• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang

Sebagai upaya mendorong pembangunan ekonomi maka penerimaan negara yang bersumber dari devisa negara sangat penting untuk ditingkatkan. Di berbagai negara sedang berkembang, pariwisata menduduki tempat kedua sebagai pem asok devisa negara setelah minyak, bahkan beberapa negara di kawasan Pasifik dan Amerika seperti Hawai dan California Selatan, industri pariwisata merupakan primadona utama pendapatan negara.

Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan penerimaan US $455 Milyar seluruh dunia. Apabila kondisi tetap stabil, pada tahun 2010 jumlah kunjungan antar negara ini diperkirakan meningkat mencapai 937 juta orang. Di Indonesia pariwisata merupakan penghasil devisa nomor tiga setelah minyak dan produk tekstil, dengan demikian sektor pariwisata mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian. Menurut data dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Indonesia sejak lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2001 jumlah wisatawan sebanyak 5.153.260 orang dan terus menurun sampai tahun 2003 sebanyak 4.467.020 wisatawan. Namun pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi 5.321.160 orang kemudian turun lagi menjadi 5.006.790 orang pada tahun 2005. Target dari pembangunan pariwisata pada tahun 2006 adalah dapat menghasilkan devisa US $ 5,5 juta dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 5,5 juta orang, serta dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak 900 ribu pekerja.

Untuk mengelola kegiatan kepariwisataan dan pembangunan kepariwasataan, berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, diantaranya dinyatakan bahwa penyelenggaraan pariwisata bertujuan untuk: memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, serta mendorong pendayagunaan produksi nasional. Dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) juga telah dijelaskan bahwa pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan penerimaan devisa serta memperkenalkan alam dan kebudayaan Indonesia. Perlu pula diambil langkah-langkah dan peraturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan terpadu.

Besarnya potensi sumber daya alam Indonesia berupa flora dan fauna, termasuk di dalamnya pesona alam dengan keindahan dan keunikannya menjadi kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang tersebar diseluruh penjuru tanah air. Industri pariwisata dibangun atas dasar perwilayahan yaitu pembagian wilayah-wilayah pariwisata yang memiliki potensi selanjutnya dapat dijadikan tujuan yang pasti. Perwilayahan ini sangat penting karena Indonesia memiliki potensi luas dan beraneka warna, baik yang merupakan atraksi tidak bergerak (seperti keindahan alam, monumen, candi dan sebagainya) maupun atraksi bergerak (di mana faktor manusia memegang peranan penting, misalnya kesenian, adat istiadat, seremoni, perayaan, pekan raya dan sebagainya). Wilayah pariwisata adalah tempat atau daerah yang karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu lintas, dan fasilitas -fasilitas pariwisatanya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi obyek kebutuhan wisatawan (Panitia Nasional Nasional Penelitian Laut diacu dalam Pendid 2003).

Menurut Fauzi (2004), sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi yang juga menghasilkan output karena proses produksi. Satu hal yaang palimg mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan.

Secara faktual, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang prospektif untuk dikembangkan di Nanggroe Aceh Darussalam sehingga pengembangannya harus digiatkan. Kota Sabang merupakan salah satu diantara daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk pengembangan sektor pariwisata. Kondisi alam yang dikelilingi oleh laut dengan bentuk daerah yang berbukit memiliki banyak obyek wisata. Hal ini ditandai dengan tersebarnya obyek dan daya tarik wisata berupa obyek wisata alam dan wisata budaya/sejarah yang hampir di seluruh Kota Sabang.

Kota Sabang memiliki potensi yang mampu dikembangkan baik dalam arti ekonomi, sosial maupun budaya yang pada saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Kurangnya infrastruktur dan promosi mengakibatkan kawasan ini belum mampu berperan secara aktif dalam sistem ekonomi internasional. Padahal salah satu potensi penting yang dibutuhkan dalam konteks ekonomi internasional sudah dimiliki, yakni posisi/letak geografis yang strategis. Dengan kecenderungan perubahan orientasi pengembangan wilayah yang mengarah pada pembentukan sistem ruang ekonomi antarnegara melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah perbatasan, Kota Sabang akan memiliki tiga misi pengembangan, yakni sebagai pusat pengembangan perdagangan, investasi dan pariwisata. Pembangunan sektor pariwisata di Kota Sabang diarahkan bagi kawasan yang memiliki potensi dan prospek yang cerah untuk dikembangkan. Untuk itu

pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata di Kota Sabang diarahkan untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. Dalam era otonomi daerah sekarang, sektor pariwisata meskipun belum menjadi andalan devisa negara akan tetapi beberapa daerah menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan pendapatan asli daerahnya. Oleh karena itu daerah perlu mengenali dan mengidentifikasi potensi industri kepariwisataannya. Ketersediaan sarana dan prasarana seperti transportasi, akomodasi, aksesibilitas, informasi, dan daya dukung lain seperti keamanan dan ketertiban harus juga diperhatikan.

