• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

A. Kajian Tentang Autis

1. Pengertian Autis

Autis merupakan suatu kondisi dari seseorang anak yang mengalami gangguan perkembangan otak yang berdampak pada aspek komunikasi, interaksi sosial dan perilaku serta respon yang diberikan terhadap rangsangannya berbeda dengan anak pada umumnya. Gejala awal autis dapat diketahui sebelum anak berusia tiga tahun.

Menurut Huzaemah (2010:2) autis dikatakan adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku komunikasi, dan interaksi sosial. Salah satu masalah utama pada seorang anak autis yaitu mengenai perkambangan kognitif. Rendahnya kemampuan kognitif pada anak autis disebabkan oleh gangguan lainnya seperti konsentrasi dan perhatian anak yang lemah sehingga menyebabkan anak autis kesulitan dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya dan proses memperoleh informasi. Ahli lain berpendapat bahwa anak autis mengalami gangguan dalam sosialisai dan pemerolehan informasi.

Menurut Caroline I. Magyar (2011: 3) “autism is childhood with impairments in sosialization, abnormal language development and a restricted repertoire of behaviors and interest”. Maksud definisi yang dikemukakan oleh Caroline I. Magyar tersebut bahwa anak autis adalah masa anak dengan gangguan sosialisasi,

perkembangan bahasa yang abnormal, dan menunjukkan perilaku serta perhatian yang terbatas.

Menurut Treatment and Educational of Autistik and Communication Handicapped Children program (TEACCH) dalam Wall (2014) dalam Hasdianah HR (2013: 65) dituliskan bahwa “autisem is a lifelong developmental disability that prevents individuals front understanding what they see, hear and otherwise sense. This result in severe problem of social relationships, communication and behavior. Maksudnya adalah autis dipahami sebagai gangguan perkembangan neurobiologis yang berat sehingga gangguan tersebut mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi, keberadaan anak dalam lingkungan dan hubungannya dengan orang lain.

Menurut Mirza Maulana (2007: 17) yang menyatakan bahwa autis merupakan gangguan perkembangan yang berat pada anak, gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Perkembangan anak autis menjadi terganggu terutama dalam komunikasi, interaksi, dan perilaku. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Pamuji (2007: 2) yang menambahkan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan fungsi otak yang ditandai dengan adanya kesulitan pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi, perilaku dan adanya keterlambatan pada bidang akademik. Anak autis memiliki gangguan dalam perolehan materi atau informasi disebabkan oleh gangguan berat perkembangan fungsi otak yang telah dijelaskan oleh dua ahli di atas hal ini muncul bersamaan dengan adanya kesulitan pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

Gangguan yang dialami oleh anak autis merupakan akibat dari gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks. Seperti definisi autis dalam materi seminar dua hari di Jakarta oleh Lembaga Intervensi Autis (LIT Autis) (2000: 33) yang mendefinisikan bahwa anak autis memiliki gangguan perkembangan neurologis berat yang mempengaruhi cara anak autis untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan orang lain.

Penyandang autis tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan mengerti perasaan orang lain. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa penyandang autis memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi (baik verbal maupun non verbal), imajinasi, pola perilaku repetitive dan resistensi terhadap perubahan pada rutinitas. Ditambahkan kembali oleh oleh Yosfan Azwandi (2005: 16) bahwa seorang anak autis memiliki gangguan perkembangan neurobiologis yang berat ini terjadi dalam tiga tahun setelah kelahiran.

Penjelasan tersebut memberi pemahaman tentang penyandang autis tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena tidak mampuannya untuk berkomunikasi dan mengerti perasaan orang lain dikarenakan memiliki gangguan neurobiologis berat yang terjadi, padahal berelasi atau berhubungan dengan orang lain atau media tertentu menjadi salah satu modal untuk memperoleh informasi. Hal ini menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan fungsi adaptif, sehingga menyebabkan anak-anak tersebut seperti manusia “aneh” yang seolah- olah hidup dalam dunianya sendiri. Semakin lama perkembangan mereka semakin

jauh tertinggal dibandingkan anak seusia mereka ketika umur mereka semakin bertambah.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa gangguan yang dialami oleh anak autis terjadi dalam tiga tahun pertama. Tiga tahun pertama kehidupan anak masih berada pada masa- masa emas perkembangan. Masa emas perkembangan anak ini dikenal umumnya dengan istilah “golden age”, sehingga jika pada masa ini perkembangan anak terganggu akan mengakibatkan pengaruh pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan fungsi adaptif, sehingga menyebabkan anak autis tersebut kelihatan berbeda pada anak lain seumurannya dan tampak telihat aneh seperti hidup dalam dunianya sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya penderita autis mengabaikan suara, penglihatan, maupun kejadian yang melibatkan anak autis itu sendiri, anak autis tidak perduli terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya. Jika terjadi reaksi biasanya reaksi anak tidak sesuai dengan situasi malahan terkadang tidak munculnya reaksi sama sekali. Anak autis menghindar atau sama sekali tidak merespon terhadap kontak sosial seperti pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan kontak sosial lainnya.

Anak autis adalah seseorang anak yang memiliki gangguan perkembangan berat dan kompleks dalam berbagai aspek antara lain aspek komunikasi, interaksi, dan perilaku. Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan fungsi otak dengan kelainan yang muncul yang ditandai dengan adanya kesulitan pada kemampuan interaksi sosial, perkembangan bahasa yang abnormal,

komunikasi, perilaku, perhatian yang terbatas dan keterlambatan pada bidang akademik.

Berdasarkan hambatan yang dimiliki anak autis membutuhkan penanganan dan layanan pendidikan khusus, seperti strategi dan teknik pembelajaran, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Penelitian ini berimplikasi pada uji coba penggunaan multimedia interaktif “Matematika Ceria” yang dapat membantu anak dalam pembelajaran matematika.

Dokumen terkait