• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 36 (1)Sanksi administrasi berupa:

a. peringatan tertulis; b. denda uang;

c. penundaan pencairan; dan d. pembekuan keuangan.

(2)Pemerintah Desa yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4) dan (5), Pasal 6, Pasal 7 ayat (3) dan (4), dan Pasal 9 ayat (2), (3), dan (4) dikenakan sanksi administratif.

(3)Pemerintah Desa yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (1) dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-udangan yang berlaku.

(4)Tata cara pemberian sanksi diatur melalui Peraturan Bupati.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

82 (1)Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, RPJM Desa yang

belum disesuaikan dengan RPJM Daerah masih tetap berlaku sampai akhir tahun anggaran berjalan.

(2)Dokumen-dokumen perencanaan pembangunan Desa yang belum disesuaikan dengan Parturan Daerah ini masih berlaku sampai akhir tahun anggaran berjalan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di : Cilacap Pada tanggal : Bupati Cilacap, H. TATTO S. PAMUJI

Diundangkan di Cilacap pada tanggal ... Sekretaris Daerah Kabupaten Cilacap,

...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ...NOMOR …...

83 PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR ……. TAHUN 2016

TENTANG

PEMBANGUNAN PERDESAAN DI KABUPATEN CILACAP UMUM

Peraturan Daerah ini merupakan pengaturan lebih lanjut dari keten-tuan Pasal 84 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan ketentuan-ketentuan lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Ta-hun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 ten-tang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dengan pendasaran pada ketentuan-ketentuan di atas, ruang lingkup pengaturan Peraturan Daerah ini mencakup Pembangunan Desa, Pemba-ngunan Kawasan Perdesaan, dan Pembiayaan Pembangunan Perdesaan. Pembangunan Desa melingkupi perencanaan dan penyusunan dokumen-do-kumen pembangunan Desa. Perencanaan Pembangunan Desa disusun me-lalui forum-forum partisipatif Desa yang terdiri dari Musyawarah Desa dan Musrenbang Desa. Musyawarah Desa merupakan forum perencanaan Desa yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa. Hasil-hasil Mu-syawarah Desa menjadi acuan dan dasar bagi pelaksanaan Musyawarah Pe- rencanaan Desa.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) ada-lah forum perencanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerin-tah Desa untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa. Musrenbangdes se-bagai forum perencanaan partisipatif diarahkan untuk mengakomodasi as- pirasi dan kehendak warga seluas-luasnya. Oleha karena itu, Musrenbang-des diawali dengan penyelenggaraan Musrenbang di tingkat Rukun Tetang-ga (RT) dan Dusun.

Pelaksanaan Pembangunan Desa mengatur tentang bagaimana pelak-sanaan pembangunan di Desa dengan mendasarkan pada sumber-sumber pembiayaannya. Untuk pembangunan dengan sumber biaya dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten, mekanisme penyelenggaraan kegiatan pembangunan mengikuti ketentuan perundangan-undangan yang

84 berlaku. Sedang pembangunan yang bersumber dari Pendapatan Asli Desa secara di-selenggarakan dengan prinsip swakelola.

Sumber-sumber keuangan Desa terdiri dari Dana Desa yang bersum-ber dari APBN, Alokasi Dana Desa yang bersumber dari APBD Kabupaten, Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan Kabupaten, Bagi Hasil Pajak dan Retribusi dari Daerah, Pendapatan Asli Desa, dan lain-lain yang sah. Masing-masing sumber keuangan Desa memiliki karakteristik yang ber-beda-beda sehingga memerlukan pengelolaan dan mekanisme pertanggung- jawaban yang berbeda.

Selain itu, beberapa hal prinsip yang diatur dalam adalah terkait ketertiban dan sustainabilitas dokumen-dokumen perencanaan pembangunan Desa yang memiliki kesesuaian dengan dokumen-dokumen perencanaan Pembangunan Daerah. Keselarasan RPJM Desa dengan RPJM Daerah penting agar alur pembangunan Desa memiliki keterkaitan konseptual dan praktis dengan pembangunan Daerah. Untuk mewujudkan kesesuaian tersebut, diatur peran-peran Pemerintah Daerah dalam memastikan dokumen-dokumen perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan Daerah melalui mekanisme pendampingan, asistensi, koreksi, dan evaluasi.

