• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisi simpulan dan saran, sebagai bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu Philos yang berarti “senang” dan Logos yang berarti “pembicaraan” atau “ilmu”. Jadi filologi berarti “senang berbicara”, yang kemudian berkembang menjadi “senang belajar”, “senang kepada ilmu”, “senang kepada tulisan-tulisan”, dan kemudian “senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi” seperti karya-karya sastra (Siti Baroroh Baried, et. al. 1994 : 2). Dalam perkembangannya, istilah filologi mengalami perubahan dan perkembangan. Menurut Edward Djamaris (2002: 2), filologi adalah ilmu yang objek penelitiannya naskah- naskah lama. Sedangkan menurut Achadiati Ikram ( 1980: 1), filologi dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari segala segi kehidupan di masa lalu seperti yang di temukan dalam tulisan. Didalamnya tercakup bahasa, sastra, adat istiadat, hukum, dan lain segalanya.

Di Indonesia yang dalam sejarahnya telah banyak dipengaruhi oleh bangsa Belanda, maka arti filologi mengikuti penyebutan yang ada di negeri Belanda, ialah suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya.

B. Objek Filologi

Objek penelitian filologi terdiri dari dua hal yakni naskah dan teks. ( Edward Djamaris: 2002). Siti Baroroh Baried, dkk mengemukakan bahwa filologi mempunyai obyek penelitian yaitu naskah dan teks. Dalam filologi istilah teks menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak, sedangkan naskah merupakan sesuatu yang konkret (1985: 3-4). Semua bahan tulisan tangan disebut naskah (handschrift atau manuschrift), sedangkan teks adalah kandungan atau muatan naskah berupa abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja dan memuat

commit to user

berbagai ungkapan pikiran serta perasaan penulis yang disampaikan kepada pembacanya.

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja penelitian filologi menurut Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), terdiri atas penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah, observasi pendahuluan, penentuan naskah dasar, transliterasi naskah, dan penerjemahan teks. Sedangkan menurut Edwar Djamaris, langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian filologi meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, singkatan naskah dan transliterasi naskah (1977: 23). Cara tersebut digunakan apabila peneliti menemukan naskah jamak atau naskah yang lebih dari satu. Karena Kawruh Landheyan merupakan naskah tunggal, maka langkah kerja penelitian filologi ini tidak menggunakan perbandingan naskah.

Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi sebagai berikut :

1. Penentuan Sasaran Penelitian

Langkah pertama adalah menentukan sasaran, karena banyak ragam yang perlu dipilih, baik tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Ada naskah yang bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali dan Batak. Ada naskah yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Ada naskah yang berbentuk puisi dan ada pula yang berbentuk prosa. Ada naskah yangbberisi sejarah/babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng, primbon, adat istiadat, ajaran/piwulang, dan agama.

Berdasarkan hal tersebut, ditentukan sasaran yang ingin diteliti adalah naskah bertuliskan Jawa carik, ditulis pada kertas, berbentuk prosa dan berisi masalah piwulang/ajaran. Keseluruhan bentuk di atas terangkum di dalam Kawruh Landheyan.

2. Inventarisasi Naskah

Langkah awal dari penelitian suatu karya sastra sesuai cara kerja filologi yaitu dengan mendaftar semua naskah yang ingin diteliti di berbagai

tempat-commit to user

tempat penyimpanan naskah. Menurut Edi S. Ekadjati (1980), bila hendak melakukan penelitian filologi, pertama-tama harus mencari dan memilih naskah yang akan dijadikan pokok penelitian, dengan mendatangi tempat-tempat koleksi naskah atau mencarinya melalui katalog. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah, tempat penyimpanan, dan penjelasan lain tentang keadaan naskah. Naskah-naskah yang diperlukan didaftar untuk mengetahui jumlah naskah, dimana naskah itu disimpan, serta penjelasan mengenai nomor naskah, umur naskah, tulisan naskah, tempat dan tanggal penyalisan naskah.keterangan-keterangan tersebut dapat dilihat dalam katalog (Edwar Djamaris, 2002: 10).

3. Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah

Observasi pendahuluan dilakukan dengan mengecek data secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan informasi yang diungkapkan oleh katalog. Setelah mendapatkan data yang dimaksud yakni Kawruh Landheyan maka diadakan deskripsi naskah dan ringkasan isi.

Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah terperinci. Deskripsi naskah penting untuk mengetahui keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah itu. Emuch Sumantri menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi mengenai: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, ukuran naskah dan teks, keadaan naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk naskah, umur naskah, fungsi sosial naskah serta ikhtisar teks (1986: 2). Sedangkan ringkasan isi naskah digunakan untuk mengetahui garis besar kandungan naskah sesuai dengan urutan cerita dalam naskah.

4. Transliterasi Naskah

Transliterasi naskah ialah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda

commit to user

baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran (Edward Djamaris, 1977 : 25).

5. Kritik Teks

Pengertian kritik teks menurut Paul Mass dalam Darusuprapta (1984) adalah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberi evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah dan lembaran bacaan yang mengandung kalimat-kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu.

6. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya, yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks. Segala kelainan bacaan yang ditampilkan merupakan kata-kata atau bacaan salah yang terdapat dalam naskah tampak dalam aparat kritik.

7. Terjemahan

Terjemahan adalah pemindahan makna atau bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami isi teks dari suatu naskah. Sehingga masyarakat yang tidak menguasai bahasa naskah aslinya dapat juga menikmati, sehingga naskah itu lebih tersebar luas (Darusuprapta, 1989:27).

D. Tentang Landheyan

Kajian isi pada penulisan ini dipaparkan melalui teknik deskripsi, yaitu penjabaran dari data primer dalam hal ini adalah teks Kawruh Landheyan dan data sekunder yang meliputi hasil wawancara dan informasi dari ensiklopedi dan buku- buku yang membahas tentang Landheyan. Kandungan isi dalam penulisan ini membahas tentang macam- macam Landheyan beserta cara pembuatanya.

commit to user

Ada banyak macam kayu yang dapat dipergunakan dalam pembuatan Landheyan, kayu- kayu tersebut memiliki kelebihan dan kekurangn dengan ciri- ciri yang di miliki. Kayu- kayu tersebut antara lain :

1. Waru, warnanya pethak sulak jenne beratnya ringan, seratnya kasar, pilihannya yang seratnya padat serta beratnta agak berat, waru ini paling baik dipakai untuk landheyan panjang, karena dari ringan dan ulet.

2. Timaha, warnanya putih dan bercorak hitam, coraknya warna-warni, seperti : sembur, tutul, daler, encok sekar atau tembelang-tembelang. Pilihannya yang dasarnya banyak coraknya, timaha ini baiknya untuk landheyan celak, panjangnya dua dhepa, karena kurang ulet.

3. Kayu garu, warnanya ungu belang-belang hitam, seratnya ada yang halus ada yang kasar, bobotnya berat, karena berminyak.

4. Walik elar, warnanya jenne lirik-lirik, seratnya andalir urang, bobotnya sedang, golongan mudah patah.

5. Janglot, warnanya putih, seratnya halus, bobotnya berat, ulet. 6. Wali kukun, warnanya merah sewarna dengan kayu sawo, seratnya

halus, bobotnya berat, kuat.

7. Therok, warnanya merah dan ungu belang seperti kayu garu, bobotnya berat, seratnya halus, kuat.

8. Areng-arengan, warnanaya hitam kusam, seratnya halus, bobotnya berat, kuat.

9. Aruman , sewarna tima, dasarnya sulak jenne, coraknya hitam 10.Kalak kambing, juga seperti tima, dasarnya jenne, bobotnya berat,

keras, tetapi coraknya merembet dan lunak.

