• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

9 Peranan Asosiasi

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dilakukan dalam ekonomi industri membahas tentang formasi keterkaitan, orientasi pasar dan klaster industri kecil dapati lihat pada Tabel 2.2 Matriks Penelitian Terdahulu.

Tabel 2.2

Matriks Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL TUJUAN PENELITIAN VARIABEL PENELITIAN DAN ALAT ANALISIS HASIL 1 Mudrajad Kuncoro dan Irwan Adimaschandra S. (2003) Analisis Formasi Keterkaitan, pola Klaster dan Orientasi Pasar : Studi Kasus Sentra Industri Keramik Kasongan, Kab. Bantul, DIY

Menganalisis pola klaster yang diajukan oleh (Markusen, 1996) berdasarkan studinya di Amerika Serikat, formasi keterkaitan dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi pasar domestik atau ekspor

Variabel dependen : Orientasi Pasar Variabel independen : 1.Badan Hukum 2.Tenaga Kerja 3.Tingkat Pendidikan TK dan Pengusaha 4.TK tidak dibayar 5.Pelatihan Pengusaha 6.Umur Perusahaan 7.Bapak Angkat 8.Teknologi 9.Jaringan Pembeli Terbesar 10.Jaringan Pemasok Bahan Baku 11.Keaktifan Berpromosi Alat Analisis : Binary Logistic Regression

1. Pola kluster Kasongan mengikuti sebagian pola kluster Marhallian dan Hub and Spoke. 2. Berdasarkan analisis

regresi logistik, bahwa variabel aktifitas berpromosi, teknologi, jumlah tenaga kerja dan umur perusahaan sangat berpengaruh dalam menentukan orientasi pasar industri keramik Kasongan. 2 Y. Sri Susilo (2007) Pertumbuhan Usaha Industri Kecil-Menengah (IKM) dan faktor yang mempengaruhinya di industri Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha seperti jumlah tenaga kerja, umur usaha,

Variabel dependen : Pertumbuhan Usaha

Variabel independen : jumlah tenaga kerja, umur usaha, badan hukum, kepemilikan modal, dan

Pertumbuhan usaha pengrajin gerabah dan keramik Kasongan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh ukuran usaha, umur usaha, badan

Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta badan hukum, kepemilikan modal, dan orientasi pasar pada IKM Kasongan, Bantul, Yogyakarta

orientasi pasar

Alat Analisis : Ordinarry Least Square

hukum, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada perusahaan yang berorientasi ekspor dengan pertumbuhan usahanya/keuntungannya. 3 P. Didit Krisnadewara (2008) Formasi Keterkaitan Industri Makanan Bakpia “PATHUK” Skala Kecil Di Kota Yogyakarta Meneliti keterkaitan ke belakang, keterkaitan ke depan, dan keterkaitan dengan “stakeholder” pada industri makanan Bakpia “Phatuk” di Kota Yogyakarta

Alat analisis: Deskriptif Industri makanan Bakpia Pathuk ini terjadi keterkaitan secara vertikal khususnya keterkaitan kebelakang dengan sektor industri input makanan bakpia pathuk, Keterkaitan ke depan terjalin dengan pemasaran bakpia pathuk melalui outlet/warung/toko yang dikelola sendiri, outlet/warung/toko. Keterkaitan dengan “Stakeholders” melalui

hubungan industri bakpia pathuk dengan pihak pemerintah (kota dan propinsi), perguruan tinggi, lembaga swadaya

masyarakat, asosiasi pengusaha, paguyuban pemandu wisata, dan paguyuban tukang becak. 4 Heribertus, Riswidodo dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bertujuan untuk mengetahui

faktor-Alat Analisis : statistik deskriptif dan regresi

1. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa

Nining I. S.(2007) Orientasi Pasar Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Studi di Industri Kerajinan Tenun dan Anyaman Kecamatan Minggir dan Moyudan Kabupaten Sleman) faktor yang mempengaruhi orientasi pasar dari usaha kecil dan menengah industri kerajinan tenun dan anyaman yang ada di Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman

logistik. terdapat variabel

aktivitas berpromosi, nilai penjualan, jumlah tenaga kerja, usia usaha, tingkat pendidikan pengusaha dan jaringan pembeli sangat berpengaruh dalam menentukan orientasi pasar. 5 Yohanes Wimba Agung P. (2010) Analisis Pola Kluster, Formasi Keterkaitan, Orientasi Pasar : Studi Kasus Sentra Industri Kecil Menengah Produk Kulit Di Sidoarjo, Jawa Timur Bertujuan untuk menganalisis pola klaster di industri produk kulit di Sidoarjo, menganalisis formasi keterkaitan pasar sentra industri produk kulit Sidoarjo dan menganalisis faktor yang mempengaruhi orientasi pasar domestik maupun luar negeri. Variabel dependen : Orientasi Pasar Variabel independen : 1.Badan Hukum 2.Tenaga Kerja 3.Tingkat Pendidikan TK dan Pengusaha 4.TK tidak dibayar 5.Pelatihan Pengusaha 6.Umur Perusahaan 7.Bapak Angkat 8.Teknologi 9.Jaringan Pembeli Terbesar 10. Jaringan Pemasok Bahan Baku 11. Keaktifan Berpromosi Alat Analisis : Binary Logistic Regression

1. Pola klaster

Tanggulangin mengikuti pola Marshalian dan Hub and Spoke.

