• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Obat di

2. Pengetahuan responden mengenai obat untuk pengobatan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

a. Pengenalan responden mengenai obat

Obat merupakan obat yang dapat digunakan dalam pengobatan mandiri. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penetapan diagnosis, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan. Obat yang dapat digunakan untuk pengobatan mandiri adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek yang diserahkan langsung oleh apoteker. Obat dalam penelitian ini merupakan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Berdasarkan Gambar 8 didapatkan bahwa sebesar 60% (18 responden) menyatakan bahwa tidak pernah mendengar tentang obat. Sebanyak 40% (12 responden) yang menyatakan pernah mendengar obat, 11 responden mengatakan bahwa obat untuk pengobatan mandiri dapat dibeli di warung dan 1 responden lainnya mengatakan dapat dibeli di pedagang keliling.

Gambar 9. Persentase pengetahuan responden tentang obat untuk pengobatan mandiri, n=30

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden mengenai obat bebas dan bebas terbatas masih sangat rendah tetapi ada kemungkinan responden yang tidak pernah mendengar tentang obat mengetahuinya tetapi tidak memahami bahwa obat yang sering mereka gunakan untuk pengobatan mandiri merupakan obat sehingga perlu adanya peran serta tenaga kesehatan dan pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap obat.

Berdasarkan hasil penelitian 11 responden yang pernah mendengar tentang obat mengatakan bahwa obat dapat dibeli di warung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2000) yang mengatakan bahwa salah satu sumber obat obat dalam upaya pengobatan mandiri di masyarakat adalah warung. Warung merupakan suatu usaha swadaya masyarakat yang menjual secara eceran aneka ragam bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Obat merupakan kebutuhan masyarakat yang tersedia di warung dalam jumlah yang terbatas tetapi obat tidak dapat disamakan dengan barang yang dijual di warung karena terkait dengan perundang-undangan kesehatan (Supardi, 2000). Di Desa

Pernah mendengar mengenai obat 40% Tidak pernah Mendengar 60%

Dieng, membuka warung merupakan kegiatan ibu rumah tangga, disamping kesibukan sehari-hari mengurus rumah tangga dan juga kegiatan membuka warung merupakan keuntungan yang dimanfaatkan para warga terkait Desa Dieng yang merupakan tempat wisata. Pendidikan dan status pemilik warung umumnya tidak berbeda dengan masyarakat lingkungannya. Penelitian Supardi (2000) menyatakan bahwa persentase terbesar pemilik warung mendapat informasi dari toko obat, brosur dan kemasan obat sehingga bila responden membeli obat obat di warung maka sumber informasi mengenai obat yang mereka dapatkan berasal dari pemilik warung yang mana mendapatkan informasi dari kemasan obat, brosur dan toko obat. Berdasarkan hal tersebut, informasi yang responden dapatkan mengenai obat obat untuk pengobatan mandiri masih sangat minim dan dapat terjadi pengobatan yang tidak rasional.

Berdasarkan penelitian Kristina (2008) menyatakan bahwa upaya pencarian pengobatan yang dilakukan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit sebagian besar adalah pengobatan mandiri, sisanya mencari pengobatan ke puskesmas, paramedis, dokter praktik, rumah sakit, dan balai pengobatan. Pemahaman masyarakat terhadap obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter yang mana untuk menolong dirinya sendiri merupakan salah satu indikator pemahaman tercapainya Indonesia Sehat (Rakhmawatie dan Anggarini, 2010).

Gambar 10. Pengetahuan responden mengenai perlu tidaknya resep dokter untuk pengobatan mandiri, n=12

Sebanyak 67% (8 responden) menyatakan bahwa obat untuk pengobatan mandiri dapat dibeli tanpa resep dokter. Dengan adanya pengetahuan responden bahwa obat dapat dibeli tanpa resep dokter maka tidak dapat dipungkiri akses untuk melakukan pengobatan mandiri semakin mudah tetapi dapat juga terjadi pengobatan mandiri yang boros atau tidak rasional. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara langsung sudah mengetahui konsep pengobatan mandiri tetapi mungkin mereka tidak menyadari bahwa obat yang mereka beli dan gunakan merupakan tindakan pengobatan mandiri.

b. Pengenalan responden mengenai bentuk obat untuk pengobatan mandiri.

Menurut Depkes (2008) ada beberapa bentuk sediaan obat, yaitu kapsul, tablet, pulvis, puyer, sirup dan larutan obat luar. Berdasarkan hasil penelitian, responden paling mengenal bentuk tablet kemudian cairan, kapsul dan sebuk.

Obat untuk pengobatan mandiri dapat dibeli tanpa resep dokter 67% Obat untuk pengobatan mandiri harus dibeli dengan resep dokter 33%

Tabel III. Pengetahuan responden mengenai bentuk obat Bentuk Obat Persentase jawaban (%)

n=12

Tablet 75

Cairan 58

Serbuk 33

Kapsul 58

*jawaban responden dapat lebih dari 1 bentuk sediaan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan seseorang tentang kesehatan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil di atas, responden paling banyak mengenal bentuk tablet dan cairan. Responden lebih mengetahui bentuk-bentuk sediaan di atas dari pengalaman mereka pada saat melakukan pengobatan mandiri.

c. Pengenalan responden mengenai lambang obat untuk pengobatan mandiri

Lambang pada kemasan obat terkait dengan peredaran di masyarakat dan fungsinya sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengetahuan untuk memilih obat dalam pengobatan mandiri (DitJen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, 2006). Apabila masyarakat tidak mengetahui dengan pasti dan maksud dari lambang yang tertera pada kemasan obat tersebut maka obat yang dipilih untuk pengobatan mandiri belum tentu tepat.

Gambar 11. Persentase jawaban responden mengenai lambang kemasan obat, n=30

Berdasarkan hasil penelitian, dari 12 responden yang mengatakan pernah mendengar mengenai obat, hanya sebesar 25% (3 responden) pernah melihat lambang pada kemasan obat tetapi 2 dari 3 responden yang dapat menyebutkan lambang obat tidak mengetahui artinya. Tiga responden tersebut mengatakan bahwa:

Hijau, biru, merah” (U) “Hijau, merah” (L)

Hijau bulat artinya herbal” (I)

Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden mengenai lambang obat masih kurang. Responden yang pernah melihat lambang obat tidak memahami arti dari lambang tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurulita (2003) dan Supardi (2006) menyatakan bahwa masyarakat cenderung melakukan pengobatan mandiri tanpa didasari pengetahuan yang memadai mengenai obat yang dikonsumsi. Informasi tentang obat yang

Pernah melihat 25% Tidak pernah melihat lambang pada kemasan obat 75%

mereka dapatkan sebagian besar dari pengalaman orang lain dan hanya 5,63% informasi dari petugas kesehatan. Sedikitnya informasi yang diperoleh oleh responden dalam melakukan pengobatan mandiri dapat mempengaruhi pengetahuan responden sehingga dapat menyebabkan kesalahan pengobatan.

3. Sikap responden terhadap penggunaan obat untuk pengobatan mandiri

Dokumen terkait