• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN PENGOBAT TRADISIONAL MENGENA

PENGETAHUAN PENGOBAT TRADISIONAL MENGENAI OBAT TRADISIONAL DAN TEKNIK PENYEMBUHAN

5.1. Pengetahuan Pengobat Tradisional tentang Obat-Obatan Tradisional

Pengetahuan dan keterampilan pengobat tradisional tentang ramuan obat tradisional diperoleh mulai dari pengalaman secara langsung melakukan praktik pengobatan tradisional dalam usia yang masih sangat belia, dengan membantu membuat ramuan obat-obat tradisional bersama orang tua, selanjutnya belajar dan mendapatkan pengetahuan melalui penderitaan (sakit) sendiri.

Tahap awal pengetahuan mengenai pengobatan dimulai dengan memperkenalkan jenis-jenis tanaman obat yang dipakai dalam praktik-praktik pengobatan. Misalnya biji asam digunakan sebagai obat tekanan darah tinggi, stroke dan masuk angin. Pengetahuan tersebut semakin berkembang baik ketika pengobat tradisional mendapatkan pengalaman dari mengobati penyakit sendiri yang juga menggunakan obat tradisional.

Obat-obatan yang bersumber dari hewan juga bisa digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, misalnya empedu lembu dan kambing digunakan untuk obat penyakit jantung atau bisa juga digunakan sebagai pencegahan atau penguat jantung dan pengetahuan ini juga diperoleh dari orang tua si pengobat tradisional.

Sumber berbagai macam tanaman obat yang digunakan, diperoleh dari pasar tradisional seperti Pancur Batu, Sambu juga diperoleh dari daerah lain seperti hutan Berastagi, Kabanjahe, Dairi dan sekitarnya. Untuk bahan yang berasal dari hutan

merupakan tempat yang sulit untuk dijelajahi, dan tempat ini merupakan tempat yang angker atau diyakini sebagai tempat tinggal makhluk halus. Semakin sulit tanaman obat tersebut dipeoleh nilai jual untuk penyakit tertentu semakin memberikan arti yang khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya untuk mengobati penyakit “guna- guna” merupakan penyakit yang disebabkan kemasukan “agen” (perantara melalui roh halus atau jin) menggunakan daun tertentu dan namanya hanya diketahui oleh pengobat tradisional tersebut, seperti daun rumbana yang merupakan sejenis daun- daunan.

Bahan yang diperoleh dari tempat yang sulit tersebut diambil oleh seseorang yang diyakini mempunyai kemampuan khusus seperti “indera keenam”21. Menurut

Ibu Ati, maksud mempunyai “indera keenam” adalah orang tersebut mempunyai kemampuan berkomunikasi secara khusus dengan makhluk halus penghuni alam sekitar. Diyakini oleh pengobat, adanya komunikasi dengan makhluk halus dapat memberikan petunjuk melalui “indera keenam” terhadap tanaman obat atau hewan yang akan dipakai sebagai bahan ramuan obat dalam mengobati penyakit.

Beberapa obat tradisional yang digunakan dalam pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat dan beberapa jenis hewan beserta masing-masing kegunaannya dapat dideskripsikan sebagai berikut:

21

Indra keenam (Extra Sensory Perception), diterjemahkan secara bebas adalah kemampuan untuk menerima informasi tanpa melalui indra (yang lima). Indra keenam seringkali mampu memberikan informasi kepada pemilik indera tersebut tidak saja informasi di masa ini, tetapi juga di masa lampau dan masa depan, atau kadang juga dimensi realita yang berbeda. Istilah ESP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1870 oleh Sir Richard Burton, dan eksperimen yang paling popular dimulai pada tahun 1930 dengan menggunakan kartu dan symbol-simbol. Secara ilmiah bidang yang mengkaji fenomena indra keenam ini disebut para-psikologi. Pusat Pendidikan Pengkajian Seni & Metafisika Ind. (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081228). Diakses 3 Maret 2008.

