• Tidak ada hasil yang ditemukan

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIBEL Y (KINERJA MENGAJAR GURU)

G. Pengujian Hipotesis Penelitian

1). Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih ( Sugiyono, 2004:236). Pada umumnya setiap analisa regresi didahului dengan analisis korelasi, tetapi setiap analisa korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah terinci dapat dilihat sebagai berikut:

a) Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap variable penelitian dan memberi skor pada angket responden berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan

b) Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan prosentase. Perhitungan presentase dimaksimalkan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variable penelitian, dengan menggunakan rumus berikut:

Xid X

P

Keterangan :

P = Presentase rata-rata yang dicari X = Skor rata-rata tiap variable Xid = Skor ideal setiap variabel

Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104) mengemukakan rumus sebagai berikut:

         S X Xi Ti 50 10 ( ) Keterangan :

Ti = Skor baku yang dicari X = Skor rata-rata

S = Simpangan baku Xi = Skor mudah

Untuk menggunakan rumus di atas, maka akan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a). Menentukan rentang ( R ) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah ( STT – STR ) R = STT - STR

b) Menentukan banyak kelas ( bk ) interval dengan menggunakan rumus: Bk = 1 + (3,3) log n

c). Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak kelas

bk R

P

d). Mencari rata-rata dengan rumus:

fi fiXi X

e). Mencari simpangan baku dengan rumus : ) 1 ( ) ( ) ( 2 2 2   

 

n n fiXi fiXi n S

Analisis korelasi merupakan teknik statistika yang berusaha mencari derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah analisis non parametik dengan menggunakan Rank Spearman .dengan rumus :

10 ( 6 1 2   

n n d r

Menghitung keberartian koefisien korelasi (tingkat signifikansi) dengan menggunakan rumus : 2 1 2 r n r t    Keterangan :

t = nilai t yang dicari r = koefisien korelasi n = banyaknya data

Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel dengan dk= n– 2 pada taraf atau tingkat kepercayaan yang dipilih, dalam hal ini adalah

tingkat kepercayaan 95%. Apabila t hitung > t table, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima atau dengan kata lain hipotesis nol ditolak. Kemudian menafsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang dikemukakan Subino (1982:66) adalah sebagai berikut:

Kurang dari 0,020 ; Hubungan dianggap tidak ada Antara 0,20 – 0,40 : Hubungan ada tetapi rendah Antara 0,41 – 0,70 : Hubungan cukup

Antara 0,71 – 0,90 : Hubungan tinggi

mencakupkemampuanuntukmenyesuaikandiriterhadaptuntutankerja dan lingkungansekitar pada waktumembawakantugasnyasebagaiguru.

2) Kemampuan personal guru yang mencakup:

a) Penampilansikap yang

positifterhadapkeseluruhantugasnyasebagaiguru dan terhadapsituasipendidikanbesertaunsur-unsurnya

b) Pemahaman,penghayatan dan penampilannilai-nilai yang seyogyanyadianutolehseorangguru.

c) Kepribadian, nilai-nilai, sikaphidup,

penampilansebagaiupayauntukmewujudkandirinyasebagaipanutan dan teladanbagi para siswanya.

(1) Berkaitan dengan Supervisi Akademik Kepala Sekolah:

- Perencanaan programsupervisi akademik kepala sekolahmerupakan

usahadantindakan yang harusrealistikdandapatdilaksanakansupayapembelajaranmenjadile bihbaik, akselerasibelajarpesertadidikmakincepatdalammengembangkanpotensi dirinya,sehinggabenar-benarmembantumempertinggikinerja mengajar guru.

- Program supervisiakademik kepala sekolahmencakupkeseluruhan proses pembelajaran yang membangunlingkunganbelajarmengajar yang kondusif, di dalamnyamencakupmaksuddantujuan, pengembangankurikulum, metodemengajar, evaluasi,

direncanakanbaikdalam intra maupun extra kurikuler.

- Program supervisiakademikkepala sekolahdimak-sudkanuntukmemperbaikidanmeningkatkan proses danhasilbelajarmengajar...supayakegiatanpembinaanrelevandenga npeningkatankemampuanprofesional guru.

- Program supervisiakademik kepala sekolahberprinsipkepada proses pembinaan guru yang menyediakanmotivasi yang kaya

bagipertumbuhankemampu-anprofesionalnyadalammengajardalamusahapeningkatanmutusekolah yang harusmendapatdukungansemuapihakdisertaidanadanfasilitasnya. - Program supervisiakademik kepala sekolah yang

baikberisikegiatanuntukmeningkatkankemampuanprofesional guru dalamhal:

1. Kemampuanmenjabarkankurikulumkedalam program tahunan dan program semester.

2. Kemampuanmenyusunperencanaanmengajar(RPP dan silabus).

3. Kemampuanmelaksanakankegiatanbelajarmengajardenganbaik. 4. Kemampuanmenilai proses danhasilbelajar.

5. Kemampuanuntukmemberiumpanbalik,pembinaan, rewards dan funishment secarateraturdanterusmenerus.

sederhana.

