4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
4.9.4 Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi pembongkaran ikan dari
palka sampai ikan diangkut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kapal tradisional
mendaratkan hasil tangkapannya di TPI sedangkan untuk kapal longline
mendaratkan hasil tangkapannya di Tuna Landing Center (TLC). TLC yang berada di dermaga timur sengaja dikhususkan untuk mendaratkan hasil tangkapan
kapal longline. y = -43362x + 9E+07 R2 = 0,7707 200000 400000 600000 800000 1000000 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun T o n
Bagi kapal longline, sebelum dilakukan pendaratan hasil tangkapan maka diadakan persiapan terlebih dahulu. Aktivitas persiapan yang dilakukan adalah
dengan melakukan pemasangan alat peluncur yang berfungsi memindahkan ikan
dari kapal longline ke unit-unit penanganan sekaligus berfungsi untuk melindungi ikan tuna dari sinar matahari secara langsung. Aktivitas pembongkaran ikan tuna
dimulai dengan mendaratnya kapal di dermaga timur, sebelum dilakukan
pembongkaran ikan maka es yang digunakan untuk mendinginkan ikan terlebih
dahulu dibuang dari dalam palka. Aktivitas dilanjutkan dengan mengeluarkan ikan
dengan menggunakan bantuan katrol, yaitu dengan cara mengikat ekor ikan
dengan tali yang kemudian ditarik menggunakan bantuan katrol dari dalam palka
sampai ke atas deck. Sesampainya di atas deck, ikan diletakkan pada alat peluncur selanjutnya didorong meluncur menuju kedalam unit penanganan tuna untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.
Bagi kapal gillnet aktivitas pendaratan ikan berlangsung di dermaga barat dekat dengan TPI. Pembongkaran ikan dilakukan dengan menggunakan bantuan
tris. Tris atau basket atau keranjang ikan adalah wadah berbentuk kotak terbuat dari plastik dengan kapasitas 70 kg ikan. Ikan dari dalam palka dimasukkan ke
dalam tris, kemudian diangkat ke atas deck dengan menggunakan bantuan tali. Ikan yang telah berada di deck lalu disortir sesuai dengan jenis, ukuran dan mutunya dan ditempatkan pada tris yang berbeda-beda, tujuannya adalah untuk memudahkan saat pelelangan dilakukan. Pemindahan tris dari kapal ke TPI menggunakan lori. Pemindahan ini dilakukan di ruangan terbuka sehingga sinar
matahari mengenai langsung ikan. Tidak adanya pemberian es pada ikan semakin
dua sampai tiga jam, tergantung banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan.
Mekanisme pemasaran ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah
sebagai berikut : ikan yang masuk ke PPS Nizam Zachman yang berasal dari laut
khususnya kelompok ikan tuna (tuna, meka, marlin, yellow fin, big eye) di proses, sebagian ke industri pengolahan ikan dan di ekspor langsung ke negara Jepang,
Singapura, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa
ke pelelangan untuk dilelang. Ikan-ikan non tuna (tradisional) setelah didaratkan
dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk di lelang. Sete1ah diadakan transaksi
le1ang dan terjadi kesepakatan harga, ikan dibawa ke pasar baik pasar lokal
maupun ekspor.
Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman, dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Pelelangan yang ada di PPS Nizam Zachman diselenggarakan oleh
Koperasi Mina Muara Makmur selaku pihak yang ditunjuk oleh Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta. Aktivitas yang
dilakukan sebelum pelelangan adalah penimbangan ikan, kemudian tris yang telah ditimbang tersebut dikelompokkan berdasarkan kapal yang mendaratkan.
Pelelangan yang ada di TPI PPS Nizam Zachman dinamakan “opow” karena
pembeli lelang dan penjual lelang adalah orang yang sama yaitu pemilik kapal,
walaupun demikian aktivitas lelang tetap diadakan karena merupakan patokan
nilai retribusi yang harus dibayar ke pemerintah daerah sebesar dari total nilai
lelang. Sesuai dengan Perda DKI Jakarta, retribusi lelang sebesar 5 %, dimana 3
% dikenakan kepada pemegang lelang dan sisanya dikenakan kepada produsen
Hasil tangkapan yang didaratkan di TLC tidak diadakan pelelangan. Ikan
yang didaratkan akan langsung masuk ke unit-unit penanganan tuna setelah
aktivitas pembongkaran dilakukan. Namun, data pendaratan ikan masih dapat
dicatat karena pihak perusahaan akan memberikan laporannya sehingga retribusi
sebesar 5 % tetap bisa ditarik. Tidak adanya mekanisme kontrol dari pihak PPS
Nizam Zachman, membuat keakuratan data yang diberikan oleh perusahaan
diragukan karena kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari
perusahaan tersebut. Mekanisme masuk/keluarnya komoditi perikanan dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan 3.