5.1.1. Tawar Makan

Tawar makan yaitu obat yang dimasukkan melalui mulut dan ditelan

selanjutnya diproses dalam pencernaan, terdiri dari:

a) Ramuan untuk mengobati penyakit batu karang. jahe perakis 1 kg, bawang

putih kampung 1 kg, bawang merah 1 kg, burle 0,5 kg, merica hitam secukupnya, semua bahan digiling ke mesin penggiling sampai halus dan sebagai pengawet digunakan garam dan rimo kayu.

b) Ramuan untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan lambung (maag). Bahan-bahan yang digunakan yaitu buah jambe (waluh) 1 kg, timun

1 kg, tepung beras 3 kg semua bahan digiling sampai halus, dikeringkan langsung di bawah sinar matahari.

c) Ramuan untuk mengobati penyakit bengkak-bengkak. Bahan-bahan yang

digunakan yaitu bunga kiong, kencur, gambiri, bawang merah semua bahan digiling sampai halus, dikeringkan langsung di bawah sinar matahari.

d) Ramuan untuk menguatkan jantung dan mengobati penyakit jantung.

Bahan yang digunakan adalah empedu lembu, empedu kambing, buah bungkit pagit, raja bubulung, tepung beras, semua bahan dicampur lalu disangrai (gongseng).

e) Tambar22 dalam (luar biasa) yaitu ramuan bahan yang digunakan untuk

penyakit yang dikirim melalui “agen” yaitu makhlus halus (guna-guna). Bahan-bahan yang digunakan yaitu ayam merah, jeruk purut, rempah ratus, raja daun, daun simalem-malem siputih dan hitam, kalinjuang. Ayam dipotong lalu disangrai (gongseng) sampai setengah kering, semua bahan dicampur lalu digongseng sampai warna kehitaman. Disebut tambar luar biasa

atas api yang sedang dengan memakai kayu bakar setelah mendidih uapnya diambil

gian tubuh yang sakit atau luka.

karena ramuan ini dianggap dapat menyembuhkan dan mengobati segala macam jenis penyakit, baik itu untuk penyakit dalam dan penyakit luar.

f) Ramuan untuk penyakit incok yang disebabkan oleh guna-guna sehingga

menyebabkan luka pada bagian tubuh (menurut Ibu Ati dalam bahasa medis oleh dokter dikatakan penyakit kanker, penyakit ini sulit disembuhkan). Bahan-bahan yang digunakan yaitu induk kunyit, merica hitam dan putih,

rumbana (sejenis daun-daunan), kencur, kemiri, bawang putih masing-masing

bahan sebanyak 1 ons, jeruk purut 3 biji, minyak kelapa 0,25 kg, digiling dengan menggunakan gilingan batu, semua bahan dimasukkan ke dalam bambu muda yang berfungsi sebagai wadah dari obat, panggang di

pakai bulu ayam dan dioleskan ke ba

22

Dalam bahasa karo tambar berarti obat, tambar karo sudah ada sejak zaman Karo pra sejarah. Tambar karo terus berkembang hingga masa kini. Tambar karo ada yang berasal dari hasil pengamatan dalam hidup sehari-hari, ada dari mimpi, ilham atau melalui medium, serta dari hal-hal yang dapat dipelajari dan lain-lain. Tambar tersebut dituliskan di dalam kulit kayu atau “laklak kayu” disebut “Pustaka”. (Gintings, 1999. hal: 52).

5.1.2. Tawar Kuning

Tawar kuning yaitu obat yang terdiri dari bahan-bahan barbagai macam akar-

akaran, daun-daunan, umbi-umbian yang digunakan sebagai obat luar dengan menempelkan (ditapelkan) tawar kuning tersebut pada bagian yang sakit. Tawar

g, telur serati, bunga

mangga, akar wereng gegeh, dan beberapa jenis akar-akar lain, umbi-umbian kuning lebih sering digunakan untuk patah tulang meskipun untuk jenis penyakit lain dapat juga digunakan seperti penyakit masuk angin, bengkak-bengkak, penyakit guna-guna, dan lain-lain. Tawar kuning terdiri dari beberapa macam jeni, yaitu:

a) Param kuning (basah) berguna sebagai obat untuk “jongkang” (patah)

tulang, terdiri dari bahan-bahan seperti kuning gajah, temu lawak, burle,

bahing, merica, kencur, bawang putih, temu-temu, kunyit gersing, laza,

lempuyang, rempah ratus, cengkeh, bawang merah, lengei hitam dan putih,

rimo kayu, rimo kejaren, rimo malam, jeruk purut, uran gegeh, bunga selawang, tuba (andaliman), kelawas (lengkuas), kuning gajah, temu mangga,

lempuyang, jeruk sunda, kayu serapat, telur kampun

kiong, kemiri, serapat, urat nira, urat pinang, urat kelapa, sarang burung enggang. Semua bahan digiling dengan menggunakan gilingan mesin, ditempelkan (tapelkan) pada bagian tulang yang patah.

