• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOG

3.2 Penelitian II

Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Pemanfaatan Limbah Cair Pengolahan Kelapa Sawit pada Pertanaman Kangkung (Ipomoea reptans)

dan Caisin (Brassica parachinensis)

3.2.1 Tempat dan Waktu

Penelitian kedua ini dilaksanakan di Rumah Kasa Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, sedangkan analisis hara tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei 2009.

3.2.2 Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik cair yang dihasilkan dari penelitian pertama (effluent biodigester dan effluent biodigester yang diaerasikan), pupuk organik cair dari limbah cair kelapa sawit yang diambil dari anaerobic pond dan aerobic pond PMKS-UKUI 2, serta dua pupuk organik cair yang beredar di pasaran, tanah sebagai media tanam, benih kangkung dan caisin, pupuk majemuk Phonska dan ZA, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan jaringan tanaman.

3.2.3 Metode Penelitian

Tahap pengaplikasian pupuk organik cair yang dihasilkan dilakukan pada tanaman kangkung dan caisin karena kedua tanaman tersebut memiliki waktu panen yang relatif singkat, persyaratan tumbuh yang relatif mudah, tergolong

tanaman yang cukup responsif terhadap pemupukan, serta memiliki kandungan gizi tinggi. Aplikasi pupuk organik cair pada kedua jenis tanaman ini dalam polibag terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu:

1. Persiapan tanam dan pelaksanaan aplikasi pupuk organik cair

Pada tahap awal dilakukan persiapan media tanam berupa tanah sebanyak 2 kg BKM/polibag. Tanah yang digunakan diberi pupuk dasar Phonska sebanyak 1 gram/polibag yang kemudian diinkubasi selama satu minggu. Pada masing- masing pertanaman diberikan tujuh benih kangkung per polibag dan lima benih caisin per polibag. Selanjutnya pertanaman sayuran dilakukan di rumah kasa yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh tapisan hujan secara langsung, juga agar pertanaman memiliki kelembaban yang cukup tinggi dengan intensitas cahaya yang cukup.

Terdapat enam jenis pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: empat jenis pupuk organik cair yang berasal dari limbah cair kelapa sawit terdekomposisi dan dua jenis pupuk organik cair pembanding yang beredar di pasaran. Keempat jenis pupuk organik cair sebelumnya dibedakan berdasarkan proses dekomposisinya, yaitu: effluent biodigester yang didekomposisikan secara anaerobik murni, effluent biodigester yang diaerasikan, limbah cair dari anaerobic pond yang didekomposisikan secara semi anaerobik-aerobik (aerobik pada lapisan teratas dan anaerobik pada sebagian besar lapisan bawah kolam pengendapan), serta limbah cair dari aerobic pond yang didekomposisikan secara semi aerobik- anaerobik (aerobik pada lapisan atas dan tengah dan anaerobik pada lapisan terbawah kolam pengendapan) (Gambar 3b dan 3c). Kolam pengendapan pada pengolahan limbah cair dengan sistem kolam terbuka sebenarnya didesign untuk mendekomposisikan limbah secara aerobik. Akan tetapi pada kolam pendinginan hingga anaerobik, beban organik, kandungan padatan, maupun kadar lemak dalam limbah masih tinggi, sehingga diperlukan beberapa tahapan kolam untuk menurunkan beban organik, kandungan padatan, maupun kadar lemak dalam limbah cair pada kolam berikutnya (kolam aerobik dan sedimentasi).