11.Kalak basu, warnanya hitam seperti tima, mudah busuk, seratnya kasar

12.Gedhondhong, warnanya putih, seratnya kasar, bobotnya sedang. Deskripsi diatas merupakan hasil penjabaran dari teks Kawruh Landheyan. Selain hal tersebut, dari hasil wawancara peneliti juga memperoleh informasi

commit to user

tentang kayu- kayu yang sering digunakan untuk membuat Landheyan, yaiti sebagai berikut:

1. Kayu mentaos : dengan ciri- ciri ulet dan lentur

2. Kayu Jati : dengan cirri- cirri lurus, mudah dikerjakan, ulet, dank eras.

3. Kayu cendana : Kayu cendana disebut mustikanya kayu, dengan memiliki ciri- cirri wangi atau harum, lurus, dan keras.

4. Kayu Kemuning : dengan cirri- cirri keras, doreng, dan berserat bagus. 5. Kayu Tima : memiliki bobot yang ringan dibandingkan dengan yang lain.

2. Macam- macam Landheyan Beserta Ukurannya. 1. Blandaran, pangjangnya 3 atau 3,5 dhepa 2. Panurun, panjangnya 2,5 atau 3,5 dhepa 3. Pegon, panjangnya 2 atau 3,5 dhepa

4. Tlepak, panjangnya 1,5 atau 3,5 dhepa 5. Towok, panjangnya 1,5 atau 3,5 dhepa 6. Limpung, panjangnya 1,5 atau 3,5 dhepa

Sedangkan dari hasil wawancara mengenai ukurannya pada dasarnya ukuran landheyan tergantung dengan pemakai, akan tetapi memiliki aturan bahwa Landheyan memiliki panjang harus di atas kepala. Hal tersebut diuraikan karena untuk membuat Landheyan tidak dapat di ukur dengan hitungan, akan tetapi semuanya di ukur dengan perasaan berdasarkan karya.Akan tetapi yang lazim, ukuran panjangnya antara 60cm,90cm,120cm,180cm,2m,2,5m,3m. sedangkan diameternya bekisar 3- 3,5 cm.

3. Bentuk Landheyan

Dari hasil deskripsi dari data yang dikumpulkan memperoleh informasi tentang bentuk- bentuk landheyan yaitu:

1. Ngusus : yaitu Landheyan yang bagian pangkal sampai ujungnya besarnya sama.

2. Ngebung : yaitu Landheyan yang bagian pangkalnya besar lalu mengecil sampai ujung.

commit to user

4. Landheyan variasi sekarang dimana terdapat ornament di bagian atas dan bawahnya.

4. Alat Untuk Membuat Landheyan

1. Pêthèl, untuk memotong bahan, atau bila untuk memasang tunjung. 2. Pasah kiping, untuk memasang grabahan.

3. Graji gorok, untuk memotong.

4. Pasah sugu 2 iji, 1 grabahan, panjangnya 1½ kilan, 1 pangalus, panjangnya 2 kilan.

5. Kikir agêng alit, untuk memasang karah lagri. 6. Pangot, untuk nêtês yang akan dijadikan perabot. 7. Jara, untuk melubangi.

8. Dhalangan, kajêng balik.

5. Langkah- langkah Membuat Landheyan

Bahan landheyan yang baru saja dari hutan, ini tentu masih besar, atau belum turut, ini lalu dipotonghanya memilih mandhukulipun bisa. Namun abila kayu masih gêbingan,dipotong menurut kakêncênganipun lalu dipotong menjadi delapan, bila sudah menjadi seperti ini namanya menjadi pêthèlan.

Bila sudah menjadi pêthèlan, lalu di pasah kiping, dipasah dengan dua tangan. Selesai digrabahi menggunakan pasah sugu celak, diarahkan gilignya, serta diarahkan mengikuti badannya. Setelah dipasah menggunakan pasah sugu panjang supaya mendapat kekencangan dan gilignya juga, ini sudah dinamakan bakal jadi.