b) Param panas berguna untuk mengobati masuk angin terutama sehabis

melahirkan, digunakan dengan cara dibalurkan pada kerongkongan dan badan, juga untuk mengobati penyakit batuk asma, dan batuk-batuk yang sudah lama. Bahan-bahan terdiri dari berbagai jenis akar seperti akar pinang, kelapa,

ditambah bahan tawar kuning (basah), tepung beras, semua bahan dicampur dan digiling dengan menggunakan mesin giling, untuk melembutkan bahan

mbur, dilakukan

anasnya rendah, setelah bahan dianggap sudah matang tambahkan dapat ditambah dengan bunga raya hutan. Bahan obat dibentuk seperti bola (bulat) selanjutnya di jemur langsung di bawah sinar matahari.

c) Sembur, berguna untuk masuk angin, mencret (diare) pada anak-anak. Bahan-

bahan terdiri dari beras, kuning gajah, burle, bawang merah, bawang putih, merica, kencur, lada hitam, temu-temu, cengkeh, lenga hitam, air (sedikit). Semua bahan ditumbuk kasar pada lumpang dan selanjutnya dikeringkan langsung di bawah sinar matahari. Cara menggunakan obat se

dengan mengunyah bahan sebanyak 1 sendok makan selanjutnya bahan obat yang sudah halus di semburkan pada tubuh/badan anak-anak.

Minyak urut digunakan untuk pijatan pada bagian tubuh yang sakit, terdiri dari 2 jenis yaitu minyak urut anak-anak dan minyak urut untuk dewasa.

a) Minyak urut anak-anak berguna untuk membersihkan badan atau kulit dari kotoran-kotoran yang dibawa ketika bayi lahir (sawan) pada umur 0-40 hari, juga dapat digunakan untuk pijatan pada bayi dan anak-anak yang masuk angin, anak tidak selera makan, terkilir, patah tulang. Bahan-bahan obat terdiri dari berbagai jenis akar-akaran seperti akar tebu, akar bambu, akar kelapa, akar daun paris, sereh wangi. Semua bahan digiling dengan menggunakan mesin giling selanjutnya dimasak dengan menggunakan kayu api yang p

minyak kelapa hijau. Ukuran dari masing-masing bahan menggunakan ukuran genggam.

b) Minyak urut orang dewasa berguna untuk pijatan atau urutan pada berbagai jenis penyakit seperti patah tulang, terkilir, masuk angin dan berbagai macam jenis penyakit lainnya pada orang dewasa. Campuran bahan-bahan yang digunakan sama dengan bahan yang digunakan pada minyak urut bayi, hal yang membedakan dari kedua jenis minyak tersebut adalah ukurannya, di mana pada minyak orang dewasa jumlah bahan yang dipakai ukurannya

ar yaitu untuk masing-masing bahan sebanyak 1 kg. Cara pembuatan

up. Bahan yang dipakai mencapai 100-150 macam jenis tanaman seperti berbagai jenis akar-akaran, daun-daunan, rempah ratus, jeruk purut, daun pandan dan lain-lai

lebih bes

sama dengan minyak urut pada bayi.

5.1.3. Oukup

Oukup adalah salah satu cara pengobatan ramuan Karo, yaitu dengan merebus

bahan-bahan obat, uap panas yang keluar dari rebusan obat dialirkan melalui selang.

Oukup berguna untuk meningkatkan stamina dan memperlancar aliran peredaran

darah. Untuk setiap jenis penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan terapi mandi ouk

5.2. Tradisional (Ramuan Obat)

an berkhasiat obat. Selanjutnya dipelajari kemudian digabungkan dengan pengetahuan tradisional (

t saya peroleh secara lengkap, dari hasil perbincangan dan pengam

mempe

an, kecuali ada beberapa hal ang tidak bisa saya jelaskan secara lengkap”. “Kalo cara pembuatan

Pengetahuan Pengobat Tradisional tentang Cara Pembuatan Obat

Pengetahuan pengobat tradisional tentang cara pembuatan ramuan obat, didasarkan atas pengalaman yang diperoleh dari orang tua dan kerabat secara turun temurun. Sebagian dari pengobat yang saya wawancarai mengatakan, selain itu pengetahuan tentang ramuan obat yang diperoleh dari orang tua dan kerabat, juga diperoleh dari buku-buku tentang tanam

indegenous knowledge) yang

mereka peroleh secara turun-temurun.

