• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Pengertian dan Faktor – Faktor CAMEL

Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007, CAMEL merupakan salah satu metode untuk mengukur kinerja bank. CAMEL merupakan alat ukur resmi

15

yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia.

Triandaru dan Budisantoso (2006: 53), CAMEL merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor – faktor capital, asset quality, management, earning dan liquidity.

Pendapat lain mengatakan bahwa, rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, yang dengan analisis rasio tersebut dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank (Arririchadd‟s Blog, 2012).

Kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia), edisi kedua tahun 1999 dalam Arririchadd‟ Blog (2012) mengatakan bahwa, CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, CAMEL merupakan tolok yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri dari lima kriteria, yaitu modal, aktiva, manajemen, pendapatan dan kualitas.

2.2.1 Permodalan (capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 53), antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

2. Komposisi permodalan.

4. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank.

5. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan).

6. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha. 7. Akses kepada sumber permodalan.

8. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan. CAR (Capital Adecuacy Ratio) telah menjadi titik sentral dalam upaya pemerintah melakukan program restrukturisasi perbankan. CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Prasetyo, 2008: 167). 2.2.2 Kualitas Aset (asset quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif da kualitatif faktor kualitas aset menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 53), antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif.

2. Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit. 3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah dibandingkan aktiva produktif. 4. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva

produktif.

17

6. Sistem kaji ulang internal terhadap aktiva produktif. 7. Dokumentasi aktiva produktif.

8. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Kualitas aktiva produktif merupakan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Prasetyo, 2008: 167). Pada penelitian ini, kualitas aktiva produktif menggunakan RORA (Return On Risk Assets). RORA menunjukkan rasio antara laba sebelum pajak dengan risked assets. RORA mengukur kemampuan bank dalam berusaha memaksimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba.

2.2.3 Manajemen (management)

Penilaian terhadap faktor manajemen menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 53-54), antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1. Manajemen umum.

2. Penerapan manajemen risiko.

3. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

Management Quality menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target (Prasetyo, 2008: 167). Pada penelitian ini, aspek manajemen menggunakan NPM, hal ini dikarenakan seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup

permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba bank atau kemampuan bank memperoleh margin sehingga aspek kualitas manajemen dapat dicari dengan membandingkan Net Income dengan Operating Income Ratio.

2.2.4 Rentabilitas (earning)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:54), antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1. Pengembalian atas aktiva (return on assets – ROA). 2. Pengembalian atas ekuitas (return on equity – ROE). 3. Margin bunga bersih (net interest margin – NIM).

4. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). 5. Pertumbuhan laba operasional.

6. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan. 7. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. 8. Prospek laba operasional.

Aspek ini menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning (Prasetyo, 2008: 167). Penelitian ini menggunakan rasio ROA (Return on Assets). ROA merupakan rasio perbandingan laba dalam 12 bulan terakhir terhadap volume usaha dalam periode yang sama.

19

2.2.5 Likuiditas (liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 54), antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari 1 bulan.

2. 1 – month maturity mismatch ratio.

3. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio – LDR). 4. Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang.

5. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti.

6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management – ALMA).

7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber – sumber pendanaan lainnya.

8. Stabilitas dana pihak ketiga.

Aspek likuiditas ini menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa mendatang (Prasetyo, 2008: 167). Pengaturan likuiditas dimaksudkan agar bank dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Berdasarkan Pakfeb 1991 (dalam Prasetyo, 2008), bank wajib memelihara likuiditasnya yang disasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama. Rasio tersebut adalah, pertama, perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancer yaitu kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Berharga Pasar Uang dalam Rupiah yang diendos oleh

bank lain. Kedua, perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan. Adapun untuk mengetahui aspek likuiditas ini, digunakan rasio FDR (Financing Deposit Ratio).

Dokumen terkait