Peraturan Daerah ini menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa serta pihak-pihak terkait dalam konteks penyelenggaraan pembangunan perdesaan. Harapannya, Peraturan Daerah ini dapat mengakselerasi pembangunan Desa menuju kemandirian dan kesejahteraan.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Huruf a

Yang dimaksud berkelanjutan adalah daya dukung lingkungan berjangka panjang dan terus-menerus. Pengelolaan lingkungan memperhatikan keseimbangan ekologi dan ekosistem sehingga tingkat kemanfaatannya berdurasi panjang dan isa dinikmati oleh generasi berikutnya.

85 Pembangunan partisipatif adalah praktik pembangunan dengan melibatkan masyarakat Desa secara proporsional. Keterwakilan masyarakat dari sisi gender, profesi, agama, kelompok-kelompok sosial lainnya.

Pasal 4

Cukup jelas Pasal 5

Ayat (1)

Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal yang dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan masyarakat Desa.

Hasil ini menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya.

Yang dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok masyarakat miskin.

Ayat (2)

Hal yang bersifat strategis adalah menyangkut penataan Desa, perencanaan Desa, kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pelepasan aset Desa, dan kejadian tertentu yang dianggap luar biasa dan berpengaruh terhadap perubahan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan Desa. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5)

Musyawarah Desa dilaksanakan setiap tahun oleh BPD pada Bulan Juni. Musdes yang diselenggarakan pada tahun anggaran berjalan tersebut digunakan untuk menyusun perencanaan pembangunan tahun berikutnya. Pasal 6

86 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Musrenbang Desa didahului oleh Musrenbang tingkat RT dan Dusun. Pemerintah Desa memfasilitasi dan membiayai pelaksanaan Musrenbang RT dan Dusun. Hasil Musrenbang RT dan Dusun menjadi materi bagi Musrenbang Desa. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4)

Musrenbang dalam rangka menyusun RKP yang diselenggarakan pada tahun anggaran berjalan diperuntukkan untuk tahun anggaran selanjutnya. Sebagai contoh penyusunan RKP tahun anggaran 2016 diperuntukkan untuk tahun 2017. Begitu serterusnya mengikuti siklus yang tetap kecuali terdapat kejadian- kejadian yang dianggap luar biasa.

Ayat (5)

Cukup jelas Pasal 8

Cukup jelas Pasal 9

87 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

(RKP Desa yang ditetapkan pada tahun anggaran berjalan diperuntukkan untuk tahun anggaran berikutnya. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “kondisi objektif Desa” adalah kondisi yang menggambarkan situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya, serta dengan mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender, pelindungan terhadap anak, pemberdayaan keluarga, keadilan bagi masyarakat miskin, warga disabilitas dan marginal, pelestarian lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat guna dan sumber daya lokal, pengarusutamaan perdamaian, serta kearifan lokal.

Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4)

Pagu indikatif Desa adalah perkiraan jumlah maksimum anggaran yang diberikan kepada Desa untuk

88 setiap program sesuai dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten. Pagu Indikatif Desa bukanlah alokasi dana yang diberikan kepada Desa sehingga menjadi pegangan bagi setiap Desa dalam menyusun dan merencanakan kegiatan pembangunan masing-masing.

Ayat (5)

Cukup jelas Pasal 12

Huruf a

Yang dimaksud pendampingan adalah memberikan asistensi, konsultansi, dan bimbingan terhadap Desa dalam menyusun RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa.

Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Ayat (1)

Yang dimaksud kebutuhan pembangunan adalah pembangunan-pembanguan yang berskala lokal desa yang tidak bisa dibiayai oleh APB Desa.

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

89 Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Kriteria kewenangan lokal berskala Desa meliputi: a. kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan

dan pemberdayaan masyarakat;

b. kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya di dalam wilayah dan masyarakat Desa yang mempunyai dampak internal Desa;

c. kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari masyarakat Desa;

d. kegiatan yang telah dijalankan oleh Desa atas dasar prakarsa Desa;

e. program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh Desa; dan

f. kewenangan lokal berskala Desa yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.

Kewenangan lokal berskala Desa meliputi: a. bidang pemerintahan Desa,

b. pembangunan Desa;

c. kemasyarakatan Desa; dan

d. pemberdayaan masyarakat Desa. Ayat (3)

90 Ayat (4)

Cukup jelas Ayat (5)

Keadilan gender adalah pembedaan peran antara laki- laki dan perempuan secara sosial, politik, dan budaya. Pembangunan berkeadilan gender adalah pembangunan yang tidak diskriminatif terutama kepada kelompok perempuan karena perbedaan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama atas pembangunan Desa. Maka pembangunan Desa diarahkan untuk mengkover kebutuhan masyarakat berdasar pembagian peran-peran sosial, politik, dan budaya secara seimbang dan proporsional.

Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Ayat (1)

Program sektoral adalah kegiatan pembangunan pada sektor atau bidang tertentu secara khusus. Misalnya sektor pertanian, kesehatan, atau pendidikan. SKPD sebagai pelaksana pelaksana teknis kegiatan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pembangunan sektoral di Desa.

Ayat (2)

Pengintegrasian program sektoral dan program daerah ke dalam pembangunan Desa dimaksudkan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih program dan anggaran sehingga terwujud program yang saling mendukung.

Pemerintah kabupaten/kota memberitahukan kepada kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan pada tahun anggaran berikutnya segera setelah ditetapkannya PPAS. Ketentuan ini didasarkan pada Pasal 41 PP no. 7 tahun 2008.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “didelegasikan

pelaksanaannya” adalah penyerahan pelaksanaan kegiatan, anggaran pembangunan, dan aset dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten kepada Desa. Ketentuan ini mendasarkan pada Pasal 22 Ayat (1) UU No. 6 tahun 2014.

91 Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 19 Ayat (1)

Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai APBD berpedoman serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden (Perpres Nomor 4 Tahun 2015).

Ayat (2)

Tata cara pengadaan barang dan jasa di Desa yag pembiayaannya bersumber dari Pendapatan Asli Desa diatur melalui Peraturan Bupati dengan tetap berpedoman kepada Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Pengadaan barang dan jasa melalui penyedia barang dilakukan dengan mekanisme penunjukkan langsung atau seleksi sederhana. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Sedang seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia Barang/Jasa dengan cara memilih salah satu dari 3 (tiga) penyedia Barang/Jasa.

Ayat (3)

Yang disebut masa transisi adalah waktu belum ditetapkannya aturan-aturan teknis dalam Peraturan Bupati tentang pengadaan Barang/Jasa di Desa atau terjadi perubahan menyeluruh pada Peraturan Bupati yang membutuhkan waktu untuk sosialisasi.

92 Ayat (4) Cukup jelas Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6)

Nilai swakelola kabupaten adalah jumlah biaya kegiatan pembangunan yang bersumber dari APBD Kabupaten yang ditetapkan sebagai standar minimal kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan secara swakelola. Contoh nilai swakelola Kabupaten adalah Rp. 150.000.000,- – 200.000.000,- Maka nilai swakelola Desa tidak diperbolehkan melebihi Rp. 150.000.000,-.

Ayat (7)

Cukup jelas Pasal 22

Ayat (1)

Pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yaitu pertama menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kedua menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu atau kelompok agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya. Pemberdayaan masyarakat engarahkan agar individu dalam masyarakat memiliki kemandirian dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

93 Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang melibatkan masyarakat secara proporsional. Masyarakat memiliki ruang yang cukup untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi pembangunan di Desa. Mekanisme keterlibatan bisa dilakukan secara langsung atau proporsional yang mewakili unsur-unsur yang ada dalam suatu Desa dari sisi ketrewakilan gender, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pendidikan, dan kelompok sosial lainnya.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28

94 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “Anggaran bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara” adalah anggaran yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

Yang dimaksud dengan “pendapatan asli Desa” adalah pendapatan yang berasal dari kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal Desa.

Yang dimaksud dengan “lain-lain pendapatan Desa

yang sah” adalah antara lain pendapatan sebagai hasil kerja sama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi di Desa. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34

95 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR …...

96

Notulasi

PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH

TENTANG

PEMBANGUNAN PERDESAAN DI KABUPATEN CILACAP

Kerjasama

Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Cilacap

Dengan

Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat

(LPPM) IAIN Purwokerto

97 Notulen 1

Agenda : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pembangunan Perdesaan Di Kabupaten Cilacap

Hari, Tanggal

: Rabu, 17 Februari 2016

Waktu : 13.00 – 15.00 WIB Tempat : IAIN Purwokerto

Harun Al Rosyid (Balegda)

Salam ....