7. Kemampuanmenggunakan/memanfaatkanlingkungansebagaisum berdan media pengajaran.

8. Kemampuanmembimbingdanmelayanimurid yang

mengalamikesulitandalambelajar.

9. Kemampuanmengaturwaktudanmenggunakannyasecaraefisienu ntukmenyelesaikan program-program belajarmurid.

10. Kemampuanmemberikanpelajarandenganmemperhatikanperbe daan individual diantaraparasiswa.

11. Kemampuanmengelolakegiatanbelajarmengajarkodanektrakuriku

lersertakegiatan-kegiatanlainnya yang

berkaitanpembelajaransiswa. (2) Berkaitan dengan Budaya Sekolah:

Prinsip yang terpenting dari pemeliharaan budaya sekolah adalah memelihara tradisi, upacara-upacara agama, dan lambang yang telah dinyatakan dan menguatkan budaya sekolah positif, namun yang lebih penting adalah budaya bagi perbaikan kualitas sekolah secara terus menerus.

Penerapan budaya sekolah harus menampilkan:

a. Kolegalitas merupakan iklim kesejawatan yang menimbulkan rasa saling hormat menghormati dan menghargai sesama profesi kependidikan.

percobaan-percobaan kearah menemukan pola kerja (seperti model pembelajaran) yang lebih baik dan diharapkan menjadi milik sekolah. c. High Expectation. Keleluasaan budaya sekolah yang memberi harapan

kepada setiap orang untuk memperoleh prestasi tertinggi yang pernah dicapainya.

d. Trust and Confidence. Kepercayaan dan keyakinan yang kuat merupakan

bagian terpenting dalam kehidupan suatu profesi. Budaya sekolah yang kondusif akan memberikan peluang bagi setiap orang supaya percaya diri dan memiliki keyakinan terhadap insentif yang akan diterima atas dasar gagasan-gagasan baru yang diberikannya untuk organisasi.

e. Tangible Support. Budaya sekolah mendukung lahirnya perbaikan

pembelajaran serta mendorong terciptanya pengembangan profesi dan keahlian.

f. Reaching Out to the Knownledge base.

Sekolahmerupakantempatpengembanganilmusecaraluas,

objektifdanproporsional, pengkajian, pengembangangagasanbaru, penelitian,

pengembangankonsepbarusemuanyamemerlukanpemahamanlandasankeil muannyaterlebihdahulu.

g. Appreaciation and Recognition.

Budayasekolahmemeliharapenghargaaandanpengakuanatasprestasi guru sehinggamenjunjungtinggihargadiri guru.

memujidanmemberipenghargaanataskebaikanseorang guru di

sekolahadalahperbuatan yang terpuji. Humor

dansalingmenggembirakanadalahbudayapergaulan yang sehat.

i. Involvement in Decision Making. Kultursekolah yang melibatkanstafturutsertadalampembuatankeputusanmenjadikanmasalahm enjaditransparandansemuastafsekolahdapatmengetahuimasalah yang dihadapidanbersama-samamemecahkannya.

j. Protection of What’s Important.

Melindungidanmenjagakerahasiaanpekerjaanmerupakanbudaya di sekolah. Budayasekolah yang baikakanmengetahuimana yang harusdibicarakandanapa yang harusdirahasiakan.

k. Tradisi. Memeliharatradisi yang sudahberjalan lama dandianggapbaikadalahbudayadalamlingkungansekolahdanbiasanyasukar untukditiadakan, sepertitradisiwisuda, upacarabendera, pengharganatasjasaatauprestasidansebagainya.

l. Honest, Open Comunication.

Kejujurandanketerbukaandilingkungansekolahdanseharusnyaterpelihara, karenasekolahmerupakanlembagapendidikan yang membentukmanusia

yang jujur,

cerdasdanterbukabaikolehpemikiranbaruataupunolehperbedaanpendapat.

signifikan dengan rata-rata angka questioner berpengaruh cukup terhadapkinerja mengajar guru.

2. Budaya sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan

rata-rata angka questioner berpengaruh tinggi terhadap kinerja mengajar guru.walaupun bukan merupakan satu-satunya faktoryang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, namun budaya sekolah merupakan faktor yang lebih besar mempengaruhi kinerja mengajar guru dibandingkan dengan variabel supervisi akademik kepala sekolah.