Untuk memperoleh informasi pengetahuan pengobat tradisional tentang cara pembuatan ramuan obat, saya peroleh dari 2 informan yaitu Iting dan Ibu Ati, sedangkan Ibu Imah seperti yang sudah saya jelaskan pada metode penelitian, saya tidak dapat memperoleh data tersebut, karena ia tidak berkenan untuk menceritakannya. Tetapi data tersebut dapa

atan di lapangan dengan 2 informan yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan.

Berikut narasi perbincangan saya dengan Ibu Imah yang tidak rkenankan saya untuk mengetahui pembuatan ramuan obat.

“Ada apa lagi dek, belum cukupkah informasi yang saya berikan, menurut saya, semua sudah saya ceritak

y

ramuan saya nggak bisa jelaskan sama kamu, ini menyangkut rahasia usaha saya”. Ujar Ibu Imah kepada saya.

Bahan tanaman untuk ramuan obat berupa bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah, semuanya dapat dipakai untuk ramuan obat. Apabila dari bagian tanaman tersebut ada yang tidak dipakai untuk satu jenis ramuan obat, maka bahan

an yang baik untuk dijadikan ramuan

dengan pengotoran akan mengakibatkan ramuan obat ak

buang air kecil/besar. Hal ini mengindikasikan, air tanaman yang tidak dipakai seperti kulit buah jeruk dapat dijadikan untuk bahan campuran ramuan oukup.

Ketika saya menanyakan usia tanaman yang digunakan untuk bahan obat, mereka tidak terlalu memikirkan apakah tanaman yang digunakan sudah cukup umur untuk digunakan sebagai bahan obat. Pengetahuan tentang umur tanaman, pemilihan bahan-bahan tanaman yang digunakan tidak termasuk menjadi bagian yang penting untuk dipersiapkan. Tetapi mereka tahu bahwa tanam

obat sebaiknya harus tua, contohnya, biji mahkota dewa yang digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi harus cukup tua.

Bahan-bahan untuk ramuan obat yang dibeli dari pasar ataupun dari hutan, diletakkan begitu saja di lantai tanpa memakai alas. Hal ini berpotensi terhadap pengotoran-pengotoran seperti debu dan pasir, dan bila tidak dilakukan penyortiran (pemisahan) antara tanaman obat

an tercemar. Pencemaran ini akan mempengaruhi mutu produk ramuan obat yang dapat merugikan kesehatan.

Pencucian bahan tanaman dilakukan hanya sekali saja dengan menggunakan air yang berasal dari bak penampungan air, di mana air yang digunakan adalah juga untuk kegiatan yang dilakukan sehari-hari, seperti mencuci pakaian, mandi untuk pasien dan keluarga pengobat serta

yang di

bat yang dimulai dengan pencucian

bahan ngan

saya de

emuanya harus bersih, panci, ember dan semua peralatan yang mengerjakan pembuatan ramuan obat ini semuanya, jadi kam tau dan

amatan saya ju

tersebut bebas dari pengotoran-pengotoran23. Menurut standar Badan Pengawas Obat

gunakan untuk pencucian bahan tanaman tidak bersih, karena air di dalam bak tersebut juga terlihat tidak bersih.

Perbincangan tentang cara pembuatan ramuan obat adalah sesuatu hal yang sangat sulit dilakukan, karena menyangkut hal yang sangat sensitif yaitu berhubungan dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Ada kesan ketidaknyamanan dari pengobat ketika saya menanyakan cara-cara pembuatan o

hingga menjadi bahan ramuan obat. Hal itu dapat dilihat dari perbinca ngan Ibu Ati seperti narasi di bawah ini.

“Semua tanaman yang kami pake untuk ramuan pastilah dicuci, s

dipakai juga bersih ‘dek, kam liat aja sendiri bagaimana kami bisa menilainya sendiri kebersihan dari ramuan obat yang kami buat”.

Sehingga, data tentang kegiatan untuk pembuatan ramuan obat lebih banyak saya peroleh dari hasil pengamatan. Begitu juga dengan alat-alat yang digunakan untuk kegiatan pembuatan ramuan obat, seperti ember, pisau, menurut peng

ga terlihat kurang bersih. Ember yang dipakai untuk ramuan obat yang sudah jadi, terlihat ada kotoran berwarna kehitaman menempel pada ember tersebut.