Kawasan wisata Sabang mempunyai beberapa daya tarik seperti Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh, Hutan Wisata, Gua Sarang, Sumber Air Panas, Semburan Lahar Ujung Murong, Pantai Gapang, dan Tugu Nol Kilometer. Kawasan wisata Sabang sangat penting, karena memiliki potensi nilai keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi dan sangat potensial untuk pengembangan pariwisata bahari. Lokasi yang sangat strategis di pintu masuk pelayaran internasional Selat Malaka memberikan harapan dalam menjaring pasar wisata internasional. Di samping memiliki potensi pariwisata, Sabang juga memiliki fungsi strategis seperti pelestarian keanekaragaman hayati yang terdapat di Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh. Keanekaragaman hayati tersebut diantaranya adalah nautilus berongga (Nautilus pompiltus), siput hijau (Turbo marmoratus), susus bundar (Trochus nilatimus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), ketam kepala (Bircus latro), triton terompet (Charonia tritonis), kima kuku burung (Hippopus hippopus), kima cina (Hippopus porcelanus), kima kecil (Tridacna maxima), kima sisik (Tridacna squamosa), kima raksasa (Tridacna gigas), dan jenis akar bahar (Anthiphates Sp) (Bappeda, 2003a).

Kunjungan wisatawan sangat penting artinya dalam perkembangan pariwisata, besar kecilnya kunjungan wisatawan sangat menentukan perkembangan daerah pariwisata itu sendiri dan juga berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar obyek wisata. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Sabang dan daerah lainnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat berdasarkan data penyebaran wisatawan mancanegara ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menurut daerah kunjungan sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Penyebaran Wisatawan Mancanegara di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Berdasarkan Daerah Kunjungan Tahun 1999-2003

Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Per Tahun

1999 2000 2001 2002 2003 Banda Aceh Sabang Aceh Besar Pidie Aceh Utara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Barat Aceh Selatan 1.425 3.698 1.072 77 5.775 117 188 927 669 821 749 2.428 602 290 2.958 131 158 1.484 279 199 1.176 9.510 202 160 1.808 184 116 1.374 266 400 824 2.457 142 112 1.266 129 82 962 186 280 380 1.644 45 49 570 62 112 328 88 159

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2003

Jumlah kunjungan wisatawan ke kota Sabang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sabang mencapai puncaknya (Tabel 1). Pada dua tahun berikutnya, kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang sangat tajam , hal ini disebabkan oleh terjadinya kasus penembakan wisatawan mancanegara secara tidak sengaja. Kejadian tersebut mengakibatkan pemerintah memperketat ijin orang asing yang akan memasuki wilayah Provinsi NAD, yang sekaligus menurunkan minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Berdasarkan hasil proyeksi Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala (1999), pada tahun 2012 jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Sabang bertambah menjadi 155.103 orang (meningkat 25.64 % setiap tahun). Menurut Alicya (2004), kondisi keamanan yang tidak kondusif di Aceh daratan sebenarnya tidak mempengaruhi minat wisatawan yang berkunjung ke Kota Sabang, karena daerah ini relatif aman dibanding daerah-daerah lain di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kesan tidak aman untuk berkunjung ke Sabang muncul karena situasi daratan NAD yang belum kondusif sehingga berpengaruh terhadap pengembangan kepariwisataan Kota Sabang. Hal ini sekaligus juga berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sabang (PEMKOT Sabang, 2004). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 1 berikut.

83 78 74 70 72 6 9 91 90 60 70 80 90 100 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun

Jumlah wisatawan (orang) X 1000

Gambar 1 Perkembangan jumlah wisatawan (orang) di Kota Sabang.

Peningkatan jumlah wisatawan yang paling tinggi terjadi dari tahun 2000 ke 2001. Dari data kunjungan wisatawan asing dan wisatawan nusantara ke Sabang dalam kurun waktu 1997 – 2004 menunjukkan bahwa, angka kunjungan wisatawan

tahun 2001 mencapai puncaknya (booming). Salah satu sebabnya karena telah ditetapkannya kembali Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (UU No. 37 Tahun 2000) yang mulai efektif tahun 2001. Implikasinya ditandai dengan meningkatnya kegiatan di Pelabuhan Sabang karena masuknya kapal pengangkut barang seperti gula, beras, tepung, alat-alat kebutuhan rumah tangga/elektronik, mobil bekas dari Singapura dan lain-lain.

