• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISTILAH

2.4 Pengertian kapal dan kapal perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap disebutkan pada Pasal 1 ayat 10 bahwa Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. Selanjutnya Pasal 1 ayat 11 disebutkan bahwa kapal penangkapan ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan. Dan ayat 12 disebutkan bahwa Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.12/MEN/2009 tanggal 19 Mei 2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap

a. Pasal 46 ayat (1) Untuk memperoleh SIPI dan/atau SIKPI kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan wajib terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik

15

kapal, alat penangkapan ikan, dan dokumen kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Menteri dan beranggotakan para ahli di bidangnya yang berasal dari lembaga terkait.

b. Pasal 46 ayat (3) Pemeriksaan fisik kapal, alat penangkap ikan, dan dokumen kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pemeriksaan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan yang menjadi satu kesatuan dengan kapal yang digunakan c. Pasal 47: Menteri dapat mendelegasikan kewenangan untuk melaksanakan

pemeriksaan fisik kapal, alat penangkapan ikan, dan dokumen kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan kepada pejabat pada instansi yang bertanggungjawab di bidang perikanan di daerah atau kepada pejabat pada unit pelaksana teknis (UPT) pusat di daerah untuk kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan ukuran tertentu dan yang menggunakan alat penangkapan ikan jenis tertentu

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap pasal 19 ayat (1) Menteri memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal untuk menerbitkan dan/atau memperpanjang SIUP, SIPI dan/atau SIKPI kepada orang atau badan hukum Indonesia yang menggunakan kapal dengan ukuran di atas 30 (tiga puluh) GT.

Sangat jelas bahwa besar PNBP sangat ditentukan oleh ukuran kapal yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung. Saat ini, informasi tentang ukuran kapal tersebut dapat diperoleh dari surat ukur kapal dan Gross Akte yang diterbitkan oleh otoritas kemaritiman dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang merupakan salah satu persyaratan dalam proses perijinan, pembuatan kapal, dan atau pembelian kapal dari luar negeri. Untuk lebih meyakinkan data dan informasi dari dokumen kapal tersebut, mengingat ukuran GT kapal sangat berpengaruh terhadap nilai PNBP dan sebagai upaya pelestarian sumberdaya ikan perlu dilakukan pengukuran kembali secara langsung di lapangan terhadap fisik kapal. Pengukuran langsung ini dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh Tim Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Berikut adalah tinjauan singkat tentang pengertian kapal dan

16

kapal perikanan yang dijelaskan dalam peraturan perundangan-undangan yang dibuat oleh Menteri Perhubungan dan Menteri Kelautan dan Perikanan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.6 Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal disebutkan bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Selanjutnya Tonase kapal adalah volume kapal yang dinyatakan dalam tonase kotor/gross tonnage (GT) dan tonase bersih/net tonnage (NT). Pada peraturan yang sama disebutkan bahwa Daftar ukur adalah daftar yang memuat perhitungan tonase kapal. Adapun Surat ukur adalah surat kapal yang memuat ukuran dan tonase kapal berdasarkan hasil pengukuran. Sedangkan Kode pengukuran adalah rangkaian huruf yang disusun dan ditetapkan bagi masing-masing pelabuhan yang diberi wewenang untuk menerbitkan Surat Ukur. Panjang kapal adalah panjang yang diukur pada 96% dari panjang garis air dengan sarat 85% dari ukuran Dalam Terbesar yang terendah diukur dari sebelah atas lunas, atau panjang garis air tersebut diukur dari tinggi haluan sampai ke sumbu poros kemudi, apabila panjang ini lebih besar. Tengah kapal adalah titik tengah dari panjang kapal diukur dari sisi depan tinggi haluan. Lebar kapal adalah lebar terbesar (maksimum) dari kapal, diukur pada bagian tengah kapal hingga ke sisi luar gading-gading (Moulded Line) bagi kapal-kapal yang kulitnya terbuat dari logam atau hingga ke permukaan terluar badan kapal bagi kapal-kapal yang kulitnya terbuat dari bahan-bahan selain logam.

Dalam terbesar adalah jarak tegak lurus yang diukur dari sisi atas lunas ke sisi bawah geladak atas pada bagian samping. Pengukuran tersebut dirinci (1) pada kapal-kapal kayu dan kapal-kapal komposit, jarak tersebut diukur dari sisi bawah alur lunas. Bila bagian bawah dari seksi tengah kapal berbentuk cekung, atau bila dipasang jalur-jalur pengapit lunas tebal, maka jarak tersebut diukur dari titik dimana

moulded line garis daratan dasar yang tembus ke dalam memotong sisi lunas; (2) pada kapal-kapal yang tajuknya berbentuk cembung, ukuran Dalam Terbesar diukur hingga ke titik perpotongan antara garis-garis dari geladak dengan sisi plat kulit, dan

