• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralihan Tom dari Teis Menjadi Ateis

Dalam dokumen Kebermaknaan Hidup yang Dimiliki oleh Ateis (Halaman 125-141)

3.1 Deskripsi Data Partisipan III 1 Identitas Partisipan

3.1.6 Peralihan Tom dari Teis Menjadi Ateis

Atas didikan keluarga pamannya, iman Tom pada Tuhan pun bertumbuh. Tom percaya bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan Ia harus disembah. Tom yakin bahwa ia dapat mengandalkan Tuhan dalam hidupnya terutama bila ia meminta sesuatu pada Tuhan. Salah satu contoh berkat Tuhan yang ia rasakan pada saat itu ialah ketika akan bertanding sepak bola, ia meminta Tuhan agar timnya menang dan ternyata timnya pun menang. Pernah juga ketika ia kehilangan bukunya, ia berdoa pada Tuhan agar bukunya tersebut dapat ditemukan dan pada akhirnya, ia dapat menemukan buku tersebut. Tom bersyukur atas hal tersebut dan ia menganggap itu terjadi karena ia telah berdoa pada Tuhan.

“Merasa kayak gitu pernah. Waktu ujian misalnya, bukuku ilang, berdoa eh jumpa. Waktu SD, buku PR ku hilang ada tugas, ku cek, ohh mana ini bukuna trs berdoa segala macam, rupanya keselip. Trus aku merasa itu efek karna aku berdoa” (W1S3/K.Seb/b.194- 1203).

Tom cukup percaya diri dengan kepercayaan yang ia miliki pada Tuhan dulu. Selain rajin pergi ke Gereja, ia juga sesekali melakukan saat teduh karena melihat neneknya melakukan hal serupa dan ia pun meminta untuk diberikan buku panduannya. Ia mengaku mendapat ketenangan ketika melakukan ibadah. Saking percayanya ia akan ajaran agamanya, Tom tidak takut pada neraka. Ia tidak takut karena ia mempercayai konsep penyelamatan yang diajarkan padanya. Ia yakin bahwa karena ia telah percaya pada Yesus Kristus, maka ia akan diselamatkan. Tom mengaku dulu ia sangat percaya dengan ajaran agamanya sehingga sebisa mungkin ia mengamalkan hal tersebut dalam kesehariannya dengan melaksanakan perintah seperti tidak mencuri, tidak bersumpah demi nama Tuhan dan melaksanakan ibadah setiap hari Minggu.

“Menurutku dulu, kalo kita percaya sama Yesus Kristus, kita udah pasti masuk surga. Istilahnya gini, kalao kita udah percaya sama yYsus Krstus secara betul-betulan, kita pasti melakukan perbuatan yang baik, kayak gitu. Jadi menurutku waktu itu, kalo masih perbuatan jahat segala macam, itu masih setengah setengah Kristennya” (W2S3/K.Seb/b.1058- 1068).

Tom mengaku dulu ia menganggap bahwa ajaran agamanyalah yang paling benar. Ia tidak terlalu suka dengan agama lain akibat doktrin saat masih kecil di sekolah Minggu yang menyatakan bahwa agama-agama lain adalah agama penyembah patung bahkan memiliki nabi yang palsu. Akibat doktrin

tersebut, dulu ia pernah menganggap bahwa musibah tsunami Aceh silam adalah bukti kekuasaan Tuhan yang ingin menghukum orang-orang yang mendiskriminasi agama.

Selama ia tinggal di rumah pamannya, yang paling banyak mengarinya berbagai hal, termasuk agama adalah bibinya. Setelah pamannya meninggal dunia, bibi Tom pergi dari rumah dan enggan kembali. Hal tersebut membuat Tom menangis sejadi-jadinya. Ia kecewa dengan bibinya yang meninggalkan dirinya seolah tidak peduli pada nasib Tom dan abangnya yang sudah seperti anak sendiri. Tom pun kehilangan sosok orangtua dalam hidupnya.

