IRT Wiraswasta
5.1.3. Penurunan Rata-Rata Tekanan Darah Responden Setelah Dilakukan Terapi Hijamah
Pada tabel 5.1.3. menunjukkan bahwa, dari hasil uji statistik didapatkan adanya penurunan rata-rata tekanan darah responden setelah dilakukan terapi hijamah, meliputi; sistol=5,212 mmHg dan diastol=3,404 mmHg. Adapun nilai sig.sistol=0,000 dan nilai sig. diastol=0,00 dengan α=5% (p< 0,05).
Tabel 5.1.3.
Perbedaan Nilai Rata-Rata Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah Terapi Hijamah
T Sig. Terapi Hijamah Sistol Diastol 5,212 3,404 0,00 0,00 5.2. PEMBAHASAN 5.2.1.Karakteristik Responden
Pada karakteristik responden penelitian ini, berdasarkan jumlah frekuensi pada usia <40 sebanyak 6 responden (17,1%), usia 40-60 tahun sebanyak 21 responden (60,0%), sedangkan usia >60 tahun sebanyak 8 responden (22,9%). Hal ini didukung oleh Zuraidah (2012), semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut. Umur > 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi.
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 29 responden (82,9%), sebab dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Hal ini didukung oleh Jansen (2013) bahwa tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada pria. Wanita lebih cenderung terjadi hipertensi setelah menopause. Pria lebih beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dibanding wanita hingga usia 55 tahun.
Secara umum distribusi tingkat pendidikan responden paling banyak berada pada tingkat pendidikan SMA/sederajat yaitu sebanyak 15 responden (42,9%). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang
dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama mencegah kejadian hipertensi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar tetap sehat (Jansen, 2013).
Dari jenis pekerjaan, responden terbanyak didominasi oleh wiraswasta sebanyak 25 responden dengan persentase 71,4%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas dan tuntunan kerja yang tinggi pada wiraswasta pada umumnya, dimana mereka harus memikirkan cara mempertahankan dan mengembangkan usahanya yang bisa memicu timbulnya stress dan lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Hal ini didukung oleh Jansen (2013) bahwa stres meningkatkan resisten pembuluh darah perifer. Stres juga menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis sehingga jantung memompa lebih cepat. Resistensi (daya tahan) pembuluh darah perifer tersebut menyebabkan aliran darah tidak lancar dan akhirnya terjadi hipertensi. Saat stres terjadi, yang terlepas adalah hormon epineprin atau adrenalin. Aktivitas hormon ini meningkatkan tekanan darah secara berkala. Jika stres berkepanjangan, meningkatkan tekanan darah menjadi permanen.
5.2.2.Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi, Minimum dan Maximum Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Hijamah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah pada penelitian ini mengalami penurunan terkecuali pada nilai maximum (sistol) = 190 mmHg, hal ini
disebabkan adanya tekanan darah responden tidak mengalami penurunan setelah dilakukan terapi hijamah.
5.2.3.Penurunan Rata-Rata Tekanan Darah Responden Setelah Dilakukan Terapi Hijamah.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa, dari hasil uji statistik didapatkan adanya penurunan yang signifikan antara mean tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah terhadap responden tekanan darah tinggi, dimana nilai sig.sistol=0,00 dan nilai sig. diastol=0,00 dengan α=5% (p< 0,05).
Setelah dilakukan penelitian ini, terhadap responden yang tercatat di
medical record Rumah Sehat Wahida Medan dan sudah melakukan terapi hijamah, maka hasil dari uji pairedt test menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan antara mean tekanan darah pada responden setelah dilakukan terapi hijamah. Namun penurunan yang dihasilkan belum mencapai kriteria masalah tekanan darah tinggi menurut ESH-2007, penurunan tekanan darah seharusnya untuk sistole < 140 mmHg dan untuk diastole < 90 mmHg.
Sehingga disimpulkan bahwa terapi hijamah efektif sebagai terapi simptomatik dalam menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi. Namun belum dapat dinyatakan sebagai terapi yang efektif untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi. Pada dasarnya tekanan darah tinggi secara konstan akan semangkin meningkat jika tidak diatasi sehingga diperlukan usaha untuk mengontrolnya. Salah satu usaha yang biasa dilakukan pasien adalah dengan mengkonsumsi obat antihipertensi secara terus menerus. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini dilakukan terapi hijamah sebagai pengontrol tekanan darah responden.
Hal ini sejalan dengan penelitian Mustika (2012) bahwa terjadi penurunan tekanan darah rata-rata pada 20 responden hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah dengan nilai p value sistol = 0,000 dan p value diastol = 0,003 dimana p<0,05 yang menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Responden pada penelitian ini menyatakan bahwa mereka mendapat kenyamanan setelah dilakukan terapi hijamah, mereka juga menyatakan sakit kepala dan nyeri tengkuk yang sering mereka alami berkurang bahkan hilang serta tubuh menjadi lebih ringan. Hijamah menjadikan mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Jansen, 2013).
Seseorang yang dalam kondisi tertekan, hormon adrenalin dan kortisol akan dilepaskan ke dalam darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah, jika ini terus menerus terjadi maka dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi. Hal ini berarti menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat mengurangi risiko terkena hipertensi dengan membantu mengurangi ketegangan otot dan mikrosirkulasi pembuluh darah pada responden. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa terapi hijamah berpengaruh atau memiliki efek yang positif terhadap tekanan darah.
Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa terapi hijamah terbukti mempengaruhi beban kerja jantung, merevitalisasi pembuluh darah, dan
mendatangkan ketenangan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tekanan darah.
Oleh karena itu, terapi hijamah efektif untuk membantu menurunkan tekanan darah atau mengontrol tekanan darah agar tetap stabil pada penderita tekanan darah tinggi.
49 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh Terapi Hijamah terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Tekanan Darah Tinggi”, yang dilakukan pada karakteristik responden penelitian ini, berdasarkan jumlah frekuensi terbanyak, adalah berusia 40-60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, mempunyai latar belakang pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta.
Berdasarkan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah pada penelitian ini mengalami penurunan terkecuali pada nilai maximum sistol = 190 mmHg, hal ini disebabkan adanya tekanan darah responden tidak mengalami penurunan setelah dilakukan terapi hijamah.
Dari hasil uji statistik didapatkan adanya penurunan rata-rata tekanan darah responden setelah dilakukan terapi hijamah, meliputi; sistol=5,212 mmHg dan diastol=3,404 mmHg.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tekanan darah pada responden yang melakukan terapi hijamah, dengan hasil nilai sig.sistol=0,00 dan hasil nilai sig. diastol=0,00 dengan α=5% (p< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa terapi hijamah efektif sebagai terapi simptomatik dalam menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi. Namun belum dapat dinyatakan sebagai terapi yang efektif untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi.
6.2. Saran