteksi bakteri Escherichia coli sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan mikroba yang patogen lainnya seperti Salmonella sp. koliform, Bacillus spp. Brucella spp. Campylobacter, Mycobacterium, dan bakteri lainnya yang dapat mengkontaminasi susu serta pemeriksaan residu antibiotik dan hormon terhadap produk susu impor.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli STRAIN EHEC PADA PRODUK SUSU IMPOR

EVA MEYDINA RAKHMAH

Dokumen terkait