• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan peran serta para pelaku (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan hutan

DAN MASYARAKAT PESISIR

PENINGKATAN POTENSI SUMBERDAYA HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ROKAN HILIR

8. Peningkatan peran serta para pelaku (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan hutan

Indikator Peningkatan peran serta para pelaku (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan hutan, meliputi: (1) Memberikan akses kepada masyarakat berupa informasi, akses terhadap; pasar, pengawasan, penegakan dan perlindungan hokum serta sarana dan prasarana pendukung lainnya; (2) Menumbuh dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap arti dan nilai sumberdaya ekosistem sehingga membutuhkan pelestaraian; (3) Menumbuh dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menjaga, mengelola dan melestarikan ekosistem; dan (4) Menumbuh dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan melestarikan

| Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir VI - 28 sumberdaya ekosistem. Eberapa kegiatan yang dapat menunjang strategi ini, adalah:

 Sosialisasi Pemberdayaan Kondisi Hutan Mangrove

 Membuatan Website Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Mangrove Bagi Masyarakat Kabupaten Rokan Hilir

 Pilot Project Pemberdayaan dan Pengelolaan Hutan Mangrove di wilayah Hutan Mangrove

 Pemberian Penghargaan Pola Pengelolaan Hutan Mangrove bagi tokoh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir

9. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove

Dalam pelaksanaan strategi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan, meliputi:

 Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Upaya Peningkatan Usaha Kecil Masyarakat Berbasis Sumber Daya Hutan

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian alternative usaha yang secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi ramah lingkungan

Dalam pelaksanaan strategi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang strategi Pemberdayaan Hasil Hutannya Mangrove tersebut, Di Antaranya Adalah:

1. Pelatihan dan Pengembangan Dodol Mangrove (Potensi Pada Pohon Pidada Atau Bahasa Lokal Rembang)

2. Pelatihan dan Pengembangan Budidaya Sirup Mangrove 3. Pelatihan Pengembangan Selai Mangrove

4. Pelatihan dan Pengembangan Hasil Laut Hutan Mangrove

5. Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro masyarakat Sekitar Hutan Mangrove

6. Penataan dan pengembangan ekonomi pohon mangrove non Kayu potensial di Kabupaten Rokan Hilir

| Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir VI - 29

Buah perpat (Soneratia Spp.) menghasilkan makanan syrup, selai, dodol, permen dan lain-lain.

Buah api-api (Avecenia Spp.) menghasilkan makanan : keripik, bahan tepung pembuatan kue basah dan lain-lain.

Nipah (Nypa fruticans) menghasilkan makanan : sebagai bahan bahan baku minuman (es buah) dan buahnya bisa langsung dimakan.

Pengembangan Potensi Hutan Mangrove : Perlu dikembangkan Area khusus pengembangan ekonomi kerakyatan pohon mangrove non Kayu potensial. Dengan menetapkan luasan areal dari jenis pohon yang potensial di Rokan Hilir. Misalnya, 30% area hutan difokuskan bagi pembudidayaan hasil huta mangrove.

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Kusmana, C. 1997. Metoda Survey Vegetasi. IPB Press. Bogor.

Kusmana, C & Onrizal. 1997. Pengenalan Jenis Pohon Mangrove di Teluk Bintuni, Irian Jaya. IPB Press. Bogor.

Kusmana C., Istomo, C. Wibowo, S. Wilarso, IZ. Siregar, T. Tiryana, S. Sukardjo. Manual Silvikultur Mangrove di Indonesia. Direktorat Jendelar Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan RI dan Korea International Cooperation Agency (KOICA)

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor

Arobaya, A dan A. Wanma. 2006. Menelusuri sisa areal hutan mangrove di Manokwari. Warta Konservasi Lahan Basah,14 (4): 4-5.

Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, HR, J.Rais, S.P Ginting, dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber

Daya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Dahuri. 2003. Keanekaragaman Hayati: Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

Kusmana, C. 1994. Manajemen Hutan Mangrove di Indonesia. Laboratorium Ekologi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Manan, 1986. Ekosistem Mangrove Wilayah Pesisir. Kanisius, Yogyakarta. Naamin, N. 1991. Penggunaan Lahan Mangrove Untuk Budidaya Tambak

Keuntungan dan Kerugiannya. Dalam Subagjo Soemodihardo et al.

