• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Peningkatan Kreatifitas

Kreatifitas siswa diukur menggunakan lembar pengamatan. Aspek yang digunakan dalam lembar pengamatan diambil dari ciri-ciri kreatifitas menurut Guilford dalam Munandar (2009:65). Peneliti mengukur kreatifitas siswa dengan cara mengamati seluruh kegiatan siswa saat proses

pembelajaran menggunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan disusun berdasarkan dengan ciri-ciri kreatifitas. Adapun ciri-ciri kreatifitas yang diamati yaitu aspek kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, perincian dan keaslian. Setelah observasi dilakukan pada siklus I dan siklus II, tampak bahwa adanya peningkatan siswa dibandingkan dengan kondisi awal.

Kreatifitas siswa saat pembelajaran mengalami peningkatan dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif metode STAD. Hal tersebut tampak dari kegiatan-kegiatan pembelajaran siklus I yaitu adanya tanya jawab dengan guru. Walaupun pada awalnya siswa masih malu-malu dan takut untuk menjawab pertanyaan dari guru, namun lama-kelamaan siswa berani menjawab pertanyaan dari guru. Pada siklus I ini, siswa masih belum terbiasa untuk melakukan diskusi dengan teman kelompok. Sehingga masih ada siswa yang diam saja dan asyik mengobrol dengan teman lain. Siswa masih kurang memahami tentang arti serta tenggungjawab kelompok. Siswa harus melakukan adaptasi dengan teman satu kelompok agar tidak merasa canggung dan malu-malu. Namun sudah ada lima kelompok dari tujuh kelompok yang melakukan pembelajaran kelompok dengan baik. Siswa mulai melakukan tanya jawab, berdiskusi dan saling bertukar pendapat di dalam kelompoknya.

Pada siklus I pertemuan 1 belum tampak kreatifitas siswa saat pembelajaran. Siswa masih diam ketika guru bertanya, walaupun sudah ada beberapa siswa yang mau bertanya dalam forum umum. Kraetifitas siswa lebih terlihat ketika diadakan pembelajaran dalam kelompok. Siswa mau melakukan tanya jawab ketika diskusi kelompok berlangsung. Pada saat

presentasi kelas berlangsung, guru lebih sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pada awalnya pada pertemuan 1 siklus I, siswa terlihat malu-malu dan kurang percaya diri ketika akan menjawab pertanyaan dari guru dibuktikan dengan sedikitnya siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru.

Saat pembelajaran di siklus I pertemuan 2, siswa sudah mulai tampak kreatif serta antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut dibuktikkan dengan banyaknya siswa yang mengacungkan tangan sebelum menjawab pertanyaan dari guru. Jawaban siswa juga lebih beragam saat menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut dibuktikan pada saat siswa mendefinisikan pengertian masalah sosial yaitu ada siswa yang menjawab masalah sosial merupakan masalah dalam lingkungan masyarakat, ada juga yang menjawab bahwa masalah sosial merupakan masalah yang berkaitan dengan penyakit, selain itu ada salah satu siswa yang mengemukakan bahwa masalah sosial merupakan masalah yang harus dipecahkan bersama-sama, dan ada siswa yang mendefinisikan bahwa masalah sosial merupakan masalah tentang kebersihan sekolah yang merupakan tanggungjawab seluruh warga sekolah. Sikap percaya diri siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru pun juga tampak meningkat dari siklus I ke siklus II dengan banyaknya siswa yang mau menjawab dan mengungkapkan pendapat saat pembelajaran berlangsung.

Pada siklus II, kreatifitas siswa mengalami kenaikkan dibandingakan dengan siklus I. Variasi guru dalam melakukan tanya jawab melatih pikiran siswa dalam mengemukakan pendapat serta ide. Hal tersebut

