BAB II. UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIAN
B. Upaya-upaya Membangun Keluarga Kristiani
3. Pengembangan Komunikasi
Pengembangan komunikasi menurut Brayat Minulyo dalam buku Kursus
Persiapan Hidup Berkeluarga, 2006 meliputi: komunikasi badan, komunikasi
pikiran, komunikasi hati, komunikasi hubungan seks, komunikasi sakramen dan
komunikasi dengan Tuhan. Pengembangan komunikasi ini diharapkan mampu
membantu pasangan suami istri dalam upaya membangun keluarganya menjadi
keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera sesuai dengan apa yang menjadi
a. Komunikasi Badan
Komunikasi ini merupakan komunikasi dalam hal mengungkapkan cinta,
perhatian dan kasih sayang satu sama lain misalnya pandangan mata, senyuman,
belaian, gandengan tangan, rangkulan, dekapan, ciuman. Komunikasi ini penting
untuk menciptakan suasana akrab dan mesra (tetapi dimaksud bukan untuk
rangsangan seksual), sehingga dapat dilakukan oleh orang tua di depan mata anak-
anaknya. Belaian dan sentuhan lembut dirasakan sebagai sesuatu yang berarti
untuk mengungkapkan rasa cinta dan mendekatkan hati. Sebagai tanda kasih
sayang yang mencerminkan hubungan yang akrab, suami istri dianjurkan untuk
membiasakan diri menggunakan komunikasi badan ini sesering mungkin karena
komunikasi badan ini adalah ungkapan dan tanda kemesraan, tanpa maksud atau
tujuan yang mengarah kehubungan seks. Tetapi bila pasangan suami istri ingin
melakukan hubungan seks maka komunikasi badan ini dapat mewakili.
b. Komunikasi Pikiran
Komunikasi pikiran ini seperti omongan mulai dari basa basi tukar
informasi, sampai dengan tukar pikiran, tukar pendapat dan pandangan.
Komunikasi pikiran ini juga dapat disebut sebagai komunikasi berjenis diskusi,
namun jenis komunikasi seperti ini dapat menimbulkan pertengkaran, perbedaan
pendapat, pikiran dan pandangan yang terjadi di antara suami istri namun hal ini
diangap wajar karena tidak sampai berlanjut menjadi perdebatan. Yang perlu
untuk dihindarkan adalah uangkapan atau kata-kata yang mempersalahkan,
menuduh, menggurui dan mencari menang sendiri. Dalam melakukan komunikasi
menangkap maksud dibalik kata-kata pasangan, sehingga perbedaan pendapat
dapat menghasilkan kesepakatan atau kesimpulan yang dapat diterima satu sama
lain sebagai suatu solusi dari persoalan yang ada.
c. Komunikasi Hati
Komunikasi dari hati ke hati adalah jenis komunikasi yang mengutarakan
isi hati dan perasaan. Komunikasi ini sering disebut sebagai komunikasi berjenis
dialog. melalui dialog apa yang menjadi ungkapan dalam hati dan perasaan atas
dasar saling percaya dan menerima dapat disampaikan karena yang diungkapkan
adalah isi hati dan perasaan yang muncul secara spontan dari lubuk hati, maka tak
boleh didebat ataupun dibantah. Perasaan hanya dapat diterima dan tak dapat
dipersalahkan. Bagi kebanyakan orang mengungkapkan perasaan bukanlah hal
mudah.
Perasaan yang sulit untuk diungkapkan misalnya: sedih, kecewa, sakit hati,
dendam atau perasaan yang kurang menyenangkan misalanya: takut, malu,
minder, kuatir dan sebagainya tetapi perasaan itu merupakan bagian dalam hidup
masing-masing manusia. Jika perasaan itu hanya dipendam saja akan menjadi
beban dan lama kelamaan pada suatu saat dapat meledak menjadi bentuk
kemarahan, kata-kata pedas, kasar yang menyakitkan. Oleh karena itu, perasaan
itu perlu untuk diungkapkan, karena pada dasarnya perasaan itu bersifat netral
dan tidak mempunyai nilai moral baik atau jelek. Perasaan merupakan ungkapan
jati diri dari setiap orang yang sebenarnya, maka perlu untuk dikomunikasikan
dan dibicarakan. Karena melalui komunikasi dari hati ke hati orang dapat
d. Komunikasi Hubungan Seks
Hubungan seks merupakan komunikasi yang paling intim dan puncak
dalam relasi suami istri sebagai perwujudan nyata kesatupaduan jiwa dan raga.