2. Berdasar Analisis Regresi Logistik terdapat 4 faktor yang signifikan Status Badan Hukum (BH), Jumlah Tenaga Kerja (TK), Tingkat

pendidikan Tenaga Kerja (TPT), Jumlah Tenaga Kerja tidak dibayar (JTKT). Variabel–

variabel lain tidak mempunyai pengaruh signifikan untuk membedakan kedua kategori tersebut.

44

Pembangunan industri skala kecil di Indonesia sedang dikembangkan strategi klaster industri sehingga mencapai keunggulan kompetitif. Klaster industri skala kecil di Indonesia sebagian besar merupakan klaster industri skala kecil yang berbasis kerajinan. Salah satu industri kerajinan yang sudah memasarkan produknya ke luar negeri dan terkenal dengan produk tembaganya adalah sentra industri logam Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Namun pemasaran produk kerajinan logam masih kurang luas, karena berdasar data FEDEP 2011 hanya 13,46% dari 156 unit usaha kerajinan yang sudah memasarkan ke luar negeri.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola klaster sentra industri logam Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali berdasarkan penelitian Markussen dan faktor yang mempengaruhi orientasi pasar kerajinan logam Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Terbentuknya pola klaster industri akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan industri dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Ditinjau dari variabel tenaga kerja, umur perusahaan, pelatihan usaha, teknologi, jaringan pembeli terbesar, jaringan bahan baku dan keaktifan berpromosi yang dapat mempengaruhi orientasi pasar.

Tenaga kerja merupakan input yang berkontribusi terhadap proses produksi suatu industri. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi suatu barang/jasa, maka semakin tinggi produktifitas dan peluang industri meningkatkan usahanya. Sebaliknya jika tenaga kerja yang digunakan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja mempunyai hubungan positif terhadap orientasi pasar.

Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan melaksanakan kegiatan operasionalnya. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur usaha mempunyai hubungan positif terhadap orientasi pasar/peluang melakukan ekspor.

Pelatihan usaha merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang digunakan dalam proses produksi. Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan memperluas pasar. Sehingga dapat disimpulkan pelatihan usaha yang diberikan memiliki pengaruh positif terhadap orientasi pasar. Industri yang berorientasi pasar memiliki pengetahuan tentang pasar yang lebih tinggi serta memiliki kemampuan berhubungan dengan pelanggan lebih baik. Jaringan pembeli memiliki arti penting untuk mengembangkan produk usaha, semakin sering transaksi antara keduanya dilakukan, maka semakin kuat hubungan antara industri dengan jaringan pembeli tersebut dan peluang memperluas pasarnya. Sehingga dapat disimpulkan jaringan pembeli mempunyai hubungan positif dengan orientasi pasar.

Pemasok merupakan usaha yang menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan industri untuk melakukan kegiatan produksi. Hubungan antara pemasok dengan perusahaan yang dipasoknya juga hanya terbatas pada transaksi

kuat dan peluang pasar semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan jaringan pemasok mempunyai hubungan positif dengan orientasi pasar.

Keaktifan promosi merupakan kegiatan yang dilakukan terus menerus untuk memberikan informasi baik melalui pameran dan periklanan dilakukan lebih dari satu kali dalam satu periode tertentu. Semakin banyak varian promosi dan sering dilakukan, maka semakin besar peluang industri meningkatkan usahanya dan memperluas pasarnya. Sehingga dapat disimpulkan keaktifan berpromosi berhubungan positif dengan orientasi pasar. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Teoritis

SENTRA INDUSTRI KERAJINAN LOGAM TUMANG BOYOLALI

Orientasi Pasar Domestik / Luar Negeri Tenaga Umur Pelatihan Teknolog Jaringan Jaringan Keaktifan

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, uraian penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran teoritis, maka dalam penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1.Jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

2.Pelatihan Usaha diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

3.Umur perusahaan diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

4.Teknologi diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

5.Jaringan pembeli terbesar diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

6.Jaringan pemasok bahan baku diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

7.Keaktifan berpromosi diduga berpengaruh positif terhadap orientasi pasar ekspor industri kerajinan logam Tumang, Boyolali.

48

Dokumen terkait