• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Petani Padi Setelah Mengkonversikan Lahanya Keperkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Pendapatan Petani Padi Setelah Mengkonversikan Lahanya Keperkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali

Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan maka dapatlah hasil pengolahan data tentang persepsi masyarakat tentang proses pembangunan pabrik sebagai berikut :

Wawancara dengan Ibu TN (48 Tahun) pada tanggal 28 Agustus 2015 tentang pendapatan petani setelah melakukan konversi lahan padi menjadi perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

Gambar IV.1 : wawancara dengan ibu TN 48 tahun (Dokumentasi pada tanggal 28 Agustus 2015)

” Kalau untuak panghasilan nan ibuk dapek sasudah pindah lahan kakabun sawit tantunyo maningkek, tagantuang laweh kabun sawit tu. Alhamdulillah ibuk punyo kabun sawit kurang labiah 2 Ha. Kalau dari hasil kabun sawit, alhamdulillah cukuik untuik hiduik sahari-hari, tapi ado juo biaya untuak kabutuhan lain bantuak biaya panen, biaya pupuak paliang biaya yang dikaluan untuak sakali panen tagantuang jo hasil panen biasonyo. Biaya nan diparaluan sabanyak Rp 300.000/ton sawit. Kalau untuak biaya pandidikan anak, alhamdulillah cukuik karano biaya pandidikan anak ibuk alun mambutuhan biaya banyak, kalau dibandingan jo hasil padi sawah memang hasil kabun sawit labiah gadang”.

Artinya :

“Kalau masalah pendapatan yang ibu peroleh setelah melakukan konversi ke perkebunan kelapa sawit tentunya meningkat, itu pun tergantung kepada luas perkebunan kelapa sawit. Alhamdulillah ibu memiliki kebun sawit kurang lebih 2 Ha. Kalau dari hasil perkebunan kelapa sawit alhamdulillah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, namun ada juga untuk kebutuhan lainnya seperti biaya panen, biaya pupuk, palingan biaya yang dikeluarkan untuk sekali panen tergantung kepada hasil panen biasanya di bayar Rp 300.000/ton sawit. Kalau untuk biaya pendidikan anak alhamdulillah tercukupi, karena pendidikan anak ibu masih belum mengeluarkan biaya yang banyak. Kalau dibandingkan dengan hasil padi sawah memang hasil perkebunan kelapa sawit lebih besar.”

Selanjutnya wawancara dengan Bapak Zn (42 Tahun) padang tanggal 28 Agustus 2015 menyatakan sebagai berikut :

Gambar IV.2 : wawancara dengan bapak ZN 42 tahun (Dokumentasi pada tanggal 28 Agustus 2015)

” Untuak panghasilan sasudah mamindahan lahan padi menjadi kabun sawit, alhamdulillah dapek maningkekan panghasilan bapak untuak mamanuhi kabutuhan keluarga walaupun ado kabutuhan lain nan harus dikaluan salain kebutuhan keluarga. Palingan ado biaya khusus nan bapak sadioan untuak biaya parawatan sawit dan biaya panen. Biaso biaya nan bapak kaluan untuk parawatan dan skali panen labiah kurang Rp 1juta. Kalau biaya pandidikan anak pasti di nomor satuan walau baa caronyo”

Artinya :

“Untuk pendapatan setelah melakukan konversi lahan padi menjadi sawit alhamdulillah dapat meningkatkan penghasilan bapak yang pastinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sudah terpenuhi walaupun ada kebutuhan lain yang harus dikeluarkan selain untuk kebutuhan keluarga. Palingan ada biaya khusus yang bapak sediakan untuk biaya perawatan sawit dan biaya panen. Biasanya biaya yang bapak keluarkan untuk perawatan dan sekali panen lebih kurang 1.000.000. Kalau biaya pendidikan anak pasti dinomor 1 kan walau bagaimanapun”.