Kota Sabang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk pengembangan pariwisata, hal ini ditandai dengan banyaknya obyek dan daya tarik wisata yang memiliki keunikan. Potensi ini didukung pula dengan kondisi geografis daerah yang terdiri dari pergunungan, pantai dan kepulauan. Lokasi yang paling menarik bagi pariwisata, yaitu Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh yang terletak antara Pantai Iboih dan Pulau Rubiah. Pantai Iboih dengan kondisi alam berpasir putih, bunga karang dan berbagai jenis ikan berwarna serta biota laut lainnya yang dapat dilihat dengan jelas karena air laut yang tenang dan jernih. TWAL Pulau Weh banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara khususnya mereka yang ingin melihat keindahan laut dengan cara snorkling, diving, atau menggunakan perahu ketamaran yang dapat melihat langsung keindahan bawah laut melalui kaca tembus pandang. Di seputar lokasi-lokasi pantai tersebut terdapat rumah peristirahatan (cottages) yang dikelola oleh penduduk setempat dengan konstruksi yang sederhana serta bentuk arsitektur tradisional.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi unggulan disamping tiga sektor lainnya, yaitu jasa dan transportasi, perikanan, dan industri. Selama tahun 1999-2003, kontribusi sektor pariwisata sekitar 8,36% per tahun terhadap PDRB Kota Sabang. Angka tersebut merupakan jumlah yang lebih besar dibanding

jumlah kontribusi sektor ekonomi unggulan lain seperti perikanan yang sekitar 3,84% per tahun.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dan hasil penyelaman yang dilakukan di Perairan Pulau Weh menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan yang signifikan akibat dari gempa dan ombak tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2004. Untuk Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh tingkat kerusakan lingkungan bawah lautnya berdasarkan pengamatan kasat mata tidak terlalu jauh berbeda dengan sebelum terjadi gempa bumi dan tsunami. Informasi ini juga dikuatkan berdasarkan pengamatan hasil Tim ekspedisi dari Metro TV. Hal ini dikarenakan arus di perairan Pulau Weh cukup kuat, sehingga pergantian air cukup bagus. Jarak pandang di dalam perairan juga tidak berbeda dengan sebelum tsunami melanda, berbeda dengan wilayah lain di Provinsi NAD, misalnya laut di Lhok Nga yang jarak pandang saat menyelam hanya 30 cm akibat tingkat kekeruhan yang sangat tinggi. Kerusakan hanya terjadi di pinggir pantai yang mengalami kerusakan seperti restoran, cottage dan penginapan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh. Salah satu faktor yang menjadikan Pulau Weh tidak mengalami dampak tsunami yang parah adalah karena kondisi topografi pulau ini berbukit-bukit batu sedang pantainya sangat terjal dan sangat sedikit pantai yang landai dan berpasir. Pada umumnya pulau ini masih berhutan lebat dan baru sedikit dijadikan lahan pertanian. Berdasarkan penelitian yang dila kukan oleh Fiheries Diving Club-Institut Pertanian Bogor (FDC-IPB) yang bekerja sama dengan United Nations for Economic, Social, and Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan bahwa tingkat kerusakan tutupan karang keras yang paling tinggi sebesar 30,80% pada kedalaman tiga meter. Sedangkan untuk jumlah ikan karang (termasuk ikan

hias), sebelum terjadi tsunami terdapat 155 spesies dengan 31 famili dan setelah dua bulan tsunami jumlahnya berkurang menjadi 72 spesies dari 22 famili.

Kegiatan pariwisata bahari di Pulau Weh tentunya mempunyai hubungan interaksi terhadap kegiatan masyarakat setempat dan lingkungan. Interaksi kegiatan pariwisata bahari dan perikanan budidaya adalah saling mendukung, dimana kawasan budidaya dapat dijadikan obyek wisata, sementara hasil budidaya dapat dijual ke wisatawan. Pariwisata pantai dan kawasan konservasi adalah saling mendukung, dimana kawasan konservasi laut dapat dijadikan obyek wisata, dan kawasan ini dapat dilestarikan apabila dijadikan obyek wisata. Pariwisata pantai dan sarana transportasi adalah saling mendukung, dimana kegiatan pariwisata memerlukan sarana transportasi, tersedianya transportasi apabila ada kegiatan yang memerlukan. Pariwisata dan cottage penginapan adalah saling mendukung, dimana penginapan merupakan tempat yang dibutuhkan oleh wisatawan, dan sekaligus memberikan kontribusi penambahan bagi masyarakat, disamping itu juga restoran makanan dan minuman yang juga merupakan kebutuhan wisatawan (Saifullah, 2000).

Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh merupakan salah satu kawasan yang menjadi tujuan utama kunjungan wisatawan berkunjung ke Kota Sabang. Hal ini akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat sekitar, karena bagaimanapun kegiatan pariwisata tidak terlepas dari interaksi masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu kegiatan kepariwisataan pada kawasan tersebut sudah semestinya diikuti oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Adanya kegiatan kepariwisataan diharapkan dapat memberi manfaat, terhadap pemerintah dalam bentuk penerimaan asli daerah dan terhadap masyarakat sekitar lokasi dalam bentuk pendapatan dan peningkatan tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu analisis

tentang dampak pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata sangat diperlukan, mengingat potensi yang dimiliki oleh kawasan ini mengandung nilai jual sehingga dari sisi ekonomi bisa diketahui kontribusinya terhadap masyarakat sekitar kawasan.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan pariwisata bahari yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai jika memperhatikan empat aspek, yaitu: (1) mempertahankan kelestarian dan keindahan lingkungan, (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan tersebut, (3) menjamin kepuasan pengunjung, dan (4) meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya (Gunn, 1994).

Pemerintah Kota Sabang telah mengarahkan prioritas pengembangannya dalam bentuk wisata alam dan bahari, yang memberi konsekuensi pada pengelolaan yang terpadu dan terencana. Dengan demikian masyarakat setempat akan mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penyediaan jasa penginapan, rumah makan, pengangkutan, kerajinan lokal, cinderamata, dan jasa pemandu wisata. Dari kegiatan ekonomi tadi kehadiran pariwisata akan membuka peluang kerja yang lebih banyak dari berbagai sektor lainnya serta mempertinggi tingkat pendapatan, tidak hanya bagi industri-industri pariwisata saja akan tetapi secara berganda dan beruntun akan mendongkrak sektor-sektor lainnya.

Peranan dari sektor pariwisata di Kota Sabang dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Walaupun tidak ada angka pasti untuk sektor pariwisata dalam catatan statistik, tetapi meningkatnya kontribusi sektor

perdagangan, hotel, dan restoran yang disumbangkan untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran peranan dari sektor pariwisata. Dalam struktur perekonomian Kota Sabang berdasarkan lapangan usaha, sektor pariwisata tertampung dalam sub-lapangan usaha yang dapat digolongkan sebagai kegiatan pariwisata, seperti hiburan, rekreasi, dan kebudayaan, restoran/rumah makan, dan hotel. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penyumbang diurutan pertama terhadap PDRB Kota Sabang yaitu sebesar 19,01% pada tahun 2001 dan terus meningkat mencapai 22,45% pada tahun 2004 (Bappeda, 2005).

Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh merupakan salah satu tujuan wisata yang mengandalkan daya tarik wisata bahari dan hutan lindung. Taman wisata alam laut ini memiliki luas perairan 2.600 hektar dan hutan lindung seluas 1.200 hektar. Perairan laut dan kawasan hutan lindung merupakan kawasan berikat yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain dalam rangka pengembangannya. Hal ini dikarenakan letak kawasan perairan laut berbatasan langsung dengan hutan lindung.

Keberadaan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh merupakan tempat masyarakat menggantungkan hidupnya dari kegiatan kepariwisataan, hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang terlibat dalam kegiatan pariwisata dan berdomisili di sekitar Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh. Pada skala yang lebih luas, kegiatan pariwisata Kota Sabang mengandalkan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh sebagai salah satu daya tarik wisatanya dan telah memberi kontribusi dalam perekonomian Kota Sabang. Sedangkan sisi sosial, Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh merupakan salah satu identitas dari masyarakat yang hidup di sekitarnya. Kearifan masyarakat dalam menjaga dan memelihara taman wisata alam

laut ini telah menjadikan mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kelangsungan dan eksistensi dari kawasan itu sendiri.

Upaya menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai obyek tetapi menjadikan subyek dalam pembangunan akan berdampak pada manfaat yang diterima dan dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan pembangunan tersebut. Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu pembangunan dapat diukur dari semakin besarnya manfaat yang diterima oleh masyarakat, baik manfaat secara ekonomi maupun sosial. Potensi sumber daya yang ada demikian besar memungkinkan masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan kesejahteraannya. Pola pikir masyarakat pesisir umumnya sangat sederhana, didominasi oleh bagaimana cara untuk bertahan hidup, bagaimana usaha penangkapan ikan ke laut untuk mendapatkan hasil yang banyak. Kehidupan yang turun temurun juga dipandang terus menerus dilestarikan dari generasi ke generasi. Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan keadaan keluarga nelayan seolah-olah berada dalam lingkaran kemiskinan yang tidak habis-habisnya. Hal ini berimplikasi pada keadaan kesejahteraan keluarga nelayan tersebut (Pendid, 2003).