Selanjutnya dipasang peralatan seperti,karah,lagri, sopal,tunjung,apabila memakai grendim grendimnya juga dipasang, apabila dengan anggethak

landheyan agar lurus dan bagus.

Selanjutnya diselesaikan pembuatannya berdasarkan peralatannya, artinya dibagian pangkal mengambil berdasarkan besarnya sopal, di ujung mengambil besarnya lagri, dengan pasah penghalus, atau kikir.

commit to user

Apabila sudah lurus dan halus bulatanya,kemudian digosok di wacu calep [apabila sekarang lebih baik amril apabila sudah halus hilang serat dari pasahan dan kikiran, kemudian di ampelas, sampai halus, hilang serat amril, kemudian digosok dengan sisa pasahan, agar hilang kotoranya, di usap dengan tangan, sampai mengkilat dan licin, nama sudah jadi. Kemudian di pacak, macak itu memasang perlengkapan landheyan, dengan baik.

6. Bagian- bagian Landheyan

Pada dasarnya Landheyan terbagi menjadi tiga yaitu ujung, tengah, dan bawah. Akan tetapi secara terperinci bagian- bagian Landheyan adalah sebagai berikut: 1. Karah 2. Godhi 3. Lagri 4. Sopal. 5. Tunjung.

perabot tlêmpak ini sama saja dengan perabot wahos, bila perabot wahos wêwah satu, dinamakan wêgig, bentuknya gombyok songa tamparan dibawahnya lagri.

7. Pengambilan Kayu Dari Hutan

Kayu Waru Gunung itu daunnya keriting dan bulunya panjang, pohonnya lurus rantinya tumbuh di ujung pohon, yang sudah dapat digunakan untuk landheyan paling sedikit dapat di bagi menjadi 4 bagian: pembagiannya di ambil panjangnya, lebih baiknya pohon waru yang akan di bagi di potong terlebih dahulu tepat di bawah ranting yang paling bawah, kemudian di diamkan sebentar, selanjutnya di potong dari atas dengan sedikit demi sedikit sampai bawah, karena itu apa bila di tidurkan takut apabila sering patah.

commit to user

Apabila sudah jadi potongan kemudian di pethel sampai lurus, dan di pasah kebulatannya, penyimpananya harus berdiri di tempat yang teduh jangan sampai kehujanan dan jangan di ikat menjadi satu agar tidak bengkok.

8. Pengolahan Landheyan

Dijaman kuna Landheyan ini apabila sudah jadi calon selanjudnya di olah, pengolahannya dengan kakeplok dan kagedhug.

1. Keplok, ini dengan dipukulkan pada air setiap pagi sebanyan sepuluh

pukulan, selama satu tahun.

2. Gedhug,hal ini dengan dipukulkan pada tanah sekuwat mungkin setiap pagi, lamanya setahun.

9. Ukuran Landheyan

Tombaknya ditalikan dengan Landheyan yang akan dimasuki, mulai akhiran Landheyan diratakan dengan Pesi, kemudian dibolak- balik sampai selesainya Landheyan, ketemu beberapa lipatan kemudian diambil empat- empat sisanya berapa, apabila sisa:

1. Dhawah songga, baik.

2. Dhawah rungga, jelek sekali. 3. Dhawah sarah, jelek.

4. Dhawah watang jelek.

jadi apabila membuat Landheyan itu sebelum memasang perabot harus dihitung terlebih dahulu.

Ukuranya godhi mulai dari lagri sampai karah sama dengan lingkaran kepalanya sendiri, mulai dari mata kiri melingkar sampai mata kanan.

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengkaji objek kajian. Bentuk penelitian terhadap naskah Kawruh landheyan adalah penelitian filologi, yang objek kajiannya mendasarkan pada manuskrip (naskah tulisan tangan). Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya penting dan semuanya mempunyai pengaruh dan berkaitan dengan yang lain. Dengan mendeskepsikan segala sistem tanda (semiotic) mungkin akan membentuk dan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang dikaji (M Atar Semi, 1993: 24).

