• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.2.4 Penyakit yang Berhubungan dengan Air

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agent dan terkadang vektor. Menurut Chandra (2005), penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok- kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:

Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan poliomielitis.

Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma

penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai

intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.

Water-related insect vector mechanism

Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria dan yellow fever.

2.3 Menggunakan Jamban Sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Depkes RI, 2009). Menurut Water and Sanitation Program (2009), jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadah dan lembaga- lembaga lain.

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Menurut Depkes RI (2014), standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

22

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

Bangunan tengah jamban

Terdapat dua bagian bangunan tengah jamban, yaitu :

Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Bangunan bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat dua macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu :

Tangki septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat

dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya.

Menurut Water and Sanitation Program (2009), jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:

Mencegah kontaminasi ke badan air Mencegah kontak antara manusia dari tinja

Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta binatang lainnya Mencegah bau yang tidak sedap

Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan

Menurut Depkes RI (2007), dalam menjaga jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:

Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur Bersihkan jamban secara rutin

Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih

Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu Jangan membuang sampah di lantai

Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat

24

Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban

Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Menurut Chandra (2005), bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan dan perkembangbiakan lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan di atas antara lain: tifoid, paratifoid, disentri, gastrointestinal lain, serta infestasi parasit lain.

Gambar 2.1 Alur Penularan Penyakit (Water & Sanitation Program, 2011)

Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan penyakit dari tinja atau kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari tangan,air,

tanah, atau dapat menempel pada lalat dan serangga lainnya yang menghinggapinya.

Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum oleh manusia. Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan, demikian juga yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan mulut.

Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga kuman penyakit dapat mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh manusia.

Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap di makanan yang kemudian dimakan oleh manusia.

Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya sarana pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat di mana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak langsung dengan mulut manusia.

2.4 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi ulang. Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Tietjen, 2004).

26

Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu mencuci tangan dengan menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun (Depkes RI, 2009).

Menurut Proverawati (2012), waktu yang tepat untuk mencuci tangan sebagai berikut:

Setiap kali tangan kita kotor Setelah buang air besar

Setelah menceboki bayi atau anak Sebelum makan dan menyuapi anak Sebelum memegang makanan Sebelum menyusui bayi Sebelum menyuapi anak

Setelah bersin, batu, membuang ingus, setelah pulang dari berpergian Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.

Dokumen terkait