• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Kosakata Dasar pada Generasi Muda di Kota Pekalongan Pengujian kosakata dasar pada generasi muda kota Pekalongan inipun Pengujian kosakata dasar pada generasi muda kota Pekalongan inipun

DI KOTA SEMARANG DAN KOTA PEKALONGAN

C. Penguasaan Kosakata Ngoko dan Krama pada Generasi Muda di Kota Semarang dan Kota Pekalongan

6. Pengujian Kosakata Dasar pada Generasi Muda di Kota Pekalongan Pengujian kosakata dasar pada generasi muda kota Pekalongan inipun Pengujian kosakata dasar pada generasi muda kota Pekalongan inipun

dipilahkan atas dua bagian, yakni pengujian kosakata ngoko dan krama. Pemilihan bentuk analisis ini atas pertimbangan untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal.

a. Hasil Pengujian Kosakata Ngoko

Melalui pengujian kosakata ngoko diperoleh temuan bahwa penguasaan kosakata dasar bentuk ngoko pada generasi muda di kota Pekalongan berada pada kualifikasi: “cukup baik”, yakni rerata skor persentase penguasaan mencapai 66,8%. Adapun rincian urutan capaian penguasaan kosakata dasar tertera pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7: Hasil Uji Penguasaan Kosakata Ngoko Generasi Muda di Kota Pekalongan

No Medan Makna Penguasaan Kosakata

Persentase Kualifikasi

1 seni tradisi 21,3 tidak baik

2 sifat 49,7 kurang baik

3 perkakas dalam rumah tangga 51,0 cukup baik

4 anggota tubuh 52,1

5 aktivitas sehari-hari 58,7

6 tanya 69,0

7 pakian dan perhiasan 71,0

8 binatang dan tumbuhan 76,1 baik

9 keterangan waktu 91,6

10 warna 96,4

11 bilangan 97,6

Berdasar rincian yang tertera pada tabel 4.7 di atas tampak bahwa penguasaan kosakata ngoko bermedan makna seni tradisi sangat rendah 21,3%, berada pada kualifikasi penguasaan: “tidak baik”, satu tingkat lebih baik diduduki kosakata bermedan makna: sifat berada pada kualifikasi: “kurang baik” (49,7%). Untuk kualifikasi: “cukup baik” ditempati kosakata bermedan makna: perkakas dalam rumah tangga (51%), anggota tubuh (52,1%), aktivitas sehari-hari (58,7%), tanya (69%), dan pakian dan perhiasan (71%). Posisi kualifikasi: “baik” ditempati empat medan makna, yakni kosakata bermedan maka binatang dan tumbuhan (76,1%), tiga medan makna berikut memliki skor persentase di atas 90% yakni medan makna waktu (91,6%), warna (96,4%), dan Posisi tertinggi pada kosakata bermedan makna bilangan (97,6 %).

Perbedaan yang signifikan terletak pada kosakata bermedan makna seni tradisi (21,3%) dengan kosakata bermedan makna bilangan (97,6 %). Kosakata bermedan makna seni tradisi berada pada kualifikasi: “tidak baik” (terendah) sedang kosakata bermedan bilangan berada pada kualifikasi: “baik” (tertinggi). Perbedaan yang mencolok antara dua medan makna tersebut diduga berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan kepentingan praktis. Manakala bersinggungan dengan seni tradisi generasi muda mulai lemah dan lambat laun meninggalkan seni tradisi budaya Jawa, yang dianggapnya terlalu rumit dan kurang praktis. Namun, manakala berkaitan dengan kepentingan ekonomi (kelayakan hidup) generasi muda bergairah dan berpacu cepat untuk meraihnya. Kesinambungan dengan fenomana tersebut maka wajar bila generasi muda lebih menguasai kosakata yang bergayutan dengan bilangan daripada yang bersentuhan dengan seni tradisi Jawa.

b. Hasil Pengujian Kosakata krama

Berdasar hasil pengujian pada kosakata krama diperoleh temuan bahwa penguasaan kosakata dasar krama pada generasi muda di Kota Pekalongan berada pada kualifikasi: “kurang baik”, rerata penguasaan kosakata dasar hanya mencapai skor 25,5 %. Rincian urutan capaian persentase penguasaan kosakata dasar tertera pada tabel 4.8 di bawah ini. commit to user

Tabel 4.8 : Hasil Uji Penguasaan Kosakata Krama Generasi Muda di Kota Pekalongan

No Medan Makna Penguasaan Kosakata

Persentase Kualifikasi

1 seni tradisi 0 tidak baik

2 anggota tubuh 1,2

3 pakian dan perhiasan 5,0

4 perkakas dalam rumah tangga 5,4

5 binatang dan tumbuhan 5,7

6 sifat 10,6

7 aktivitas 17,0

8 warna 35,8 kurang baik

9 tanya 45,2

10 keterangan waktu 63,0 cukup baik

11 bilangan 91,0 baik

rerata 25,5 kurang baik

Berdasar tabel 4.8 di atas tampak bahwa penguasaan kosakata krama secara umum pada generasi muda Kota Pekalongan masih rendah, berada pada kualifikasi: “kurang baik”, bahkan untuk kosakata bermedan makna seni tradisi sudah tidak dikenali lagi, dengan skor nol. Dalam temuan ini, lebih dari separuh kelompok medan makna berada dalam klasiifikasi: “tidak baik”, yakni madan makna: seni tradisi (0%), anggota tubuh (1,2%), Pakian dan perhiasan (5%), perkakas dalam rumah tangga (5,4%), binatang dan tumbuhan (5,7%), sifat (10,6%), dan aktivitas sehari-hari (17%). Dengan demikian, tujuh dari sebelas kelompok medan makna yang diujikan menduduki kualifikasi: “tidak baik”. Hasil ini, secara kuantitas memberikan potret yang nyata bahwa generasi muda di Kota Pekalongan mengalami kemerosotan dan kesurutan dalam penguasaan kosakata krama.