17

garis-garis ini membentang sehingga seolah-olah tajuk tersebut berbentuk sudut; dan (3) bila geladak teratas meninggi dan bagian yang meninggi itu membentang melalui titik dimana ukuran dalam terbesar itu harus ditentukan, maka ukuran Dalam Terbesar di ukur hingga ke garis penghubung yang sejajar dengan bagian yang meninggi. Selanjutnya dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 6 tahun 2005 disebutkan bahwa setiap kapal yang digunakan untuk berlayar harus diukur untuk menentukan ukuran panjang, lebar, dalam, dan tonase kapal sesuai dengan metode pengukuran yang berlaku. Pengukuran sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan oleh Ahli Ukur Kapal yang telah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan pengukuran kapal dan menjalani praktek pengukuran selama 1 (satu) tahun. Ilustrasi cara pengukuran setiap dimensi di atas disajikan dalam Gambar 4 dan 5 berikut.

18

Gambar 5. Pengukuran Lebar Kapal

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 5299/DPT-2/PL.340.D2/XII/09 tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan, alat penangkapan ikan dan/atau kapal pengangkut ikan, disebutkan bahwa pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan, alat penangkapan ikan dan/atau kapal pengangkut ikan adalah pemeriksaan terhadap dimensi kapal, merek dan nomor mesin kapal, jumlah dan volume palka, serta jenis dan ukuran alat penangkapan ikan. Selanjutnya disebutkan ruang lingkup pemeriksaan adalah (1) kapal penangkap ikan, alat penangkapan ikan dan/atau kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia, dan (2) kapal pengangkut ikan berbendera asing yang disewa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.6/2005 tentang Pengukuran Kapal disebutkan terdapat dua jenis pengukuran yaitu (1) pengukuran dalam negeri, untuk kapal panjang < 24 m dan (2) pengukuran international, untuk kapal dengan panjang > 24 m dan panjang < 24 m atas permintaan pemilik.

Metode pengukuran dalam negeri untuk Gross Tonnage (GT) dengan menggunakan rumus :

19 Metode Pengukuran Dalam Negeri :

Tonase Kotor (Gross Tonnage/GT), dihitung menggunakan rumus : 1. GT = 0,25 x V

Dimana V = Σ Volume = Volume ruangan di bawah geladak (V1) Ditambah Volume ruangan di atas geladak atas (V2) yang tertutup sempurna berukuran ≤ 1 m3

. V = V1 + V2

2. Vol ruangan dibawah geladak atas, dihitung mengunakan rumus : V1 = p x l x d x f

Dimana f = 0,85 untuk kapal dengan bentuk dasar rata (tongkang)

0,70 untuk kapal dengan bentuk dasar agak miring dari tengah kesisi

kapal (KM)

0,50 untuk kapal layar atau kapal layar motor. Volume ruangan tertutup di atas geladak utama

V2 = l x b x d

Dimana l = panjang ruangan b = lebar rata-rata d = tinggi rata-rata

3. NT (Net Tonnage), dihitung menggunakan : NT = 30% x GT

Berikut adalah cara menghitung volume ruangan di bawah dan di atas seluruh kapal (V1 dan V2)

Volume ruangan di bawah geladak atas, dihitung dengan menggunakan rumus :

V2 V2 V1 V2 V2 V1= p x l x d x f * ) f = 0,50 untuk KLM/ PLM 0,70 Untuk KM 0,85 untuk Tongkol.

20 Metode Pengukuran Internasional

TMS. 1969 (untuk Kapal dengan L ≥ 24 m)

GT = K1 x V --- > V = Σ Vol semua ruangan-ruangan tertutup, ttd Ruang dibawah Gel ukur (under deck), maupun Ruang-ruang Bangunan Atas Gel (Deck Houses).

K1 = 0,2 + 0,02 log 10 V

��= � .� (43) +� ( 10+ ) CATATAN :

Vc = Σ volume ruang-ruang muatan

K2 = 0,2 + 0,02 log 10 Vc (atau dihitung menurut tabel sebagaimana dimaksud dalam aturan 19)

K3 = 1,25 x GT + 10.000 10.000

D = Ukuran Dalam Terbesar dibagian tengah kapal, yang dinyatakan dalam meter.

D = Sarat kapal terbesar dibagian tengah kapal, yang dinyatakan dalam meter.

N1 = Σ penumpang di dalam kamar yang berisi tidak lebih dari 8 tempat tidur. N2 = Σ penumpang-penumpang lainnya

N1+N2 = Σ penumpang yang dibolehkan bagi kapal, sebagimana tercantum dalam sertifikat penumpang : Jika N1 + N2 kurang dari 13, maka N1 dan N2 dihitung sama dengan 0 (nol).

Dengan ketentuan :

a. Dalam hak nilai faktor ( )2

lebih besar dari 1 (satu), dipergunakan nilai

Dipergunakan nilai faktor sama dengan 1; b. Dalam hak nilai faktor K2.Vc. ( )2

kurang dari 0,25 GT, dipergunakan nilai

Faktor sama dengan 0,25 GT;

Dokumen terkait