3. Supervisi akademik dan budaya sekolah memberikan pengaruh dengan kriteria cukupterhadap kinerja mengajar guru; artinya masih ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dintaranya adalah kompensasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, teknologi, tatanilai, derajatkesehatan, dantingkatupah minimum.

Temuan yang menarikdalampenelitianiniadalah:

1. Kinerjamengajar guru baikbarudilihatdaripelaksanaan,

sementaraperencanaan, evaluasidantindaklanjutbelummunculsecaraoptimal. 2. Sikapdisiplin yang menjadicirikhasdankebiasaansekolahbaiksebatasaturan,

belumpadatingkatkesadarandiri.

3. Hasilbelajarsiswamerupakangambarankinerjamengajar guru yang perbaikannyaharustercerminpadaperilakusupervisiakademikKepalaSekolahy aknimembericontohlangsung “what happen behind the door in the class room"

kinerja mengajar guru dikatagorikan cukup. hal tersebut dapat dipahami bahwa

supervisi akademik kepala sekolah akan memberikan kontribusi atau pengaruh

secara optimalapabila diintegrasikan dengan semua komponen persekolahan, kepala sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik.

Semakin tinggisupervisi akademik kepala sekolah berpengaruh pada penerapan kualitas budaya sekolah makaakan semakin meningkatkan kualitas kinerja mengajar guru yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan kualitas sekolah.

B. Rekomendasi:

1. Kepala Sekolah seyogyanya memberikan pelayanan supervisiakademik secara rutin dan terstruktur agar mampu

mendorongpara guru menjadilebihberdaya,

dansituasimengajarbelajarmenjadilebihbaik, pengajaranmenjadiefektif, guru menjadilebihpuasdalammelakasanakanpekerjaannya.

2. Kepala Sekolah sebaiknya selalu memberikan pemahaman terhadap semua komponen sekolah agar selalu memelihara tradisi, nilai-nilai sekolah yang menjadi ciri khas sekolah dan menguatkan budaya sekolah positif, namun yang lebih penting adalah budaya bagi perbaikan kualitas sekolah secara terus menerus.

3. Kinerja mengajar guru akanlebih professional danberkualitasdengancara mengaplikasikan peningkatkan pendekatan kepada siswa ataupun meningkatkan pelatihan diri sebagai pendidiksehingga guru lebih

Akdon dan Hadi. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, S (1998). Metode Penelitian (Teori dan Praktek), Jakarta:Gramedia. Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi

V). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas (2003), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Depdiknas (2003), Standar Kompetensi Guru, Jakarta

Depdiknas (2003), Peraturan Menteri Pendidikan Nasioonal Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta

Depdiknas (2007), Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dasar dalam Meningkatkan Sumber Daya manusia di Sekolah Dasar,

Jakarta

Depdiknas (2003), Penilaian Kinerja Guru, Jakarta.

Isjoni. (2004). Kinerja Guru. Artikel online. Tersedia: http//re-seachengines.com/15Juni12.html

Komariah dan Triatna. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:PT.Bumi Aksara

Kuswandi, wawan. (2007). Strategi Kinerja Guru SMPN 2 Cileunyi kabupaten

Bandung. (online) tersedia:

www.duniaguru.com/index.php?=com.content&task=view&id560&interiod =40

Mangkunegara, P.A. (2006) Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung. PT. Refika Aditama.

Nurdin M. (2010). Kiat Menjadi Guru Professional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Ndraha, T. (2005). Teori Budaya Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Pabundu Tika, M. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja

Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru. Jakarta

Riduwan, (2010) Metoda dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung; Alfabeta

Riduwan, (2010) Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung; Alfabeta

Riduwan, (2010 Metoda dan Teknik MenyusunTesis, Bandung; Alfabeta

Satori, D dan Suryadi. (2007), “Teori Administrasi Pendidikan” dalam Ali, M et

al (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung. Pedagogiana Press.

Siagian, S.P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sallis, Edward. (2011). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: Ircisod.

Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Facultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Sobirin, A. (2009). Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya

Dalam Kehidupan Organisasi edisi kedua. Yogyaakarta: UPP STIM YKPN.

Sugiyono (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Professional (Layanan Dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Bandung: Mutiara Ilmu.

Sutisna, O (1993). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional). Bandung, CV Rosta

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2008). Pengelolaaan Pendidikan. Bandung: Jurusan administrasi Pendidikan, Gedung FIP LT.1 Jalan DR.SetiaBudhi no.229

Wiriatmadja, Rochiati.. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Dokumen terkait