Raperda Pembangunan Perdesaan yang kita bayangkan adalah bahwa saat ini Pemda kesulitan untuk ikut membangun terutama bidang infrastruktur di desa. Hal ini karena saat ini desa telah memiliki dana yang relatif cukup besar. Padahal kalau kita kaji lebih dalam, banyak kebutuhan fisik yang belum tercover oleh APB Desa. Maka kami berharap Raperda ini dapat memberikan payung hukum agar misalnya jalan-jalan yang berstatus desa bisa dibiayai oleh APBD Kabupaten.

Ini akan terlihat kontras misalnya jalan yang menjadi aset Pemda akan dibangun dengan sendirinya. Tentau masyarakat akan membandingkan kenapa satu jalan di bangun sementara jalan lain walaupun sama-sama di desa tidak di bangun. Masyarakat tidak terlalu mempersoalakan terkait status apakah milik Desa atau kabupaten.

Intinya bahwa keuangan desa yang saat ini sudah lebih besar pada praktiknya sesungguhnya masih mengalami banyak keterbatasan. Nah Pemerintah Daerah harus memberikan

98 kontribusi yang lebih nyata kepada desa sehingga mereka bisa berdaya dan sejahtera.

Heri (Balegda)

Di desa ada lembaga bernama LPPMD. LPPMD ini diatur oleh Peratura Desa sebagai lembaga yang melaksanakan pembangunan. Padahal kalau kita lihat dari perspektif regulasi, LPPMD tidak memiliki payung hukum keberadaannya. Ini cukup rawan apabila masyarakat memahami akan menjadi salah satu sumber ketidakstabilan di Desa. Raperda ini juga akan mengatur kewenangan lembaga-lembaga yang ada di Desa.

Rohim (Balegda)

Status aset desa juga menjadi salah satu perhatian kami. Banyak aset Desa saat ini digunakan tidak sebagaimana mestinya. Contoh sederhana banyak kepala Desa baru tidak memiliki bengkok karena telah dijaminkan oleh kepala desa sebelumnya dan belum selesai kontrak saat kepala desa tersebut berakhir atau hilang statusnya. Ini persoalan bagaimana peyelesaiannya. Lalu bagaimana dengan kepala desa yang baru, ia akan membiayai pemerintahannya dari mana ketika aset yang dimiliki desa telah dimanfaatkan oleh kades sebelumnya. Ini banyak kasus di Cilacap.

Ujang (Balegda)

Pemeliharaan aset-aset desa seperti jalan desa atau jaringan irigasi usaha tani yang saat ini kondisinya memprihatinkan. Apabila mengandalakan keuangan desa, maka dapat dipastikan aset tersebut akan terbengkelai. Maka penting untuk segera

99 dibentuk payung hukum agar phak lain terutama pemerintah daerah dapat memberikan sumbangan nyatanya.

Ahmad Muttaqin (Tim Ahli)

Terminologi pembangunan perdesaan mengandung 2 pengertian. Pertama adalah pembangunan desa dan kedua pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan desa menitikberatkan pada forum-forum perencanaan partisipatif di desa beserta output dokumen pada masing-masing forum yang diselenggarakan. Isu utama dalam pembangunan desa adalah partisipasi warga dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa.

Kemudian yang kedua terkait pembangunan kawasan perdesaan. Isu utama di sini adalah kerjasama antardesa untuk mewujudkan sebuah kawasan perdesaan dengan pemetaan kawasan pertanian, permukiman, dan usaha desa lainnya. Artinya kawasan perdesaan saat terkait dengan tata ruang wilayah yang secara otoritatif nanti ditetapkan oleh bupati. Misalnya pembentukan kawasan desa wisata, desa industri, desa agro industri, dll. Status kawasan perdesaan berpengaruh terhadap intervensi pembangunan yang akan dilakukan. Penetapan kawasan industri bisa terjadi di satu atau beberapa desa dalam satu atau lebih wlayah kecamatan. Selain itu isu penting dalam pembangunan perdesaan adalah sumber-sumber keuangan desa. Hal ini terkait dengan mekanisme pengelolaan kegiatan dan mekanisme pertanggungjawabannya. Begitu halnya dalam pelaksanaan kegiatan, bisa dilakukan melalui penyedia barang atau swakelola. Ini semua terkait dengan sumber keuangan desa mana yang digunakan untuk membiayai pembangunan di Desa.