Fakta lain yang memperjelas kemerosotan penguasaan kosakata krama pada generasi muda di Kota Pekalongan adalah dua medan makna berada dalam kualifikasi: “kurang baik”, yakni medan makna warna (35,8%) dan tanya (45,2%). Sedangkan untuk kualifikasi: “cukup baik” dan “baik“ diduduki masing-masing satu medan makna, yakni medan makna keterangan waktu (63% kualifikasi: ”cukup baik”) dan bilangan (91%, kualifikasi:

c. Perbandingan Hasil Pengujian Kosakata Ngoko dan Krama

Perbandingan hasil pengujian penguasaan kosakata dasar antara bentuk ngoko dan krama digunakan untuk mengetahui perbedaan penguasaan terhadap kedua bentuk leksikon tersebut secara komprehensif. Adapun perbandingan hasil pengujian antara leksikon ngoko dan krama tertera pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9: Perbandingan Hasil Pengujian Kosakata Bentuk Ngoko dan Krama pada Generasi Muda di Kota Pekalongan

No Medan Makna

Penguasaan Kosakata

Persentase

Kuali-fikasi Ngoko Krama Jumlah Rerata

1 seni tradisi 21,3 0 21,3 10,7 tidak baik 2 anggota tubuh 52,1 1,2 53,3 26,7 kurang baik 3 perkakas dlm rumah tangga 51,0 5,4 56,4 28,2 4 aktivitas sehari-hari 58,7 17,0 60,4 30,2 5 pakian dan perhiasan 71,0 5,0 76,0 38,0

6 binatang dan tumbuhan 76,1 5,7 81,8 40,9 kurang baik 7 sifat 49,7 10,6 60,3 66,1 cukup baik 8 warna 96,4 35,8 132,2 66,1 9 tanya 69,0 45,2 114,2 72,1 10 keterangan waktu 91,6 63,0 154,6 77,3 baik 11 bilangan 97,6 91,0 188,6 94,3 jumlah 734,5 279,9 1014,4 507,2 rerata 66,8 25,5 92,2 46,1 kurang baik

Data pada tabel 4.9 di atas memperlihatkan hasil perbandingan antara penguasaan kosakata ngoko dan krama. Perpaduan hasil uji penguasaan kosakata dasar baik ngoko maupun krama memperkuat temuan bahwa penguasaan kosakata dasar pada generasi muda di Kota Pekalongan cukup memprihatinkan, berada pada kualifikasi: “kurang baik”, dengan rerata skor hanya mencapai 46,1%. Hasil ini merupakan potret sesungguhnya kondisi penguasaan kosakata dasar di kalangan generasi muda saat ini, yakni pada situasi “kurang baik” baik pada kemampuan menguasai kosakata ngoko maupun krama. commit to user

Akibat dari lemahnya penguasaan kosakata dasar berakibat muncul rasa keengganan untuk bertutur Jawa, terutama bertutur krama. Berdasar capaian skor pada tabel 4.9, manakala generasi muda di Kota Pekalongan bertutur Jawa berkecenderungan menggunakan tuturan ngoko. Fenomena ini mendorong meluasnya penggunaan tuturan ngoko yang multilapis. Tuturan ngoko multilapis adalah gejala penggunaan tuturan Jawa yang digunakan oleh generasi muda dalam bertutur dengan mengabaikan sosiokultural mitra tuturnya. Tuturan ngoko akan diterapkan baik pada mitra tutur yang memiliki status/fungsi sosial yang berimbang maupun takberimbang. Terlihat pada tuturan (4c-3) di bawah ini.

Data 4c-3:

(1) 01 : Pak Dhe pak maring nang ndi po‟? ‟Pak Dhe mau pergi kemana tho?

(2) 02 : Iki pak nang Ngeboom og ngeluru sesek. „Ini mau ke pantai Ngeboom kok, cari ikan asin.‟

Latar sosiokultural yang menyertai peristiwa tutur (4c-3) adalah dua peserta tutur yang memiliki perbedaan usia dan fungsi sosial. Penutur/01 adalah anak muda kampung berusia kisaran 20-an tahun dan mitra tutur/02 adalah seorang bapak berusia kisaran 40-an tahun. Peristiwa tutur terjadi dalam suasana santai, 01 posisi duduk di pelataran dan 02 melewati pelataran. Tuturan ini merupakan tuturan salam tegur sapa.

Tuturan yang terjadi pada peristiwa tutur (4c-3) di atas, tampak penutur muda menggunakan tuturan ngoko pada mitra tutur yang fungsi sosialnya lebih tinggi daripada 01. Penggunaan ujaran tersebut tanpa beban dan berterima, yang ditandai terjadi keberlangsungan tuturan tersebut dalam peristiwa tutur.

Meluasnya penggunaan tuturan ngoko multilapis didorong juga akibat rendahnya penguasaan kosakata bermedan makna: seni tradisi. Hal ini memperkuat indikasi bahwa pemahaman terhadap budaya Jawa khususnya seni tradisi semakin melemah, akibatnya nilai-nilai budaya Jawa yang luhur berwujud kesopanan, saling menghormati, dan keselarasan kurang tertanam pada jiwa penutur dan lebih condong ke egaliter. commit to user

7. Pengujian Kemampuan Berbahasa Jawa pada Generasi Muda di Kota