Melihat kondisi tersebut, masyarakat perlu mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan kapasitasnya agar dapat memperoleh tambahan pendapatan. Pekerjaan untuk memperoleh tambahan pendapatan tersebut misalnya dengan memanfaatkan potensi obyek wisata seperti berdagang makanan/ikan, menjual souvenir, menyewakan perahu, menyewakan penginapan, dan lain-lain di lokasi wisata. Dengan demikian secara langsung telah memanfaatkan potensi dari obyek wisata di kawasan Taman Wis ata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh. Sumber penghasilan tambahan ini harus bisa digarap secara bertahap dan terus menerus.

Erawan (1993), menuliskan bahwa pada tahun 1998 dampak pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat Bali mencapai 45,3%, sedangkan dampak dari investasi di sektor pariwisata adalah 6,3%. Artinya bahwa secara keseluruhan industri pariwisata menyumbang sebesar 51,6% terhadap pendapatan masyarakat Bali. Ditinjau dari kesempatan kerja, pada tahun 1998 kontribusi dari sektor pariwisata sebesar 38,0% dari seluruh kesempatan kerja yang ada di Bali. Selanjutnya Erawan menjelaskan bahwa dampak pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian Bali terdistribusi ke berbagai sektor selain hotel dan restoran, misalnya ke sektor pertanian (17,93%), sektor industri kerajinan sebesar 22,73%, sektor pengangkutan dan komunikasi 12,62%, dan sektor jasa-jasa sebesar 12,59%. Hasil ini juga dikuatkan oleh Antara dan Parining (1999) yang menyatakan bahwa pariwisata mempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat erat dengan banyak sektor. Dengan menggunakan SAM (Social Accounting Matrix), ditemukan bahwa pengaruh pengeluaran wisatawan sangat signifikan terhadap denyut nadi perekonomian Bali.

Kegiatan kepariwisataan di Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh memerlukan kajian yang mendalam tentang manfaat dari sisi ekonomi yang diperoleh masyarakat dengan berkembangnya sektor pariwisata, sehingga masyarakat sekitar termotivasi untuk memanfaatkan potensi obyek wisata tersebut yang nantinya akan menguntungkan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan akan berdampak pada perbaikan tingkat kesejahteraan. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang ingin diketahui pada penelitian ini hanya dibatasi pada: bagaimana dampak kegiatan pariwisata terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh, baik yang memanfaatkan potensi obyek pariwisata maupun yang tidak memanfaatkan potensi obyek pariwisata.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat setempat, baik yang memanfaatkan potensi pariwisata maupun yang tidak memanfaatkan potensi pariwisata.

2. Mengetahui tingkat kesejahteraan rumahtangga masyarakat di sekitar kawasan Taman Wis ata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Masukan kepada pihak yang terkait dalam menetapkan kebijaksanaan guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan di sekitar kawasan.

2. Bahan informasi tentang kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata dan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Hipotesis Penelitian

Atas dasar permasalahan yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bahwa kegiatan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar, khususnya yang bekerja pada kegiatan pariwisata di Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Weh.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Kata pariwisata baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 s/d 14 Juni 1958. Sebelumnya sebagai ganti kata “pariwisata” digunakan kata “tourisme” yang berasal dari bahasa Belanda. Adapun orang yang berjasa mempopulerkan kata pariwisata atau adalah Jendral G.P.H Djatikusumo yang pada saat itu menjabat Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata. Menurut Yoeti (1996), pengertian pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, melainkan untuk menikmati perjalanan tersebut guna memenuhi keinginan yang beranekaragam.

Kegiatan pariwisata yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang berarti dengan pemanfaatan yang berdampak kecil terhadap kawasan lindung. Kegiatan pariwisata pada daerah yang dilindungi, bila diatur dan dikendalikan secara baik akan mengarah pada pemanfaatan ekonomi dengan dampak kerusakan yang minimum. Peningkatan kepedulian terhadap sumberdaya alam secara universal menyebabkan timbulnya bentuk kegiatan wisata yang berbasis kepada alam. Salah satu bentuk kegiatan wisata alam tersebut adalah

Dokumen terkait