Proseding Seminar IV Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Pangan MAB Indonesia LIPI

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Saenger et al. 1983. Global Status ol Mangrove. Ecosystem, IUCN Commossion on Eccology Papers. No. 3. 1983

Santoso, U. 2007. Permasalahan dan solusi pengelolaan lingkungan hidup di Propinsi Bengkulu. Pertemuan PSL PT se-Sumatera tanggal 20 Februari 2006 di Pekanbaru.

Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Nasional. Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.

Soemodihardjo, S., O.S.R. Ongkosongo dan Abdullah. 1986. Pemikiran Awal Kriteria Penentuan Jalur Hijau Hutan Mangrove. Dalam Diskusi Panel Dayaguna dan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove (I. Soerianaga, S. Hardjowigeno, N. Naamin, M. Sudomo dan Abdullah, Eds). LIPI – Panitia Program MAB Indonesia.

Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove Dengan Pendekatan

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 2 No.2. 68 -71 Syukur Djazuli, Aipassa dan Arifin. 2007. Analisis Kebijakan Pelibatan Masyarakat

dalam mendukung Pengelolaan Hutan Mangrove di Kota Bontang. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol. 14. N0. 2 Desember 2007.

Melana, D.M., J. Atchue III, C.E. Yao, R. Edwards, E.E. Melana, and H.I. Gonzales. 2000. Mangrove Management Handbook. Departemen of

Environment and Natural Resources, manila, Philippines through the Coastal Resource Management Project, Cebu Citu, Philippines.

MATRIK PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN HUTAN MANGROVE

No. Strategi Indikatornya Kegiatan

1 Identifikasi potensi pengembangan destinasi pariwisata Hutan Mangrove

Adanya Database kondisi Hutan Mangrove Kabupaten Rokan Mangrove

 Penetapan Kawasan Mangrove sebagai kawasan pengelolaan pesisir (Mangrove) yang lestari dan Berkelanjutan

 Penyusunan Strategi Daerah Pengelolaan Mangrove

 Inventarisasi kerusakan hutan mangrove

 Penyusunan basis data pengelolaan hutan mangrove

 Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah Pantai Kabupaten Rokan Hilir

2 Kebijakan Peningkatan Potensi Hasil Hutan Mangrove

Adapun untuk mengarahkan

pencapaian tujuan sesuai dengan jiwa otonomi daerah, Pemerintah (pusat) telah menetapkan Pola Umum dan Standar serta Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Keputusan Menteri Kehutanan No. 20/Kpts-II/2001), termasuk di dalamnya rehabilitasi hutan yang

merupakan pedoman

penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah (Propinsi dan

Strategi yang diterapkan untuk menuju kelestarian pengelolaan hutan mangrove:

(1) Sosialisasi fungsi hutan mangrove, (2) Rehabilitasi dan konservasi,

3 Penetapan Kebijakan Hutan Mangrove Kebijakan Hutan Mangrove meliputi:

Penetapan Kawasan Hijau Hutan Mangrove

Penentapan Kebijakan Pelestarian

dan Pemberdayaan Hutan

Mangrove

Penetapan Anggaran Rehabilitasi Hutan Mangrove melalui dana Perimbangan

Penetapan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir dan Pembudidayaan hasil Laut dan Hutan Mangrove

Penetapan Kawasan Hijau Hutan Mangrove

Penentapan Kebijakan Pelestarian dan Pemberdayaan Hutan Mangrove

Penetapan Anggaran Rehabilitasi Hutan Mangrove melalui dana Perimbangan

Penetapan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir dan Pembudidayaan hasil Laut dan Hutan Mangrove

4 Rehabilitasi Hutan Mangrove Dalam program konservasi dan

rehabilitasi hutan mangrove, pemerintah lebih berperan sebagai

mediator dan fasilitator

(mengalokasikan dana melalui mekanisme yang ditetapkan), sementara masyarakat sebagai pelaksana yang mampu mengambil inisiatif.

Berdasarkan Undang-Undang

 Reboisasi dan rehabilitasi lahan ini dilakukan sepanjang tahun dan diharapkan pada tahun 2013 seluruh lahan kritis yang terdapat di Rokan Hilir dapat ditanami.

 Pemanfaatan Dana Perimbangan khususnya Dana Reboisasi sebesar 40% dialokasikan sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk rehabilitasi hutan dan lahan di daerah penghasil (kabupaten/kota) termasuk untuk rehabilitasi hutan mangrove.

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa penggunaan dana reboisasi sebesar 40% dialokasikan kepada daerah penghasil untuk kegiatan reboisasi-penghijauan dan sebesar 60% dikelola Pemerintah Pusat untuk kegiatan reboisasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan disebutkan bahwa Dana Reboisasi sebesar 40% dialokasikan sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk rehabilitasi hutan dan lahan di daerah penghasil (kabupaten/kota) termasuk untuk rehabilitasi hutan mangrove.

