• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi

2.1.1 Defenisi Strategi

Strategi mempunyai pengertian yang banyak dalam kamus bahasa Indonesia, namun yang paling penting sesuai dengan konteks penelitian, maka strategi sendiri memiliki pengertian yaitu; rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (KBBI 2001 : 1092). Kata strategi berasal dari panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan.

Edi Suharto (2007) mendefenisikan strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang untuk menjamin agar perubahan-perubahan yang diusulkan untuk dapat diterima oleh partisipan atau berbagai kalangan yang akan terlibat dan dilibatkan dalam proses perubahan. Atau dengan kata lain, Strategi adalah proses penentuan rencana par berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Seperti halnya Morrisey (1995) juga mendefenisikan strategi adalah proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh organisasi agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu organisasi dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan. Dalam menjalankan aktifitas operasional setiap hari di organisasi, para pemimpin selalu merasa bingung dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat karena keadaan yang terus menerus berubah.

Dengan kata lain strategi merupakan cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran. Untuk menetukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria yang digunakan. Strategi menyebutkan satu persatu penyebab dari hasil antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya. Strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang diinginkan, karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisis stratejik dan statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tepat atau

pasti. diakses pada tanggal 30 Mei

2013 pukul 00.30 wib)

2.1.2 Dimensi Strategi

Berdasarkan pengertiannya diatas dapat dijelaskan bahwa strategi memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk mengurangi dampak elemen ketidakpastian dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi tersebut antara lain :

a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak

Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena hanya pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk implikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal serta eksternal, pada tingkat manajemen puncaklah terdapat cara pandang yang holistik dan menyeluruh. Selain itu, hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan dana, prasarana dan sumber lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah diputuskan.

b. Dimensi Lingkungan Internal dan Eksternal

Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi yang sedang dihadapi yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang harus diketahui secara tepat untuk

merumuskan rencana strategi yang berjangka panjang. Dalam kondisi tersebut, manajemen puncak perlu melakukan analisi yang objektif agar dapat menetukan kemampuan organisasi berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.

Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu melakukan berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan strategi organisasi yang dipimpinnya.

c. Dimensi Konsekuensi Isu Strategi

Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan pada penempatan organisasi sebagai suatu sistem. Setiap keputusan strategi yang dilakukan harus dapat menjangkau semua komponen atau unsur organisasi, baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan kerja tersebut yang dikenal seperti departemen, divisi, biro, seksi dan sebagainya (Suharto, 2006).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi

Adapun faktor yang menjadi pendukung dalam merumuskan strategi, agar suatu organisasi tetap eksis, tangguh menghadapi perubahan, dan mampu meningkatkan efektivitas serta produktivitas. Faktor-faktor tersebut antara lain, tipe dan struktur organisasi, gaya manajerial, kompleksitas lingkungan eksternal, kompleksitas proses produksi dan hakikat berbagai masalah yang dihadapi.

a. Tipe dan Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai lukisan interkasi, aktivitas-aktivitas peranan, hubungan dan hirarki tujuan suatu organisasi.

Tipe dan struktur organisasi yang dipilih untuk digunakan harus berhubungan dengan kepribadian organisasi tersebut, sebab setiap organisasi pasti memiliki kepribadian yang khas.

Dengan demikian, dalam struktur organisasi harus terdapat beberapa unsur antara lain, spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau disentralisasi dalam pengambilan keputusan kerja dan ukuran kerja.

b. Gaya Manajerial (Kepemimpinan)

Dalam teori kepemimpinan dikenal berbagai teologi kepemimpinan antara lain, tipe otokratik, paternalistik, laisez faire, demokratik, dan kharismatik. Namun demikian, tidak ada satupun tipe yang sesuai dan dapat digunakan secara konsisten pada semua jenis dan kondisi organisasi.

c. Kompleksitas Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal organisasi selalu bergerak dinamis. Gerakan dinamis tersebut berpengaruh pada cara mengelola organisasi dan termasuk dalam merumuskan dan menetapkan strategi. Karena tidak ada organisasi yang dapat membebaskan diri dari dampak lingkungan eksternal, maka dinamika tersebut harus dikenali, dianalisi, diperhitungkan demi mencapai tujuan dan sasasran organisasi.

d. Hakekat masalah yang dihadapi

Strategi merupakan keputusan dasar yang diambil oleh manajemen puncak melalui berbagai analisis dan diperhitungkan terhadap lingkungan internal dan eksternal organisasi. Karena itu keputusan yang diambil oleh manajemen puncak akan menetukan kesinambungan organisasi saat sekarang dan masa depan.

2.1.4 Tahapan Strategi

Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi. Tahapan tersebut secra garis besar adalah sebgai berikut :

a. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan merupakan suatu proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang mempengaryhi kinerja lingkungan dan organisasi.

Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Streight, Weakness, Oppurtinity, Theats).

Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang (oppurtinity) yang harus segera mendapatkan perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menetukan beberapa kendala ancaman (threats) yang perlu diantisipasi. Hasil analisis SWOT akan menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generic serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.

a. Penetapan Misi dan Tujuan

Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menetukan arah mana yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis. Tujuan adalah landasan utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan.

b. Perumusan Strategi

Perumusan strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi

yang ditetapkan tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbagai strategi yang ada.

Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.

Ada beberapa yang penting dalam mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi yakni sebagai berikut :

1. Sajikan citra yang baru.

2. Kurangi konflik dan tangani secara terbuka. 3. Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak. 4. Mulai secara kecil-kecilan (Suharto, 2006). 5.

2.1.5 Jenis-Jenis Strategi

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika divisi-divisi yang berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan.

Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut:

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing.

2. Strategi Intensif

Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.

3. Strategi Diversifikasi

Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.

4. Strategi Defensif

Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan

sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi ata strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.

5. Strategi Umum Michael Porter

Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.

diakses pada tanggal 30 Mei 2013

2.2 Pekerja Sosial

2.2.1 Pengertian Pekerja Sosial

Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi masih dikatakan sebagai profesi yang baru muncul pada awal abad kedua puluh, meskipun demikian pekerja sosial mempunyai akar sejak timbulnya revolusi industri. Menurut Thelma Lee Mendoza, pekerjaan sosial merupakan profesi yang memperhatikan penyesuaian antara individu dengan lingkungannya; dan individu (kelompok) dalam hubungan dengan situasi (kondisi) sosialnya.

Konsep “pekerja sosial” digunakan untuk mengambarkan seseorang yang bergelut dibidang pekerjaan sosial yang berasal (lulusan) dari pendidikan pekerjaan sosial ataupun ilmu kesejahteraan sosial, maka beberapa alumni pendidiakan ilmu kesejahteraan sosial menggunakan istilah pekerjaan sosial professional untuk membedakan dari relawan (Adi, 2005 : 10).

Selain itu, pekerja sosial menurut Charles Zastrow (1982) (dalam Sukoco, 1995 : 7) adalah kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok, maupun masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Dari pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus mampu menciptakan kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga setiap keberfungsian elemennya yang menjadi para pemeran berbagai peran yang ada di dalam masyarakat. Menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif dengan relasi-relasi yang ada didlamnya untuk bisa memberikan keterikatan diantara pemegang peran tersebut.

2.2.2 Fungsi dan Peran Pekerja Sosial

Fungsi dan peran pekerja sosial menurut Heru Sukoco (1995) antara lain:

1. Fungsi-fungsi pekerja sosial

a. Membantu seseorang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami.

b. Meningkatkan orang dengan sistem-sistem sumber. c. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem sumber. d. Mempengaruhi kebijakan sosial.

e. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material. 2. Peranan pekerja sosial

a. Sebagai pemercepat perubahan (enabler), seorang pekerja sosial membantu individu-individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengakses sistem sumber yang ada. Mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah dalam pemenuhan kebutuhannya.

b. Peran sebagai perantara (broker), yaitu menghubungkan individu-individu, kelompok, masyarakat dengan lembaga pemeberi pelayanan. Masyarakat dalam hal ini Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat serta Pemerintah agar dapat memberikan pelayanan kepada individu-individu , kelompok, masyarakay yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.

c. Pendidik (educator), yaitu dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan baik

dan benar serta mudah diterima oleh individu, kelompok, mayarakat yang menjadi sasaran perubahan.

d. Tenaga ahli (expert), dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan, saran dan dukungan informasi dalam berbagai area individu, kelompok, dan masyarakat.

e. Perencana sosial (social planner), seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang dihadapi individu-individu, kelompok dan masyarakat menganalisa dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional dalam mengakses sistem sumber yang ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan.

f. Fasilitator, dimana pekerja sosial berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu, kelompok, masyarakat menjadi katalis untuk bertindak dan menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.

2.2.3 Strategi Pekerja Sosial

Untuk membantu masalah-masalah yang timbul dari perubahan sosial , peran pekerja sosial sangat diharapkan. Dalam proses aktifitasnya, peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya. Kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan keberfungsian sosial dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yaitu :

1. Pemungkinan 2. Penguatan 3. Perlindungan

4. Penyokongan

5. Pemeliharaan (Suharto, 2007).

Panti sosial sebagai lembag a pelayanan kesejahteraan sosial, dalam melaksanakan kegiatannya terikat dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan Panti Sosial dalam praktek pekerjaan sosial (Lampiran I Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 50/HUK/2004), yaitu :

1. Mengacu kepada rambu-rambu yang berlaku.

2. Memberikan kesempatan yang sama kepada mereka yang membutuhkan untuk mendapatkan pelayanan.

3. Menghargai dan memberi perhatian kepada setiap klien dalam kapasitas sebagai individu sekaligus juga sebgai anggota masyarakat.

4. Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat pencegahan, perlindungan, pelayanan dan rehabilitasi serta pengembangan.

5. Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan secara terpadu antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi lainnya yang berkesinambungan.

6. Menyediakan pelayanan kesejahteraan sosial berdasarkan kebutuhan klien guna meningkatkan fungsi sosialnya.

7. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha-usaha pertolongan yang diberikan.

8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial kepada pemerintah atau masyarakat.

2.3 Kesejahteraan Sosial

2.3.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Ada beberapa pengertian kesejahteraan sosial menurut bebarapa ahli antara lain : a. Walter A. Friedlander

“Kesejahteraan Sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi serta sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.”

b. Dwi Heru Sukoco

Dalam buku “Introduction to Social Work Practice” olen Marx Siporin, Kesejahteraan Sosial mencakup semua bentuk intervensi sosial yang secara pokok dan langsung untuk meningkatkan keadaan yang baik antara individu dan masyarakat secara keseluruhan. Kesejahteraan sosial mencakup semua tindakan dan proses secara langsung yang mencakup tindakan dan pencegahan masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas hidup.

c. Zastrow

Kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang meliputi program dan pelayanan yang membantu orang agar memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara masyarakat.

diakses

Sebagaimana batasan PBB, kesejahteraan sosial adalah kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat (Suharto, 2006).

Sehingga, dapat didefenisikan bahwa kesejahteraan sosial merupakan suatu sistim yang terkoordinasi yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok maupun masyarakat untuk memenuhi standar hidupnya agar dapat kembali menjalankan fungsi sosialnya. Hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, kelompok maupun masyarakat agar setiap orang mampuh mengambil peran dan menjalankan fungsinya didalam kehidupan (Undang-undang No. 13 tahun 1998).

2.3.2 Klarifikasi Pelaksana Kesejahteraan Sosial (Pekerja Sosial)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial menjelaskan bahwa ada tiga jenis pelaksana kesejahteraan sosial, diantaranya:

1. Tenaga kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik atau dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan atau seseorang yang bekerja baik dilembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial.

2. Pekerja Sosial Profesional adalah sesorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerja sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan atau

pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah-masalah sosial.

3. Relawan Sosial adalah seseorang dan atau kelompok masyarakat baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang sosial bukan di instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan.

2.4 Pelayanan

2.4.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan berasal dari kata layan yang artinya membantu meyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang. Pelayanan yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak berakibat pemilikan sesuatu. (http://Pengertian Kualitas Pelayanan html diakses pada tanggal 25 mei 2013 pukul 21.25 wib).Pelayanan merupakan istilah yang tidak mudah untuk dijelaskan. Pertama-tama kesulitannya karena service memiliki berbagai arti seperti pekerjaan atau kewajiban yang dilakukan untuk pemerintah, perusahaan, atau militer. Kata ini juga dapat berarti bagian dari suatu organisasi pemerintah seperti Civil Service dan Diplomatic Service. Kata service juga dapat berarti perawatan dan perbaikan kendaraan dan mesin secara reguler, dan juga digunakan sebagai pukulan awal dalam tenis atau badminton. Kata ini juga sering diartikan sebagai jasa seperti dalam good and service, yaitu barang dan jasa, dan sebagainya.

Pelayanan yang dimaksud disini lebih terfokus pada pelayanan yang diberikan kepada klien atau penyandang cacat yang berada di panti sosial atau di lembaga-lembaga sosial yang merehabilitasi gangguan atau penyakit yang terkait dengan permasalahan sosial. Pelayanan yang

diberikan oleh pekerja sosial biasanya berupa konseling, bimbingan mental dan psikologi untuk mengembangkan potensi yang baik terhadap klien.

2.4.2 Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Dimana pelayanan sosial dapat diartikan sebagai seperangkat program yang diajukan dalam membantu individu atau kelompok yang mengalamai hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika keadaan individu atau kelompok tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, anak terlantar, dan bahkan kriminalitas. Kategori pelayanan sosial biasanya dikelompokkan berdasarkan sasaran pelayanannya, misalnya pelayanan atau perawatan anak, remaja, lanjut usia. Sedangkan berdasarkan setting atau tempatnya, misalnya pelayanan sosial di sekolah, tempat kerja, penjara, rumah sakit. Kemudian berdasarkan jenis atau sektor, misalnya pelayanan konseling, kesehatan mental, pendidikan khusus dan vokasional, jaminan sosial, perumahan.

Selain itu pelayanan sosial disebut juga sebagai pelayanan kesejahteraan sosial. Menurut Walter Friendler (1961), kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standard hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. (Muhidin, 1992 : 1).

1. Konsep Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat daru rumusan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1: “kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”

Dalam pelayanan sosial juga ada usaha kesejahteraan sosial dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu didalamnya. Pelayanan sosial dapat diartikan dalam dua macam yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup funsi

Dokumen terkait