dibuktikkan dengan salah satu pertanyaan dari guru yaitu siswa diminta untuk menemukan sebab dan akibat dari salah satu permasalahan sosial, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan masalah sosial dan siswa diminta untuk memberikan salah satu contoh masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar siswa. Selain itu, kegiatan di dalam kelompok juga sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut tampak dengan siswa yang mau melakukan tanya jawab serta bertukar pendapat di dalam kelompok. Siswa sudah terlihat menikmati dan beradaptasi dengan kerja di dalam kelompok. Siswa sudah tidak malu-malu dan lebih percaya diri dengan teman satu kelompoknya. Pada saat kegiatan kelompok berlangsung sudah tampak tidak ada siswa yang saling mengejek. Siswa sudah lebih baik dalam berkontribusi dalam kelompok dibandingkan siklus II. Hal tersebut terlihat saat pembelajaran kelompok berlangung, siswa sudah mau menyatakan pendapat di dalam kelompok dan terlihat adanya kegiatan tanya jawab di dalam kelompok. Siswa juga sudah mau mengerjakan bersama-sama lembar kerja yang diberikan oleh guru. Walaupun masih ada satu kelompok yang salah satu anggotanya tidak mau mengerjakan bersama-sama namun dikerjakan sendirian. Tetapi pada keseluruhanya hal tersebut tidak menghambat kreatifitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

Berikut ini merupakan data-data tingkat kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta pada saat kondisi awal, siklus I dan siklus II:

Tabel 4.4 Data Kreatifitas Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II No Indikator Kondisi Awal (%) Siklus 1 (%) Siklus 2 (%)

1. Mengajukan pertanyaan dalam forum umum atau kelas kepada guru

7 38 55

2. Mengajukan pertanyaan dalam kelompok. 0 69 82 3.

Siswa dapat mengajukan minimal satu pertanyaan sesuai dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

10 59 59

4. Siswa dapat menjawab dengan baik

pertanyaaan dari guru. 34 69 79

5. dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu Mencoba memberikan gagasan atau usul 21 51 82 6. Memberikan usulan dan gagasan terhadap

masalah yang disajikan guru 7 45 65

7. Menyatakan pendapat dalam forum umum

atau kelas 7 55 82

8. Menyatakan pendapat dalam forum kelompok 0 79 89 9.

Siswa dapat berpendapat secara jelas dan dapat dipahami sesuai dengan pembelajaran yang berlangsung

3 59 82

10. Siswa mampu menanggapi pendapat teman. 0 52 62 11. Siswa dapat memberikan komentar saat ada

presentasi kelompok. 0

45 65

12. Siswa dapat memberikan gagasan dan pendapat akibat dari sebuah permasalahan

27 38 55

13.

Siswa mempunyai lebih dari 1 gagasan dan pendapat yang bervariasi dari teman yang lain dalam menyikapi suatu masalah.

14 41 62

14.

Siswa dapat mengungkapkan pendapat dalam memecahkan suatu masalah dengan cara yang berbeda di dalam buku.

7 24 65

15. Siswa mempunyai pendapat sendiri tanpa terpengaruh dari siswa lain.

10 48 76

16.

Siswa dapat mengungkapkan pendapat yang berbeda dengan siswa lain dalam diskusi kelompok.

0 76 76

17.

Siswa dapat memberikan gagasan dan usulan secara rinci terhadap masalah yang ditampilkan oleh guru.

7 49 65

18.

Siswa mempunyai pendapat dalam memecahkan suatu masalah dengan cara yang berbeda dengan siswa lain.

27 65 76

Berdasarkan 18 indikator tersebut tampak yang terlihat meningkat secara signifikan dalam siklus I dan siklus II yaitu indikator mengajukan pertanyaan dalam kelompok, mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok dan mempunyai pendapat sendiri tanpa terpengaruh orang lain. Hal tersebut dikarenakan pada pembelajaran sebelumnya guru hanya menggunakan metode ceramah, sehingga saat menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD terlihat sekali peningkatan saat diskusi kelompok berlangsung yaitu adanya kegiatan saling bertukar pendapat serta tanya jawab di dalam kelompok. Siswa sudah dapat memberikan jawaban yang bervariasi terlihat ketika guru bertanya mengenai permasalahan tentang rusak atau uruknya fasilitas umum yang ada dalam lingkungan sekitar siswa. Jawaban siswa pun bermacam-macam yaitu dengan menjaga fasilitas umum, merawat fasilitas umum, menyiram dengan air setelah buang air. Siswa juga sudah dapat berkomentar saat diskusi kelompok. Siswa tampak lebih percaya diri dalam memberikan komentarnya. Siswa juga sudah mulai banyak berpendapat serta memberikan ide saat diberikan sebuah permasalahan sosial yang harus dipecahkan.