Jenis penelitian termasuk dalam penelitian pustaka (library research). Penelitian pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data-data, informasi dengan bantuan buku-buku, majalah, naskah-naskah, cetakan-cetakan, kisah sejarah dan dokumen lain yang relevan (Kartini Kartono, 1983:28).

B. Sumber Data dan Data

Sumber data yaitu sesuatu yang mengandung data, atau bisa juga disebut tempat dimana data itu berada. Untuk lebih mudahnya sumber data mengacu pada tempat penyimpanan naskah tersebut baik berupa perpustakaan maupun koleksi pribadi. Sumber data dalam penelitian ini adalah pustaka, yaitu Perpustakaan

commit to user

Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta. Sedangkan data adalah suatu yang mengacu pada objek penelitian.

Data penelitian dibagi menjadi data primer dan sekunder. Data primer berupa naskah teks Kawruh Landheyan dengan nomor KS 235 SMP 121/23 (Nancy K. Florida, 1993:148). 530 Ra (katalog lokal). Sedangkan data sekunder adalah data hasil wawancara, ensiklopedi, dan buku- yang membahas tentang Landheyan.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode studi pustaka (libralan dry reseach), yaitu katalogus naskah yang tersimpan di berbagai perpustakaan, museum atau instansi lain yang menaruh perhatian terhadap naskah. Teknik berikutnya yaitu dengan teknik fotografi digital tanpa blitz, yaitu dengan memotret naskah dengan kamera digital yang kemudian ditransfer dalam program Microsoft Office Picture Manager di komputer. Naskah sebagai data utama yang telah terbaca kemudian dideskripsikan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran wujud asli naskah.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan melakukan wawancara, membaca buku, artikel maupun buku- buku ilmiah, kemudian dianalisis lebih lanjut apabila terdapat informasi yng menunjang data primer.

commit to user

D. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan. Reduksi data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis sesuai metode suntingan teks standar. Metode standar digunakan bila isi naskah itu dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama dan sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa (Edwar Djamaris, 2002: 24).

Sajian data juga didasarkan pada metode standar (Edwar Djamaris, 2002:25). Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1. mentransliteraskan teks

2. membetulkan kesalahan teks, dalam penanganan kasus pada teks naskah Kawruh Landheyan, pembetulan dilakukan dengan memberikan kritik terhadap teks, tanpa merubah esensi dari isi teks tersebut.

3. membuat catatan perbaikan/ perubahan 4. memberi komentar, tafsiran

5. membagi teks dalam beberapa bagian. Naskah Kawruh landheyan bukan merupakan naskah bendel, sehingga teks tidak harus dibagi dalam beberapa bagian.

6. menyusun daftar kata sukar (glossary).

Sajian data guna mengungkap kajian isi yang di tunjang dengan data sekunder yaitu dari hasil wawancara di lapangan,ensiklopedi dan buku- buku yang kemudian dikroscekkan teks naskah serat Kawruh Landheyan.

commit to user

Simpulan akhir merupakan jawaban atas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Penarikan simpulan didasarkan pada analisis data dengan menyajikan hasil suntingan teks yang bersih dari kesalahan dan menelaah isi beserta seluruh keterangan berbagai istilah-istilah kultural yang terdapat dalam teks naskah Kawruh Landheyan.

Ketiga aktivitas analisis tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Peneliti dalam melaksanakan proses aktivitasnya tetap bergerak di antara komponen analisis dengan mengumpulkan datanya, selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Selanjutnya peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen analisis tersebut. Sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini (Sutopo, 2002: 91).