(1) Pasar lokal
Ikan yang berasal dari pelelangan tersebut di atas serta ikan yang berasal dari
beberapa daerah penghasil utama perikanan diangkut lewat darat/truk
dipasarkan melalui Pusat Pemasaran Ikan (PPI) pada malam hari sekitar
pukul 20.00-02.00 WlB, kemudian didistribusikan ke daerah-daerah di
sekitar Jabotabek seperti Bekasi, Depok, Tangerang, bahkan sampai ke
Sukabumi dan Cilegon.
(2) Pasar ekspor
Kegiatan ekspor hasil perikanan dilakukan bentuk segar maupun beku yang
terdiri dari ekspor segar meliputi jenis tuna, bawal, udang, tenggiri, meka
dan jenis ikan lainnya dilakukan melalui Bandara Sukarno Hatta
(Cengkareng) dengan menggunakan jasa cargo, serta ekspor beku yang
terdiri dari jenis ikan tuna, kakap, kerapu, meka, marlin, lobster, udang dan
jenis ikan lainnya dilakukan melalui pelabuhan umum Tanjung Priok dengan
melalui transhipment (ship to ship) dengan ukuran kapal pengangkut sampai
dengan 2.500 GT.
Adapun mekanisme pelayanan ekspor dapat dilihat pada Lampiran 4.
Volume ekspor tahun 2004 sebesar 26.740,24 ton terdiri dari ekspor segar
sebesar 10.218, 29 ton dan ekspor beku sebesar 15.521,95 ton. Nilai ekspor
ikan segar sebesar US$ 111.067.332 dan nilai ekspor ikan beku sebesar US$
129.870.845 sehingga total nilai ekspor sebesar US$ 240.936.177. Negara
tujuan ekspor seperti Asia, Amerika dan Eropa. Lebih rinci ekspor ikan dapat
dilihat dalam Tabel 13 berikut :
Tabel 13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000- 2004
Ton Ekspor Tuna Ekspor Udang Ekspor Lainnya Tahun Segar Beku Segar Beku Segar Beku
2000 8.273 5.475 1.945 4.210 4.702 8.722 2001 7.519 6.368 963 2.943 2.290 3.937 2002 9.532 4.744 1.762 4.456 559 1.602 2003 6.212 8.099 327 2.142 1.245 6.608 2004 8.935 8.164 146 1.804 1.137 6.554 40.471 32.850 5.143 15.555 9.933 27.423 73.321 20.698 37.356 Jumlah 131.375 % 55,81 15,76 28,43 Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004
Jumlah ekspor yang dilakukan PPS Nizam Zachman selama kurun waktu 5
tahun terakhir sangat berfluktuasi baik dari komoditi tuna, udang atau komoditi
lainnya. Berdasarkan persentase komoditi ekspor, lebih banyak pada komoditi
ekspor tuna sebesar 55,81 %, disusul ekspor lainnya sebesar 28,43 % dan terakhir
ekspor udang sebesar 15,76 %.
Dari komoditi ekspor tuna, sebesar 55,2 % produk segar dan 44,8 produk
mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu
yang lebih baik dibandingkan dengan produk beku.
Gambar 16 Perkembangan volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004
Dari persamaan linear pada Gambar 16 tersebut, yaitu y = -1256,1x +
3.106 R2 = 0,22 (y=jumlah penyerapan perbekalan, x=periode/tahun, dan R2=
koefisien determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan volume
ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman sebesar 1.256,1 ton. Penurunan ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain pengurangan jumlah permintaan dan
juga melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar.
Tabel 14 berikut ini menyajikan volume dan nilai ekspor hasil perikanan
di PPS Nizam Zachman dalam kurun waktu tahun 2000-2004.
