• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar belakang

Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan kanker (silent killer).

Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di beberapa rumah sakit. Peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular menjadi penyakit utama rawat inap di berbagai fasilitas kesehatan. Karena itu seharusnya transisi epidemiologi juga menyebabkan terjadinya transisi kebijakan yang menyeluruh (Soegondo, 2008).

Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Penyakit tidak menular memberikan kontribusi bagi 60 persen kematian secara global. Di berbagai negara yang termasuk negara berkembang, peningkatan penyakit ini terjadi secara cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada sisi

sosial, ekonomi dan kesehatan. WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun 2020, penyakit tidak menular akan menyebabkan 73 persen kematian secara global dan memberikan kontribusi bagi penyebab kematian secara global atau

global burden of disease sebesar 60 persen. Permasalahannya adalah sekitar 80 persen dari penyakit tidak menular ini justru terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah atau yang sering disebut sebagai low and middle income countries (WHO, 2008).

Menurut Data WHO (2010) yang memperlihatkan bahwa penyakit degenerative seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun. Dari beberapa penyakit degeneratif yang ada penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi (Kemenkes RI, 2013).

Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes mellitus.Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut.

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Penyakit tersebut akan membawa sebagian komplikasi yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan system syaraf. WHO memprediksi data kejadian diabetes mellitus akan

meningkat menjadi 333 juta dalam 25 tahun mendatang (Soegondo, 2011). Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan, Tercatat pada tahun 2005 jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada tahun 2007 dan akan menjadi 5.210.000 penderita pada tahun 2025. WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama pada tipe II yang banyak dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes mellitus tipe II tanpa gangguan insulin muncul pada usia diatas 45 tahun, karena tubuh sudah mengalami banyak perubahan terutama pada organ pancreas yang memproduksi insulin dalam darah (Soyono, 2009).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 yang menunjukkan bahwa sudah terdapat prevalensi penderita diabetes mellitus menjadi 2.4% dengan karakteristik masyarakat perkotaan sebanyak 68.7% dialami oleh masyarakat perkotaan dan 31.2% dialami masyarakat pedesaan serta 53.2% dialami oleh perempuan dan sebanyak 46.8% dialami oleh laki-laki ( Kemenkes, 2013) .

Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Apabila terjadi hiperglikemia dalam waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti pembuluh darah (stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung (penyakit

jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik), pembuluh darah kaki (gangrene/amputasi). Penderita diabetes mellitus memiliki resiko stroke dan PJK dua kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene, 7 kali lebih besar terkena gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan (Soegondo, 2008).

Penyakit diabetes mellitus di Medan, pada tahun 2012 merupakan penyakit dengan penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus. Hingga tahun 2012 ada 10347 penderita diabetes melitus yang berobat ke 39 Puskesmas di kota Medan. Data tersebut menunjukkanbahwa penderita diabetes melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan Kota Medan, 2012).

Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu propinsi dengan prevalensi penderita diabetes mellitus tertinggi di Indonesia dengan prevalensi sebesar 2.3% yang di diagnose dokter berdasarkan gejala, hal ini membuat Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu dari 10 besar provinsi dengan prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Indonesia ( Kemenkes, 2014). Tingginya prevalensi pasien diabetes mellitus di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari masih banyaknya pasien yang tidak mengetahui secara benar tentang penyakit diabetes mellitus, gaya hidup yang buruk, pola makan/ nutrisi yang tidak sehat dan kurangnya aktifitas fisik.

Berdasarkan laporan bidang Pelayanan dan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan diketahui bahwa Kota Medan terdapat 3 puskesmas yang memiliki

Klinik DM yaitu Puskesmas Darussalam, Puskesmas Teladan dan Puskesmas Sering. Data Dinas Kesehatan Kota Medan menunjukkan bahwa klinik DM Darussalam memiliki angka kunjungan pada tahun 2014 sebanyak 1260 kunjungan dengan jumlah pasien sebanyak 144 orang, Klinik DM Puskesmas Teladan diketahui memiliki kunjungan sebanyak 1354 kunjungan dengan jumlah pasien sebanyak 100 orang sedangkan Klinik DM Puskesmas Sering hanya memiliki 1010 kunjungan dengan jumlah pasien sebanyak 115 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pasien DM di klinik DM Puskesmas Sering cenderung tidak melakukan pengobatan rawat jalan secara rutin sesuai jadwal yang ditentukan. Klinik DM Puskesmas Sering merupakan klinik DM pertama yang ada di Kota Medan, Klinik DM Puskesmas Sering berdiri pada tahun 2008 dan menjadi salah satu harapan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus DM dan komplikasi DM. Pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah terkait dengan penatalaksanaan DM.