5 Peningkatan Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

Ada tiga faktor utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan

mangrove yang kurang

memperhatikan faktor lingkungan

dan (3) penebangan yang

berlebihan. Pencemaran seperti pencemaran minyak, logam berat. Konversi lahan untuk budidaya perikanan (tambak), pertanian

 Peningkatan manfaat sumber daya hutan merupakan program jangka panjang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pengelolaan hutan

 Strategi pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat ini adalah :

1) Kegiatan Penghijauan Dan Rehabilitasi Hutan Mangrove,

2) Pelatihan Dan Pemanfaatan Mangrove Non Kayu,

industri, produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan penggalian pasir. Maka dilakukann pengelolaan mangrove didasarkan atas tiga tahapan yaitu : isu ekologi dan sosial ekonomi, kelembagaan dan perangkat hukum serta strategi pelaksanaan rencana.

6 Promosi destinasi dan Pembangunan infrastruktur Hutan Mangrove

Adanya kebijakan dan penetapan Kawasan Wisata Hutan Mangrove

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Rokan Hilir. Penyiapan Wilayah Ekosistem Mangrove Kabupaten Rokan Hilir Menjadi Lokasi Wisata Penentuan Kawasan Hijau Hutan Mangrove dan Kawasan Wisata Hutan Mangrove

7 Kebijakan Anggaran Pelestarian dan Pengelolaan Hutan Mangrove Daerah

Adanya Alokasi Pelestarian dan Pengelolaan Hutan Mangrove karena tingkat penurunan yang terjadi dalam dua tahun terakhir mencapai hampir 4.000 ha.

Kebijakan Anggaran khusus Pelestarian dan Pengelolaan Hutan Mangrove Kabupaten rokan Hilir

8 Peningkatan peran serta para pelaku (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan hutan

1. Memberikan akses kepada masyarakat berupa informasi, akses terhadap; pasar, pengawasan, penegakan dan perlindungan hokum serta sarana dan prasarana pendukung lainnya

2. Menumbuh dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

Sosialisasi Pemberdayaan Kondisi Hutan Mangrove Membuatan Website Pengelolaan dan

Pemanfaatan Hutan Mangrove Bagi Masyarakat Kabupaten Rokan Hilir

Pilot Project Pemberdayaan dan Pengelolaan Hutan Mangrove di wilayah Hutan Mangrove Pemberian Penghargaan Pola Pengelolaan Hutan Mangrove bagi tokoh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir.

ekosistem sehingga

membutuhkan pelestaraian 3. Menumbuh dan meningkatkan

partisipasi masyarakat untuk menjaga, mengelola dan melestarikan ekosistem

4. Menumbuh dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan melestarikan sumberdaya ekosistem 9 Pemberdayaan Masyarakat Sekitar

Hutan Mangrove

 Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Upaya Peningkatan Usaha Kecil Masyarakat Berbasis Sumber Daya Hutan

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian alternative usaha yang secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi ramah lingkungan

Pemberdayaan Hasil Hutannya Mangrove Di Antaranya Adalah:

1. Pelatihan dan Pengembangan Dodol Mangrove (Potensi Pada Pohon Pidada Atau Bahasa Lokal Rembang)

2. Pelatihan dan Pengembangan Budidaya Sirup Mangrove

3. Pelatihan Pengembangan Selai Mangrove 4. Pelatihan dan Pengembangan Hasil Laut Hutan

Mangrove

5. Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro masyarakat Sekitar Hutan Mangrove

6. Penataan dan pengembangan ekonomi pohon mangrove non Kayu potensial di Kabupaten Rokan Hilir

Buah perpat (Soneratia Spp.) menghasilkan makanan syrup, selai, dodol, permen dan

Buah api-api (Avecenia Spp.) menghasilkan makanan : keripik, bahan tepung pembuatan kue basah dan lain-lain.

Nipah (Nypa fruticans) menghasilkan makanan : sebagai bahan bahan baku minuman (es buah) dan buahnya bias langsung dimakan.

Pengembangan Potensi Hutan Mangrove :

Perlu dikembangkan Area khusus

pengembangan ekonomi kerakyatan pohon mangrove non Kayu potensial. Dengan menetapkan luasan areal dari jenis pohon yang potensial di Rokan Hilir. Misalnya, 30% are hutan difokuskan bagi pembudidayaan hasil huta mangrove.