y = -1256,1x + 3E+06 R2 = 0,2227 10000 20000 30000 40000 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun T o n
Tabel 14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004
Ikan Segar Ikan Beku Jumlah
Tahun Ton US$ Ton US$ Ton US$ 2000 14.920 89.338.034 18.407 91.684.372 33.327 181.022.406 2001 10.772 86.466.347 13.248 69.289.562 24.020 155.755.909 2002 11.853 91.387.316 10.802 50.033.299 22.655 141.420.615 2003 7.784 63.337.249 16.849 76.334.601 24.633 139.671.850 2004 10.218 111.067.332 16.522 129.870.845 26.740 240.938.177 Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004
Data tersebut memperlihatkan bahwa dari tahun 2000-2004 industri
perikanan di PPS Nizam Zachman mengekspor ikan dalam bentuk segar sebesar
55.547 ton sedangkan untuk ekspor dalam bentuk beku sebesar 75.828 ton sehingga
total jumlah produk perikanan yang diekspor dari tahun 2000-2004 sebesar 131.375
ton. Rata-rata produksi per tahun untuk ekspor produk segar sebesar 11.109 ton,
jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata ekspor produk beku
sebesar 15.166 ton ikan per tahun. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa
permintaan terhadap produk ikan beku semakin meningkat, berarti industri
pengolahan ikan harus meningkatkan aktivitasnya untuk memenuhi permintaan
Gambar 17 Perkembangan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004
Gambar 17 di atas memperlihatkan bahwa total nilai produksi untuk produk
segar dari tahun 2000 s.d 2004 sebesar US$ 441.596.278 nilai ini lebih besar
apabila dibandingkan dengan nilai produk beku yang hanya US$ 417.212.679. Nilai
produksi rata-rata untuk produk ikan segar per tonnya US$ 88.319.256, sedangkan
nilai rata-rata produk ikan beku per tonnya hanya US$ 83.442.536. Produk segar
mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu
yang lebih baik dibandingkan dengan produk beku.
Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah
cukup optimal, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang nantinya akan
mempengaruhi kinerja operasional pelabuhan. Kekurangan/permasalahan tersebut
antara lain : 25000000 50000000 75000000 100000000 125000000 150000000 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun US $
(1) Mutu ikan; berkurangnya mutu ikan mulai disebabkan karena proses
penangkapan, penanganan ikan diatas kapal hingga pada saat kapal bongkar.
Penggunaan alat tangkap yang tidak merujuk pada code of conduct responsible fisheries menyebabkan ikan yang ditangkap mengalami kerusakan fisik dan banyak ikan yang ditangkap dengan ukuran yang tak layak tangkap. Proses
penanganan hasil tangkapan di kapal yang belum profesional sangat berpotensi
merusak mutu hasil tangkapan, hal ini dimungkinkan pemberian es dan proses
pembekuan dilakukan setelah melewati fase igormortis. Mutu ikan juga akan berkurang disaat kapal bongkar, banyak jenis ikan yang bongkar di PPS
Nizam Zachman ditangani dengan tidak efektif dan efisien. Industri perikanan
terutama yang berskala kecil, dapat menderita kerugian ekonomis sangat besar
akibat rendahnya harga, kemunduran mutu ikan. Hal yang sama dapat dialami
pula oleh ekonomi nasional akibat kehilangan pasar di luar negeri. Secara
nyata, permintaan konsumen terhadap mutu ikan yang baik berkembang cepat.
Negara-negara pengimpor sangat menghendaki kondisi tempat pendaratan
ikan yang bersih dan higienis, sebagai suatu persyarat yang telah mereka
tetapkan guna memenuhi standar mutu yang tinggi terhadap produk hasil
perikanan.
(2) Ketertiban dan keamanan; karena jumlah personil keamanan dan ketertiban
tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelabuhan atau dengan kata lain
jumlah personil keamanan dan ketertiban tidak proposional dengan luas
wilayah PPS Nizam Zachman yaitu 100 Ha ditangani hanya 22 personil.
(3) Lingkungan/Sampah; masih banyaknya limbah cair dan padat dari proses
tidak sedap, selain itu juga karena banyaknya kapal yang memperbaiki di
dermaga maka banyak kayu-kayu yang berserakan di sekitar dermaga. Pada
bulan-bulan mendekati bulan puasa, volume sampah meningkat sampai 40 m3
per hari, dengan jenis sampah organik yaitu daun. Semua limbah ini, jika tidak
ditangani secara tepat akan menimbulkan kontaminasi terhadap produksi ikan
serta mengakibatkan degradasi lingkungan pelabuhan sebagai akibat polusi.
Biaya memperbaiki segenap permasalahn ini begitu mahalnya, setelah semuanya terjadi. Pencucian ikan menggunakan air kolam pelabuhan yang kotor dan cara penanganannya dengan kondisi sanitasi yang rendah,
merupakan faktor yang menyebabkan cepatnya terjadi pembusukan ikan serta
resiko membahayakan kesehatan, karena baik ikan maupun air sudah
terkontaminasi.