Berdasarkan laporan pola penyakit di Puskesmas Sering diketahui penyakit DM menempati urutan nomor 1 dari 10 kunjungan penyakit degeneratif. Puskesmas Sering yang merupakan salah satu puskesmas yang memiliki klinik diabetes melitus di Kota Medan dan menjadi puskesmas yang pertama kali ada klinik DM di Kota Medan, Puskesmas Sering memiliki klinik DM sejak tanggal 30 Mei Tahun 2008.

Jumlah pasien diabetes melitus di Klinik DM Puskesmas Sering pada tahun 2014 sebanyak 115 orang dengan rincian sebanyak 30 orang laki-laki dan 85 orang perempuan, akan tetapi pasien yang mau melakukan pengobatan secara rutin dan mengikuti program-program yang ada di klinik DM hanya sebanyak 15-20 orang (17-21%) pada setiap hari Kamis, hal ini sangat jauh dari harapan Dinas Kesehatan Kota Medan yang mengharapkan klinik DM sebagai salah satu alternatif pelayanan kesehatan yang dapat memberikan penatalaksanan DM kepada masyarakat. Pasien di klinik DM Puskesmas Sering memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 60 orang dan 30 orang pensiunan baik pensiunan pegawai swasta maupun pensiunan pegawai negeri, 12 orang pegawai negeri sipil dan 8 orang pedagang dan 5 orang pegawai swasta.

Klinik DM mewajibkan setiap pasien DM melakukan kunjungan 2 kali dalam satu bulan pada setiap hari kamis, karena dengan melakukan kunjungan ke klinik DM maka tenaga kesehatan dapat melakukan pengawasan kadar gula darah dan kesehatan pasien DM sehingga mencegah terjadinya komplikasi penyakit pada penderita DM. Klinik DM di Puskesmas Sering memiliki pasien pada bulan Desember 2014 sebanyak 115 orang dan terjadi penambahan pasien baru pada setiap bulannya yaitu pasien baru sebanyak 7 orang pada Bulan Januari dan pada Bulan Februari terdapat pasien baru sebanyak 4 orang sehingga pada Bulan Februari 2015 terdapat 126 orang pasien DM di Klinik DM Puskesmas Sering. Jumlah pasien yang semakin meningkat pada setiap bulannya seharusnya berdampak kepada kunjungan pasien DM ke Klinik DM akan meningkat. Pada bulan Desember tahun 2014 seharusnya dengan pasien sebanyak 115 orang akan

menghasilkan 230 kunjungan akan tetapi pada kenyataannya hanya terdapat 83 kunjungan pasien DM ke klinik DM, pada Bulan Januari dengan pasien sebanyak 123 orang seharusnya memiliki kunjungan DM sebanyak 246 orang tetapi kunjungan DM di klinik DM hanya sebanyak 75 orang, pada Bulan Februari dengan pasien sebanyak 130 orang seharusnya memiliki kunjungan DM sebanyak 260 orang tetapi kunjungan DM di klinik DM hanya sebanyak 75 kunjungan. Puskesmas Sering menyediakan 2 orang dokter dan 2 orang perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien DM namun hanya dokter saja yang berkomunikasi secara langsung dengan pasien DM sedangkan satu orang dokter lagi menjadi pimpinan klinik DM.

