• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Musik Klasik Sedatif Terhadap Kecemasan Terhadap Ujian Statistika dan Prestasi Belajar Statistika

HASIL UJI HIPOTESIS

LANDASAN TEOR

D. Pengaruh Musik Klasik Sedatif Terhadap Kecemasan Terhadap Ujian Statistika dan Prestasi Belajar Statistika

Kecemasan dengan intensitas yang moderat sebenarnya membantu prestasi akademis dengan menciptakan motivasi. Tanpa kecemasan, sebagian besar dari siswa akan kekurangan motivasi untuk belajar dan ujian. Namun, tingkat kecemasan yang tinggi dapat mengganggu konsentrasi dan memori yang dapat berpengaruh pada keberhasilan akademis. Grafik 1 menggambarkan hubungan antara kecemasan dan performa.

Grafik 1. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Performa (Jacofsky, dkk., 2003)

Performa Kecemasan Ekstrim Tidak ada Sangat baik Sangat rendah

Kecemasan dapat terjadi di berbagai situasi, salah satunya adalah di situasi akademis, yaitu saat mahasiswa menghadapi ujian dan saat mahasiswa berhadapan dengan statistika. Kecemasan dalam menghadapi ujian statistika telah dijabarkan sebagai kondisi psikologis dan fisiologis mahasiswa yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian statistika, seperti sulit untuk konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental blocking, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian dan mempengaruhi memori, motivasi belajar serta kemampuan untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi dalam belajar yang bisa mengakibatkan kegagalan pada prestasi belajar statistika.

Ketika berada dalam kondisi cemas, maka seseorang akan akan merasakan ketegangan, ketakutan dan kekhawatiran. Terdapat berbagai macam cara dalam menurunkan kecemasan, salah satunya yaitu dengan mendengarkan musik. Musik sudah menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari sebagai salah satu sarana penghibur. Namun, musik juga dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat.

42

(dalam Susanti & Rohmah, 2011) menyatakan bahwa musik yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian adalah musik dengan tempo yang lambat. Makin lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah menurun. Akhirnya, pendengar pun terbawa dalam suasana santai, baik itu pada pikiran maupun tubuh. Musik bertempo lambat tersebut dapat digolongkan ke dalam jenis musik sedatif. Menurut Djohan (2006), musik sedatif atau musik relaksasi adalah musik yang dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menurunkan tingkat rangsang dan secara umum dapat membuat tenang.

Selain itu, Hanser (1999, dalam Juslin & Sloboda, 2010) menyatakan bahwa musik bisa berpengaruh pada pelepasan neurotransmitter. Neurotransmiter adalah unsur utama dalam otak yang berfungsi menyampaikan pesan dari sel syaraf ke sel syaraf yang lain. Ketika neurotransmiter tidak bekerja dengan baik, maka jaringan komunikasi internal otak rusak dan otak dapat bereaksi dengan cara tertentu dalam beberapa situasi. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan. Penelitian Evers dan Suhr (dalam Juslin & Sloboda, 2010) melihat efek dari mendengarkan musik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pelepasan neurotransmitter. Mereka melihat perubahan dalam ukuran serotonin sejalan dengan waktu mendengarkan musik ketika musik itu dinilai menyenangkan. Ketika otak memproduksi serotonin, maka ketegangan akan mereda. Susunan- susunan yang ada di dalam musik klasik membuat otak memproduksi serotonin yang lebih banyak, membuat tubuh dan pikiran dapat bekerja lebih baik ketika mendengarkan komposisi yang ada pada musik tersebut.

Musik klasik juga mempengaruhi kinerja dan kemampuan otak melalui melodi dan ritmenya. Melodi adalah esensi yang dapat mendorong pemikiran kreatif, sedangkan ritme mensinkronisasikan emosi-emosi yang ada dengan pola- pola vital seperti detak jantung dan pola bernafas, serta memicu peningkatan produksi level serotonin di otak yang meningkatkan cara berfikir kritis. Melodi dan ritme bersama-sama bertindak secara sinergi terhadap otak dan "membuka" saluran pendengaran dan sensorik yang terhubung ke otak, sehingga meningkatkan kemampuan otak.

Mendengarkan musik klasik sedatif sesaat sebelum ujian berlangsung akan memicu peningkatan produksi level serotonin di otak, sehingga ketegangan yang diakibatkan oleh kecemasan yang ada saat itu akan mereda. Selain itu, elemen- elemen sedatif seperti tempo yang stabil, stabilitas atau perubahan secara berangsur-angsur pada tekstur, modulasi harmoni yang terprediksi, kadens yang tepat, garis melodi yang terprediksi, pengulangan materi, struktur dan bentuk yang tetap, timbre yang mantap dan sedikit aksen dalam musik klasik sedatif akan menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menurunkan tingkat rangsang dan secara umum dapat membuat tenang. Saat ketegangan tersebut mereda dan ketika mahasiswa menjadi tenang, bersamaan dengan saat itu juga efek musik klasik itu sendiri dengan pola-pola khusus pada ritme, melodi dan susunan yang ada di dalamnya akan meningkatkan tingkat konsentrasi, memori dan kemampuan otak individu yang dibutuhkan individu ketika sebelum ujian, yaitu saat melakukan persiapan ujian seperti belajar, menghafal dan memahami materi yang

44

Sedangkan ketika individu mendengarkan musik klasik sedatif saat ujian sedang berlangsung, maka ketegangan dan gejalan-gejala kecemasan terhadap ujian dan kecemasan dalam mengerjakan soal-soal statistika juga akan menurun. Efek musik klasik itu sendiri juga akan meningkatkan tingkat konsentrasi, memori dan kemampuan otak individu. Hal ini diperlukan terkait aktifitas yang dilakukan oleh individu saat sedang ujian, yaitu saat melakukan perhitungan, mengingat kembali informasi materi pelajaran statistika yang sudah dipelajari sebelumnya, melakukan pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisan serta penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang telah dibuat.

Selain itu, dengan efek musik klasik sedatif yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian, maka kondisi psikologis dan fisiologis yang tidak menyenangkan dan tidak terkendali seperti sulit untuk konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental blocking, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian akan mereda. Ketika respon yang tidak menyenangkan tersebut mereda yang disertai dengan meningkatnya kemampuan otak, motivasi, memori dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, maka performa mahasiswa dalam mengerjakan soal ujian statistika akan lebih baik yang ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar statistika mahasiswa.

Namun, meskipun musik klasik sedatif dianggap memiliki efek positif secara langsung terhadap kemampuan otak, kecemasan yang masih tinggi dapat membuat efek tersebut menjadi tidak begitu optimal. Sehingga dengan demikian, prestasi belajar statistika akan menjadi lebih tinggi jika terdapat penurunan kecemasan statistika selain dari sekedar pengaruh langsung dalam peningkatan

kemampuan otak. Dengan kata lain, musik klasik sedatif akan semakin meningkatkan prestasi belajar statistika melalui penurunan kecemasan terhadap ujian statistika.