Pengumpulan Data

Sajian Data

Penarikan Simpulan Reduksi Data

commit to user BAB IV

KAJIAN FILOLOGIS DAN PEMBAHASAN ISI

A. Kajian Filologis

1. Deskripsi Naskah

Sebuah naskah yang terdapat dalam katalog, umumnya telah dideskripsikan secara singkat. Setiap katalog memuat informasi yang bertalian dengan naskah, antara lain identitas fisik naskah, judul, umur, corak dan bentuk, asal-usul, rangkuman, hubungan antar naskah dan fungsi naskah. Informasi yang terletak dalam katalog tersebut memuat informasi yang lengkap, karena hal ini bergantung pada seberapa jauh penyusun katalog memperoleh informasi mengenai naskah-naskah tersebut. Informasi yang lengkap tersebut biasannya diperoleh dari naskah itu sendiri (Emuch Hermansumantri, 1986:1).

Mendeskripsikan naskah ialah menjelaskan secara mendetail mengenai keadaan naskah baik secara fisik, teks maupun koteks. Uraian mengenai naskah ini dideskripsikan secara apa adanya. Teknis yang digunakan dalam mendeskripsikan atau mengidentifikasi naskah Kawruh Landheyan ini mengacu pada teknis Emuch Hermansoemantri (1986:2).

commit to user a. Judul naskah

Kawruh Landheyan Pengambilan judul didasarkan pada tulisan yang terletak pada cover depan.

Gambar 9 : cover depan naskah Kawruh Landheyan

b. Nomor naskah

KS 235 SMP 121/23 (Nancy K. Florida, 1993:148). 530 Ra (katalog lokal).

c. Tempat penyimpanan naskah

Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta Hadiningrat. d. Asal naskah

commit to user e. Keadaan naskah

Naskah cukup baik dan masih utuh. Hanya saja pada beberapa bagian naskah yang ditulis dengan cara verso-recto hurufnya pada halaman verso tembus hingga halaman recto, tetapi masih cukup dapat terbaca.

f. Ukuran naskah

Panjang: 21,5 cm Lebar : 17 cm g. Ukuran teks dan margin

Ukuran kertas : panjang: 21,5 cm lebar: 17 cm

Ukuran Margin : batas kanan 1cm, kiri 1 cm, atas 1cm, bawah 1 cm. Ukuran teks : 19,5 cm x 15 cm

h. Tebal naskah 1 cm

i. Jumlah baris per halaman

Jumlah halaman pada halaman 1 adalah : 12 baris Jumlah halaman pada halaman 2 adalah :10 baris Jumlah halaman pada halaman 3- 10 adalah : 12 baris

Jumlah halaman pada halaman 11 adalah : 11 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 12 adalah : 12 baris

Jumlah halaman pada halaman 13 adalah : 5 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 14-16 adalah : 12 baris Jumlah halaman pada halaman 17 adalah : 8 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 18 adalah : 11 baris

Jumlah halaman pada halaman 19 adalah : 6 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 20 adalah : 6 baris + gambar

commit to user

Jumlah halaman pada halaman 21 adalah : 8 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 22 adalah : 6 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 23 adalah : 9 baris + gambar Jumlah halaman pada halaman 24-34 adalah : 12 baris

Jumlah halaman pada halaman 35 adalah : 1 baris j. Huruf, aksara, tulisan

Huruf yang digunakan dalam penulisan serat ini adalah huruf jawa carik. Ukuran huruf sedang dengan tulisan miring ke kanan dan menggantung. Warna tinta yang digunakan adalah hitam. Jarak antara huruf sedang, sedangkan jarak antara baris renggang. Pemakaian tanda baca menggunakan adeg-adeg sebagai penanda awal paragraf.

k. Cara penulisan

Ditulis bolak- balik ( rekto verso) yaitu lembaran naskah yang ditulisi pada kedua halaman muka dan belakang.

l. Bahan naskah

Bahan yang digunakan adalah kertas folio bergaris dengan warna yang sudah kekuning-kuningan, mungkin karena faktor usia.

m. Bahasa naskah

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa baru ragam krama. n. Bentuk naskah

Naskah berbentuk prosa dan sebagian halaman terdapat berbagai gambar,

Dokumen terkait