Gambar 3a. Pengolahan Limbah Cair secara Open Ponding System

Gambar 3b. Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Cair Kolam Terbuka pada Anaerobic dan Aerobic Pond

(Ket: (*) endapan lumpur kolam anaerobik ± 1/4 volume total dan kolam

aerobik ± 1/10 volume total)

limbah cair Kolam II (Acidic Pond) (± 12000 m3) Kolam I (Cooling Pond) (± 12000 m3) Kolam IV (Anaerobic Pond) (± 35000 m3) Kolam III (Acidic Pond) (± 12000 m3) Kolam V (Anaerobic Pond) (± 35000 m3) Kolam VI (Secondary Pond) (± 22000 m3) Kolam VII (Aerobic Pond) (± 14000 m3) Kolam VIII (Sedimentary Pond) (± 1700 m3) endapan lumpur* kedalaman kolam semi aerobik-anaerobik

Gambar 3c. Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Cair Biodigester

Dosis yang diberikan untuk masing-masing pupuk organik cair yang digunakan adalah l26 m3/ha (Sutarta et al., 2003) dengan pengenceran 100 kali, sedangkan dosis yang digunakan untuk pupuk anorganik terdiri dari tiga taraf, yaitu: 0 %, 50 % dan 100 % dari dosis penuh ZA yang diberikan, yaitu 2 gram/polibag (~ 200 ppm N). Pemberian pupuk organik cair dan pupuk anorganik dosis penuh (100 %) dilakukan sebanyak dua kali, yaitu masing-masing 63 ml dan 1 gram ZA pada awal pertanaman dan dua minggu setelah tanam (2 MST).

Berdasarkan hasil analisis awal, karakteristik pupuk organik cair dari limbah cair kelapa sawit yang diambil dari anaerobic pond dan aerobic pond PMKS-UKUI 2 (Lampiran 1), serta dua pupuk organik cair yang beredar di pasaran (diberi simbol pupuk cair A dan B) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Cairan Pupuk Organik Cair yang Digunakan

Parameter Limbah Cair

Anaerobic Pond

Limbah Cair

Aerobic Pond Pupuk Cair A Pupuk Cair B

TS (%) 1.25 0.40 0.20 0.19 C org (%) 0.73 0.28 0.88 0.09 N tot (%) 0.12 0.09 0.22 0.04 P (ppm) 379.12 236.26 164.84 538.46 K (ppm) 601.20 350.70 1503.01 100.20 Ca (ppm) 40.85 27.15 13.23 28.94 Mg (ppm) 159.44 293.97 141.50 157.95 S (ppm) 5.83 15.05 10.68 6.80 Fe (ppm) 5.85 3.00 10.86 2.50 Cu (ppm) 0.20 0.25 1.23 0.15 Zn (ppm) 3.62 2.98 4.86 2.53 Mn (ppm) 0.35 0.40 1.79 0.15 Na (ppm) 140.10 105.07 395.28 70.05 EC (mS) 6.90 3.30 9.40 1.80 pH 8.72 8.77 7.92 7.70

Perawatan dan pengamatan terhadap pertanaman dilakukan secara periodik. Parameter tanaman yang diamati secara periodik adalah tinggi tanaman,

biogas

limbah cair 0.96 m

anaerobik murni CO2 & CH4

dan di akhir pemanenan dilakukan pengukuran bobot basah dan bobot kering tanaman. Analisis tanah dan jaringan tanaman yang dilakukan meliputi kandungan hara makro dan mikro. Masa panen tanaman kangkung dan caisin berkisar antara 30-35 hari setelah tanam.

2. Rancangan percobaan dan analisis data

Percobaan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah pupuk organik yang terdiri dari tujuh jenis pupuk organik cair dan faktor kedua adalah pupuk anorganik yang terdiri dari tiga taraf, sehingga terdapat 21 perlakuan kombinasi dan pada masing-masing perlakuan dilakukan 4 ulangan.

Model linier analisis data : yijk =μ+αij +(α*β)ijijk

dimana : yijk = Respon perlakuan I ke-i, perlakuan II ke-j dan ulangan ke-k μ = Nilai tengah perlakuan

i

α = Pengaruh perlakuan pupuk organik ke-i βj = Pengaruh perlakuan pupuk anorganik ke-j

ijk

ε = Galat perlakuan I ke-i, perlakuan II ke-j dan ulangan ke-k

Data semua parameter hasil pengamatan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan’s pada taraf 5 % program SPSS 13.0 untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tinggi dan bobot tanaman, serta tingkat serapan hara tanaman.

Dokumen terkait