Hubungan seks bukan pertama-tama untuk mencari kepuasan biologis melainkan
merupakan bahasa komunikasi suami-istri yang mempersatukannya dalam kasih
mesra. Hubungan seks bukan hanya aktivitas biologis melainkan juga psikologis,
emosional dan spiritual dengan kata lain hubungan seks melibatkan seluruh
pribadi manusia dan relasi yang terjadi antara suami-istri.
Maka perlu dipahami bahwa umumnya pria lebih fokus pada seks dalam
arti sempit biologis dan punya pola dasar gerak cepat sedang wanita lebih
mengutamakan kasih sayang, kehangatan, kemesraan, rasa aman dan punya pola
dasar lambat yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa terangsang secara
seksual dan mencapai kepuasannya. Memang bagi pria seks merupakan kegiatan
sesaat sedang bagi wanita merupakan kegiatan sehari. Perbedaan ini bila tidak
cukup diperhatikan akan mengakibatkan hubungan seks menjadi kurang
memuaskan dan menjadi sumber kekecewaan yang membuat buruknya relasi
suami istri.
e. Komunikasi Sakramen
Komunikasi antara suami dan istri yang telah dibaptis mempunyai ciri
khusus dan disempurnakan menjadi Sakramen atau dimensi sakramental
komunikasi. Komunikasi mereka merupakan tanda kehadiran Allah. Dalam
lembaga perkawinan Gereja membentuk ikatan atau relasi suami-istri itu menjadi
yang mewujudkan perkawinan namun sebagai sakramen, perkawinan merupakan
tindakan atau karya Kristus sendiri. Kristuslah yang membuat perkawinan suami
istri menjadi tanda yang menghadirkan peristiwa penyelamatan. Kristus pula yang
membuat relasi dinamis antara suami istri menjadi tanda yang memperlihatkan
relasi dinamis yang terus berlangsung antara Kristus dan Gereja-Nya. Dimensi
sakramental ini perlu dipahami agar suami istri menghayati hidup perkawinan
dalam relasi dan komunikasi yang akrab dan membawa kegembiraan dan
kebahagiaan yang menjadi wujud keselamatan yang dicari setiap orang.
f. Komunikasi Dengan Tuhan
Kebahagiaan bersama Tuhan tidak perlu menunggu sampai saatnya
dipanggil Tuhan dan masuk surga. Sudah sejak sekarang dapat dimulai bersama
keluarga. caranya adalah dengan mengadakan komunikasi yang baik dengan
Tuhan. mensyukuri dan menikmati semua kebaikan dan semua anugerah-Nya.
Serah diri secara total akan kehendak Allah dan mentaati peraturan serta perintah-
perintah-Nya. Kebahagiaan hidup bersama Tuhan sudah dapat dialami dan
rasakan sejak masih hidup didunia ini asalkan mampu mengusahakannya. caranya
dapat dilakukan lewat doa bersama keluarga. Doa bersama ini bukan saja
berkomunikasi dengan Tuhan tetapi juga membina komunikasi yang akrab dengan
anggota keluarga dan membiasakan diri membawa persoalan-persoalan keluarga
kehadapan Tuhan. Karena itu berdoa bersama keluarga hendaknya tidak hanya
dilakukan pada saat tertentu saja tetapi hendaknya dilakukan secara rutin doa
kiranya dapat menjadi bagian dari kehidupan keluarga sehingga suasana religius
suami istri yang saling mengasihi sudah selayaknya dilakukan agar bisa saling
menguatkan dan meneguhkan dalam menjalani hidup berkeluarga dengan suka
dukanya.