Kemudian dalam mencampur ramuan obat, Iting akan mengaduk ramuan tersebut dengan menggunakan tangan, tanpa memperdulikan apakah tangannya

Dalam pembuatan ramuan obat Iting dibantu oleh anaknya yang perempuan dan juga keluarga, kegiatan Iting cukup banyak seperti ke ladang, membersihkan rumah dan halaman rumah, atau kegiatan apa saja yang dapat ia lakukan. Dengan kegiatannya yang cukup ba

23

dan Makanan (2005), pencampuran dan pengadukan bahan ramuan sehingga menjadi sediaan bentuk padat seperti parem, tapel, pilis dan sejenisnya dilakukan dengan alat secara

an berpotensi untuk adanya pengotoran-pengotoran seperti debu, pasir, dan lain

dalam jumlah yang cukup banyak

higienis.

Tanaman yang belum dipakai dijemur di bawah sinar matahari langsung, bila ditinjau dari khasiat tanaman akan berpengaruh terhadap efektivitas dari tanaman tersebut. Sebab ada beberapa kandungan zat berkhasiat dari tanaman obat akan rusak, apabila terkena cahaya matahari langsung. Dan ketika saya menanyakan hal itu kepada Ibu Ati, ia katakan seperti ini, “Tanaman itu dijemur supaya tidak busuk, karena dipake baru beberapa hari yang akan datang, dan biar pun dijemur di bawah sinar matahari, ‘nggak berpengaruh dengan kemanjuran ramuan itu”. Hal lain yang saya amati dari proses penjemuran adalah, bahan tanaman dijemur dengan menggunakan plastik tebal, kemudian dibiarkan begitu saja tanpa penjagaan secara ketat, sehingga beberapa ekor ayam akan mengkais-kais tanaman yang dijemur tersebut. Ini ak

-lain.

Untuk ramuan obat yang sudah jadi, batas pemakaiannya tidak ada ketentuan yang pasti, menurut Iting ramuan yang dipakai biasanya bisa tahan sampai 2 bulan. Tetapi ketika suatu hari saya melihat Iting menjemur ramuan tawar makan, saya melihat di dalam ramuan tersebut ada binatang kecil

. Berikut adalah narasi untuk penjelasan tersebut.

terseb ya, walaupun pada saat pembuatan ramuan

obat sedang berlangsung, ia dapat melakukan pekerjaan itu secara bersamaan. ut dia lakukan kapan saja menurut kehendak hatin

“Ini Indong namanya ‘nak ku, karena ramuan ini sangat bagus bagus untuk perut”. Kemudian ia pun memasukkan Indong tersebut ke makanya dia jadi hidup di ramuan ini”. “Ini bisa dimakan nak ku, dalam mulutnya tanpa merasa ragu-ragu.

Menurut analisa saya, Indong yang dimaksud Iting adalah sejenis kapang yang ada pada ramuan tradisional. Kapang ada bila ramuan obat tradisional yang dipakai melebihi batas waktu yang ditentukan. Dari segi kesehatan hal ini membahayakan karena dapat menyebabkan penyakit sirosis dan kanker hati (Sirait, M., 1995: 2).

Ukuran/takaran bahan tanaman yang digunakan ketika membuat ramuan obat yang hanya berdasarkan pengalaman dan juga mengandalkan daya ingat dari pengobat (tidak menuliskan dalam buku) akan mempengaruhi khasiat dari ramuan obat tersebut. Bila ukuran yang digunakan terlalu besar maka dapat menimbulkan efek toksik (keracunan) dalam tubuh meskipun tidak berlangsung dalam waktu yang cepat, dan bila takaran bahan terlalu kecil efek terapi tidak akan tercapai.

Pengetahuan pengobat tradisional dalam melakukan praktik-praktik pembuatan ramuan obat tradisional, dengan menggunakan cara-cara tradisional yang diperoleh dari pengalaman dan diturunkan secara turun-temurun dari orang tua dan kerabat. Sehingga dalam praktik tersebut bila dilihat dari sudut pandang (point of

view) cara pembuatan obat tradisional yang baik, masih jauh dari standar mutu dalam

5.3.