Minimnya pasien DM dalam melakukan kunjungan pasien DM di Klinik DM Puskesmas Sering ternyata berdampak dengan semakin banyaknya pasien DM yang didiagnosis memiliki penyakit penyerta lainnya selain penyakit DM seperti Hipertensi, stroke, penyakit jantung dan obsesitas. Berbagai penyakit penyerta yang ada pada pasien DM akan semakin memperparah keadaan pasien DM jika tidak melakukan pengobatan secara rutin ke Klinik DM Puskesmas Sering. Berdasarkan laporan klinik DM Puskesmas DM diketahui bahwa pasien DM di klinik DM Puskesmas Sering memiliki faktor resiko Hipertensi sebanyak 23 orang, obesitas sebanyak 5 orang, stroke ringan terdapat 4 orang dan penyakit jantung sebanyak 5 orang.

Klinik diabetes mellitus akan memberikan pelayanan khusus kepada setiap pasien diabetes melitus dalam merubah kebiasaan dan gaya hidupnya, melalui terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluan gizi yang berkelanjutan

namun masih banyak juga pasien diabetes mellitus yang melakukan pengobatan yang tidak sesuai jadwal yang ditentukan sehingga akan berdampak kepada kesehatan pasien diabetes mellitus. Berhasil atau tidaknya penatalaksanaan DM di klinik DM sangat tergantung pada pasien DM itu sendiri serta dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan di Klinik DM, merekalah yang pertama-tama akan membantu pasien DM dalam melakukan penatalaksanaan DM sehingga dapat mencegah terjadinya manifestasi klinis dari penyakit DM. Tenaga kesehatan di klinik DM harus memahami penatalaksanaan penyakit DM dengan baik dan benar, tenaga kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap keluhan pasien. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya sehingga pasien dapat mengerti tentang penyakit DM yang dideritanya dan dapat melakukan penatalaksanan penyakit DM.

Menurut survey awal yang peniliti lakukan pada beberapa pasien klinik DM di Puskesmas Sering yang merupakan penderita diabetes melitus, alasan penderita diabetes tidak datang lagi berobat pada waktunya yang ditentukan adalah dari pasien ada yang lupa minum obat karena cara minum obat diabetes harus sesuai dengan anjuran dokter, sehingga masih banyak obat yang tersisa dan biasanya menunggu sampai obat tersebut habis . Selain itu beberapa pasien tidak mau menunggu jadwal pemeriksaan karena dokter yang menangani hanya satu orang dan jadwal pemeriksaan diabetes mellitus yang singkat.

Berdasarkan survey pendahuluan kepada 5 orang pasien ( 3 orang jenis kelamin perempuan dan 2 orang jenis kelamin laki-laki) di klinik DM Puskesmas Sering diketahui bahwa terdapat 2 orang pasien yang bernama bapak Hendrik dan

ibu Dina yang melakukan pengobatan rawat jalan di Klinik DM dan tidak melaksanakan penatalaksanaan DM dengan baik yaitu “tidak berolahraga dengan teratur dan tidak mengikuti pola diet DM serta memiliki faktor resiko obesitas” dimana 1 orang pasien yang bernama bapak Ramadhan “ tidak melakukan olahraga selama 30 menit dalam seminggu dan tidak menjaga pola makan diet DM serta memiliki faktor resiko hipertensi ”, satu pasien yang bernama ibu Laila mengungkapkan “ tidak melakukan pengobatan DM secara rutin ke klinik DM sesuai jadwal sehingga pasien DM memiliki kadar gula darah yang tinggi dan melebihi batas normal”. Terdapat satu pasien yang bernama ibu Marni yang menyatakan” melakukan pengobatan di klinik DM dengan rutin pada setiap minggunya serta melakukan penatalaksanaan DM secara rutin sehingga kadar gula darahnya selalu normal yang diperlihatkan dari dokumen pemeriksaan kadar gula darah yang ditunjukkan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : untuk mengetahui determinan pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita diabetes mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dalam menurunkan angka penyakit diabetes mellitus Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan ada manfaatnya terutama :

1. Dengan diketahuinya determinan pemanfaatan klinik diabetes mellitus bagi penderita diabetes mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dapat berjalan dengan baik sehingga dapat menurunkan angka penyakit diabetes melitus melalui Klinik Diabetes Mellitus.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan di Klinik Diabetes Mellitus dalam menurunkan angka penyakit Diabetes Mellitus.

3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis.

4. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan determinan pemanfaatan ulang Klinik Diebetes Mellitus.

Dokumen terkait