Berdasarkan 18 indikator tersebut yang tidak meningkat sama sekali pada siklus I dan siklus II yaitu siswa dapat mengungkapkan pendapat yang berbeda dengan siswa lain dalam diskusi kelompok, namun pada kondisi awal ke dalam siklus I indikator tersebut meningkat dengan signifikan yaitu dari 0% meningkat menjadi 76%. Pada kondisi awal guru tidak pernah membentuk kelompok dalam pembelajaran. Sehingga tampak sekali

peningkatan pada siklus I dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif metode STAD. Pada diskusi kelompok berlangsung dalam siklus I dan siklus II siswa sudah dapat mengungkapkan pendapat yang berbeda dengan siswa lain. Walaupun tidak ada peningkatan dari siklus I ke dalam siklus II. Pada dasarnya hampir dari ke 18 indikator tersebut sudah terjadi peningkatan siswa dari kondisi awal meningkat ke dalam siklus I dan siklus II.

Berdasarkan data di atas, persentase tingkat siswa sebelum diadakan tindakan sebesar 10,65%. Kemudian setelah diadakan tindakan siklus I meningkat sebesar 54,61%. Kemudian pada akhir siklus II meningkat menjadi 71%. Hal tersebut menandakan adanya peningkatan siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 16,39%. Berikut ini merupakan data ketercapaian tingkat siswa yang disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Data Ketercapaian Tingkat Kreatifitas Siswa

Peubah Indikator Keadaan Awal

Siklus I Siklus II Target Capaian Target Capaian

Siswa Persentase

Siswa 10,65% 45% 54,61% 60% 71%

Berikut ini diagram batang yang menunjukkan peningkatan kreatifitas siswa saat kondisi awal, siklus I dan siklus II:

Gambar 4.7 Peningkatan Kreatifitas Siswa

Data persentase tersebut merupakan hasil dari seluruh indikator per item. Frekuensi dari perolehan data kreatifitas di atas disajikan dalam lampiran. Berdasarkan data yang disajikan, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan kreatifitas siswa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan wali kelas IV yang menyatakan bahwa:

“Saya merasa adanya peningkatan kreatifitas siswa dari siklus I ke siklus II dengan diterapkannya model pembelajarn kooperatif metode STAD dalam pelajaran saya. Siswa lebih berani dan percaya diri saat saya bertanya kepada mereka. Terlihat juga antusias siswa saat menjawab pertanyaan dari saya, bahkan mereka sampai rebutan untuk menjawab. Siswa terlihat sudah mau berpendapat dan memberikan gagasan dalam kelompok. Walaupun masih ada satu dan dua siswa yang diam dan ngobrol sendiri. Namanya juga anak-anak kelas IV. Terus siswa juga mulai mau berpendapat. Memberi ide saat saya bertanya mengenai pemecahan dalam menangani masalah sosial. Menurut dalam pembelajaran menggunakan STAD ini sudah bagus dibandingkan dengan pembelajaran-pembelaran biasanya.”(hasil wawancara dengan bu Har, 6 Mei 2013 )

Kesimpulannya model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatakan kreatifitas siswa di sekolah. Dibuktikan dengan peningkatan kreatifitas siswa saat kondisi awal sebelum diberikan tindakan dan kondisi

10,65% 54,61% 71% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

dalam siklus I dan siklus II setelah diberikan tindakan dari data-data yang sudah disajikan tersebut. Slavin (2005:153) mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran dalam STAD, guru lebih menekankan kepada siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, menemukan konsep-konsep baru, serta meminta siswa untuk mengerjakan satu atau dua persoalan. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ditekankan Slavin dalam model pembelajaran kooperatif metode STAD ini merupakan ciri-ciri dari kreatifitas siswa dalam Munandar (2009:71) yaitu memilki rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang dan orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah. Jadi, model pembelajaran kooperatif metode STAD dalam pembelajarannya juga menekankan siswa untuk meningkatkan kreatifitasnya.