Selanjutnya wawancara dengan Bapak CR (46 Tahun), Ibu SR (40 Tahun), dan Ibu ST (32 Tahun) pada tanggal 28 Agustus 2015 juga mengungkapkan hal yang serupa tentang pendapatan petani setelah melakukan konversi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :

Gambar IV.3 : wawancara dengan bapak CR 46 tahun (Dokumentasi pada tanggal 28 Agustus 2015)

“Nek teko segi penghasilan yo uwes di omongke rodok apeklah, nek karo-karo seng urong-uronge, pas urong pindah teko pari tros tak dakdekne sawet ki, nek go keluerga yo iso di omongke cukoplah go kebuth sedino-dino ne, bapk yo due sawet gor 1 ha, nek pak yo ora ngetokne upah panen ne, lawong bapak iki sawet te di panen dewe, paleng yo seng pak etone gor biaya gopupue ae, gor sekitar Rp. 500.000 kurango yo Rp. 600.000, nek go sekolah anake yo uwes cukuplah”

Artinya

“Kalau segi pendapatan sudah bisa dikatakan baik jika dibandingkan sebelum melakukan perpindahan lahan padi menjadi perkebunan kelapa sawit. Kalau untuk kebutuhan keluarga sudah bisa dikatakan cukup untuk kebutuhan sehari-sehari karena lahan sawit yang miliki hanya 1 Ha, Bapak tidak ada mengeluarkan biaya panen karena bapak panen sendiri

sawit yang bapak miliki palingan biaya lain yang harus dikeluarkan adalah biaya pupuknya saja, itu berkisar kira-kira Rp 500.000-600.000. untuk biaya pendidikan anak sudah terpenuhi.

Selanjutnya wawancara dengan Bapak SW ( 55 Tahun) pada tanggal 28 Agustus 2015

Gambar IV.4 : wawancara dengan bapak SW 55 tahun (Dokumentasi pada tanggal 28 Agustus 2015)

“Uwes no wes cukop pas bar pindah lahan pari tak pindah ke neg sawet ki, pas wes pindah lahan yo wes lumayan meningkatlah, karo sak durung-durunge pas urong di pindah ne ki, nek pak yo panen sawet go wong kerjo ngono upahne ngono, yo gor wong loro paleng, di gajeh sekitar Rp 250.000,, tros go bayar utangan mobel, yowes alhamdulilak sapek sakiki yo ijek tercukupilah, yo utung sawet no hasil le,

Artinya :

“Sudah bisa mencukupi semenjak lahan kami di pindahkan ke sawit, setelah melakukan perpindahan lahan sudah meningkat dari pada pendapatan sebelum melakukan perpindahan, kalau bapak untuk memanen sawit menggunakan tenaga kerja paling tidak 2 orang itu di gajih sekitar Rp 250.000, untuk membayar cicilan mobil, sudah sampek sekang masih terpenuhi dengan baik, oh lebih besar tanaman sawit

Selanjutnya wawancara dengan Bapak WH ( 43 Tahun) pada tanggal 30 Agustus 2015 sebagai berikut :

Gambar IV.5 : wawancara dengan bapak WH 43 tahun (Dokumentasi pada tanggal 29 Agustus 2015)

“Yo mendenglah wes meningkat pirang persen yo paleng yo gor 50%lah teko biasanelah, uwes yo neg ngolah sawet ki gampang nek di padaken pari ki, dadi yo saya panene dewe waelah, dadi saya ora metu duek opo biaya ngonolah, ora enek yo jek go kebutuhan keluargane, nek go sekolah anak yo alahmdulilah teko sak iki lebih meningkatlah di abndeng sedurung-durunge, nek go pendapatan yo lebih naek sawt ke timbange pariki”

Artinya :

“Ya lumayan meningkat sekitar 50% dari biasanya, sudah karana pengelolaan sawit ini lebih mudah dari pada padi, jadi saya bisa melakukan kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya panen sendiri jadi saya tidak mengeluarga biaya terlalu banyak, gak ada jadi masih memenuhi kebutuhan keluarga saja masih belum maksimal, untuk biaya pendidikan anak-anak saya sampai sekarang alhamdulilah masih terpenuhi, untuk pendapatan lebih meningkat kelapa sawit dari pada sawah”

2. Gaya Hidup Petani Padi Setelah Mengkonversikan Lahanya Pertanian