(4) Dermaga, banyak dijumpai kapal ikan yang ingin merapat di dermaga, tidak
bisa bersandar sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena adanya kapal
ikan yang rusak dan selalu bersandar di dermaga, bahkan ada yang merapat
sampai lama sekali dan hal ini mengganggu untuk merapatnya kapal ikan yang
lain sehingga fungsi dermaga bukan untuk merapatkan kapal tetapi
dipergunakan juga untuk memperbaiki kapal. Nilai fungsi dari dermaga
menjadi turun.
(5) Jalan akses ke PPS Nizam Zachman, kondisi jalan masuk menuju PPS
Nizam Zachman sekarang ini sangat padat dan selalu mengalami kemacetan
karena besarnya volume lalu lintas yang sebagian besar berupa traktor dan
lainnya. Kapasitas lalu lintas jalan hanya cukup untuk dua jalur jalan (satu
lajur per arah) yang membahayakan para pengendara motor dan pejalan kaki.
Untuk mengatasi permasalah tersebut diatas, upaya yang perlu
dilakukan antara lain :
(1) Dalam penanganan ikan agar dapat diperoleh ikan dengan mutu baik adalah
sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung metode penangkapan
yang efektif dengan menggunakan alat penangkapan yang ramah lingkungan.
Lembaga/instansi yang mempunyai peran yang sangat besar dalam
penanganan ikan di PPS Nizam Zachman adalah UPT berkoordinasi dengan
Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta serta Perum
PPS.
(2) Guna meningkatkan ketertiban dan keamanan, mengusulkan agar personil
Satpam UPT serta personil KP3 ditambah sesuai dengan kebutuhan luas
kawasan 100 Ha.
(3) Sehubungan lahan tempat pembuangan akhir sampah di DKI Jakarta sudah
tidak memungkinkan lagi, maka diusulkan alternatif lain yaitu pembangunan
dan pengadaan mesin pengolah sampah berupa insenerator.
Untuk menangani problema lingkungan, dalam hal ini UPT sama sekali tidak
memiliki kewenangan menyangkut aspek pengelolaan lingkungan. UPT setiap
hari melakukan pembersihan di PPS Nizam Zachman bekerjasama dengan
pihak KUD. Karena ukuran pelabuhan yang demikian luas, diperlukan waktu
berjam-jam untuk membersihkan perairan disekitar dermaga dari kantong-
kantong plastik, sampah dan benda-benda terapung lainnya. Namun demikian,
mengendalikan pencemaran. Maka disarankan UPT berkoordinasi dengan
Perum PPS, Departemen Kesehatan, dan unit kerja dari lembaga/instansi
terkait yang berwenang terhadap masalah kelestarian lingkungan (misal :
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta (Bappedalda), Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, dll).
(4) Dalam rangka efisiensi penggunaan pelabuhan, sudah seharusnya PPS Nizam
Zachman memperbaiki sistem manajemen untuk standar pelabuhan perikanan
yang baik dan bila perlu standar internasional. Alternatif permasalahan di
dermaga melalui penegakan peraturan pelabuhan untuk menjaga ketertiban
penggunaan sarana dan prasarana pelabuhan sesuai fungsinya. Untuk
mengurangi antrian cukup lama masuk galangan kapal, perlu penambahan
fasilitas galangan kapal/dock melalui dana cost recovery atau bantuan proyek
luar negeri.
(5) Guna melayani semua kegiatan di kawasan pelabuhan dengan permintaan
pelayanan pelabuhan yang terus meningkat, maka diperlukan jalan
penghubung utama yang cukup dari dan menuju ke kawasan pelabuhan serta
jaringan jalan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan jalan tol atau
dengan pelabuhan umum utama, dan bila diperlukan menyediakan jalur rel
kereta api untuk memudahkan distribusi ke daerah pedalaman. Alternatif
pelebaran jalan di PPS Nizam Zachman sangat sulit mengingat sisi badan jalan
telah dipenuhi dengan bangunan-bangunan rumah, toko dan lainnya.
Penghancuran bangunan-bangunan di sisi jalan tersebut tidak akan efektif dan
usaha pembebasan tanah atau tukar guling memerlukan prosedur hukum.
pintu keluar jalan tol Mangga Dua/Glodok dan sisi barat jalan menuju Muara
Karang dan Muara Angke, untuk memperlancar arus lalu lintas dan
mengakomodasi laju kendaraan ukuran sedang dan besar di area komplek PPS
Nizam Zachman. Maka disarankan sebagai tindak lanjut pembangunan tahap 4
(1993-2001, telah selesai pada tahun 2002), usulan proyek masa depan di PPS