100 Baik terima kasih atas diskusi yang memberikan banyak informasi. Kita akan lanjutkan pembahasan ini pada pertemuan berikutnya. Kita tutup dengan bacaan hamdalah bersama. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

101 Notulen 2

Agenda : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pembangunan Perdesaan Di Kabupaten Cilacap

Hari, Tanggal

: Kamis, 18 Februari 2016

Waktu : 15.00 – 17.00 WIB Tempat : IAIN Purwokerto

Harun Al Rosyid (Balegda)

Kita buka dengan bacaan basmalah. Selanjutnya kami persilahkan kepada Tim Ahli untuk menyampaikan presentasinya.

Ahmad Muttaqin (Tim Ahli)

Cantolan utama Raperda ini adalah UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan PP No. 43 Tahun 2014 dan PP No. 47 Tahun 2015. Kemudian konsep dasar Raperda adalah Pembangunan Desa yang titik fokusnya adalah perencanaan partisipatif dan dokumen pembangunan desa. Isu krusial dalam fokus ini adalah forum- forum perencanaan. Kita akan bahas Musdes dan Musrenbangdes serta dokumen-dokumen outputnya seperti RPJM Desa dan RPK Desa.

Fokus kedua adalah pembangunan kawasan perdesaan. Ini akan mendorong Bupati untuk menentukan fokus pembangunannya mau dijadikan apa desa-desa di kabupaten Cilacap. Ide dasarnya adalah top down. Bagaimana membangun desa. Secara lebih detile kita akan bahas pasal demi pasal. Terima kasih.

102 Perlu ada pemisahan antara keuangan khusus yang masuk dalam perencanaan desa. Perbup kita saat ini membatasi undang- undang desa. Perbup secara kasat mata membatasi upaya inisiatif untuk meningkatkan pembangunan di desa. Maka saya ingin agar Raperda ini mengatur soal bantuan yang harus diberikan kepada Desa.

Romelan (Balegda)

Substansi Permendes penting untuk mewarnai perda ini. 1. Payung hukumnya adalah: PP 43, 47

2. Permendesa No.1, 2, 3, 4, 5 tahun 2015

3. Ia menginginkan follow up dari permendes yang belum ditemukan, terkait hak-hak dan kewenangan lokal desa. Mohon agar bisa selancar lagi untuk mencari Permendes yang eksplisit.

4. Konten-konten dalam perda dapat memasukkan pada surat keputusan Dirjen Permendes.

5. Menambahkan 1 ayat, pada Musrenbangdes seharusnya ada beberapa tahapan sebelumnya seperti Musrenbangdus sebgai bentuk demokratis. Sebagai bentuk usulan ditingkat dusun. 6. Perlunya musdus dilaksanakan supaya kades tahu potensi

desa.

7. Musyawarah dusun dikembangkan dalam rangka partisipasi masyarakat

8. Dalam lampiran ini perlu ada bagan proses pembangunan desa. 9. RKP adalah hasil musrenbangdes.

103 Sudah masuk belum soal pemetaan potensi desa. Kalau belum menurut saya itu penting. Kemudian soal pembentukan BUM Desa dan bagaimana pengeloaannya.

Ahmad Muttaqin (Tim Ahli)

Beberapa ketentuan dalam Permendes terutama terkait ketentuan skala lokal desa sudah kami adaptasi. Ini untuk memilah maa urusan desa dan mana urusan pemerintah daerah. Di pasal penjelas nanti terlihat, redaksinya bisa dilihat.

Kemudian soal BUM Desa, kita tidak mengatur secara detile karena dibatas oleh ruang lingkup pembangunan perdesaan. BUM Desa kami masukkan sedikit sebagai kerangka perjanjian atau kerjasama antardesa.

Bahan yang sudah kami print out nanti bisa dibaca-baca, kami harap pertemuan besok mendapat banyak masukan. Terima kasih.

Harun Al Rosyid (Balegda)

104 Notulen 3

Agenda : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pembangunan Perdesaan Di Kabupaten Cilacap

Hari, Tanggal

: Jum’at, 19 Februari 2016

Waktu : 13.00 – 15.30 WIB Tempat : IAIN Purwokerto

Suheri (Balegda)

Menanyakan dasar hukum dana tidak terduga untuk bencana sosial.

Dani Kusumastuti (Tim Ahli)

Ketentuan mengenai hal tersebut ada dalam permendagri. Nanti saya cek yang terbaru.

Rokhim (Balegda)

Belum ada regulasi tentang aset desa masuk BUMDes, jangan

Dokumen terkait