Penyakit

konsep etiologi na

naturalistik berdasarkan adanya gangguan

Pengetahuan Pengobat Tradisional tentang Teknik Penyembuhan

Menurut Foster dan Anderson (1978) dalam Sianipar, dkk (1989: 7-8), teknik penyembuhan dalam semua sistem kesehatan didasarkan pada kepercayaan tentang terjadinya penyakit, yang disebut etiologi penyakit (etiology of illness). Etiologi penyakit dibedakan sebagai (1) etiologi personalistik dan (2) etiologi naturalistik. Dalam etiologi personalistik keadaan sakit dipandang sebagai adanya campur tangan agen (perantara) seperti orang halus, jin, setan, atau roh tertentu. Dalam

turalistik keadaan sakit dijelaskan adanya gangguan sistem dalam tubuh manusia atau antara tubuh manusia dengan lingkungannya.

Demikian juga dengan teknik penyembuhan Iting, yang mengelompokkan jenis penyakit atas 2 bagian yaitu penyakit patah tulang, terkilir, panas dalam, demam anak, anak tidak selera makan, anak-anak masuk angin, lemah syahwat, penyakit tekanan darah tinggi, jantung, penyakit gula, yang disebut sistem medis naturalistik dan penyakit yang dikirim melalui “agen” (perantara) yaitu makhluk halus atau penyakit guna-guna, disebut sistem medis personalistik. Penentuan penyakit secara keseimbangan yang terjadi dalam tubuh yang disebabkan oleh angin dan juga berhubungan dengan urat.

Sedangkan secara personalistik berdasarkan konsep pengobat, menyatakan bahwa penyebab penyakit disebabkan oleh adanya “agen” (perantara) yaitu makhluk halus melalui seseorang yang mampu manguasai dan mengendalikannya. Upaya penyembuhan yang dilakukan sesuai dengan konsep secara personalistik, bahwa

orang yang sakit hanya dapat disembuhkan melalui pengusiran roh halus yang menguasai atau menyebabkan pasien itu sakit. Pengusiran dilakukan dengan doa yang hanya diketahui oleh Iting. Ketika saya menanyakan isi doa tersebut, Iting hanya mengatakan, “dulu Kakek (suami Iting) ndu menuliskan doa-doa untuk macam-

m

meriksa

penyak wayat

penyak

a yang kam rasakan, di mana yang sakit, udah berapa lama sakit ndu, sudah pernah ke dokter? apa katanya?”. setelah dialog tersebut dilakukan, Iting memulai pemeriksaan penyakit

sakit pada rahim. Ketika saya bertanya bagaimana ia menentukan penyakit rahim maca penyakit, tapi sekarang sudah ‘nggak ada lagi, aku nggak tau kemana dibuang menantuku itu”.

Sebelum Iting melakukan pemeriksaan kepada pasien untuk me it (diagnosa), nama pasien ditanyakan lebih dahulu, kemudian ri it pasien. Di bawah ini narasi untuk pemeriksaan awal kepada pasien.

“Siapa nama ndu nakku, ap s

Demikian pertanyaan awal yang diberikan oleh Iting kepada pasien, dengan cara “pendadapan”

Cara pengobatan Iting untuk berbagai macam penyakit dilakukan dengan “pendadapan” (tindakan perabaan dengan melakukan pengurutan atau pijatan) dengan tangan kirinya, baik itu untuk penyakit luar dan bagian dalam tubuh. Tangan kirinya secara otomatis seperti dituntun untuk mengetahui letak, penyebab penyakit dan penyakit yang diidap si pasien. Awal pengurutan dilakukan dengan sebelah tangan yaitu tangan kiri Iting yang merupakan kunci diagnosa. Bila pasien merasakan sakit ketika diurut, maka Iting menentukan penyakit berdasarkan rasa sakit itu. Contohnya, Iting melakukan pengurutan di sekitar perut dan pasien merasakan sakit pada daerah tersebut, maka Iting akan mengatakan bahwa pasien tersebut menderita

pasien, ia katakan “aku bisa merasakan melalui tangan kiriku ini nak ku, tangan kiriku ini yang “mendadap” penyakit itu, baru dari otakku datang begitu saja menent

ahui segala jenis penyakit pasien dapat diketah

atakan untuk mengetahui letak dan area penyakit

enentukan penyakit pasien”, demikian Ibu Imah enjelaskan cara menentukan penyakit yang ia lakukan dengan ukan apa sakit orang yang aku obati”.

Dokumen terkait