“Ya nangislah pasti, sedih aja si kawan ni kok malah lebih pilih orang lain daripada aku” (W4S3/K.Seb/b.3915-3919).

Tom yang tidak memiliki pengasuh lagi, akhirnya diasuh oleh ibu kandungnya yang datang ke Medan bersama abang-abangnya. Keadaan pun berubah drastis karena ternyata keluarga kandungnya tersebut hampir tidak pernah pergi ke Gereja. Melihat keadaan keluarga yang tidak pernah ke Gereja, Tom pun berdoa pada Tuhan agar Tuhan mengentuk pintu hati keluarganya untuk pergi beribadah. Tom iri melihat keluarga lain yang bisa beribadah bersama, ia ingin juga melakukan hal yang serupa. Ia kerap mengajak keluarganya untuk pergi ke Gereja bersama, namun mereka tetap tidak mau dengan alasan malas. Meski Tom sudah membujuk keluarganya dan berdoa pada Tuhan, namun nyatanya, mereka tetap tidak mau ke Gereja. Hal tersebut membuat Tom sedikit kecewa pada Tuhan, namun karena rasa percayanya, ia langsung menghapus pikiran tersebut

dari benaknya dan menghibur diri dengan menganggap bahwa Tuhan tentu memiliki rencana dibalik ini semua.

“Iya sendiri aja..berdoa minta supaya orang mamaku mau gereja lagi. Kecewa sama Tuhan trus langsung minta maap lagi seketika, suudzonlah, istilahnya suudzon (W2S3/K.Seb/b.1181-1187).

“ada sempat rasa kecewa sama Tuhan dikit. Wajarlah namanya manusia beragama cuma waktu itu langsung minta maap lagi karna udah kecewa” (W2S3/K.Seb/b.1146-1152).

Semakin lama Tom melihat keluarganya tidak beribadah ke Gereja, membuatnya mulai meragukan keharusan pergi ke Gereja. Hal tersebut terjadi ketika ia kelas 3 SMP. Ia mengalami vicarious learning, yaitu mengamati tindakan orang-orang di sekitarnya. Ia mulai menganggap untuk apa ia pergi ke Gereja sendirian, sementara keluarganya saja tidak pergi. Hal ini juga dipengaruhi karena ia tidak lagi memiliki sosok yang bisa dijadikan acuan dalam beribadah karena bibinya sudah pergi entah kemana, sementara neneknya sudah pikun dan sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia. Hal ini menyebabkan Tom sudah tidak serutin dulu pergi ke Gereja.

“…Trus, disitulah mulai malas dan waktu yang bersamaan pula. 2 SMP mulai malas, karna kutengok, kok orangni malas juganya gereja kutengok” (W1S3/K.Seb/b.106-114).

Kebiasaan beribadah Tom yang mulai berubah dialaminya karena menganggap bahwa manusia bukanlah makhluk sempurna yang dapat beribadah dengan sempurna pula, meskipun ia juga takut bahwa hal tersebut adalah dosa. Walaupun Tom mulai tidak rutin ke Gereja, namun ia tetap menjalin hubungan dengan Tuhan melalui doa, misalnya agar diberikan kesehatan serta agar

keluarganya bisa berubah. Bagi Tom, doa adalah penghubung dirinya dengan Tuhan. Walaupun keluarganya tak kunjung berubah, ia masih menganggap bahwa Tuhan memiliki maksud lain mengenai hal tersebut.

“Takut dosa juga sih, tapi disitu aku berpikir juga, ga semua manusia walaupun imannya kuat, melakukan semua dengan sempurna, yang sempurna kan cuma Tuhan. Takut dosa juga makanya kadang mau Gereja juga” (W3S3/K.Seb/b.3586-3593). “Ya secara iman membantu menurutku. Logika doa itu kan misalnya terkabul, terkabul, kalo ga, berarti ada rencana lain. Ya gitu lah. Pasti Tuhan punya rencana lain kalo ga terkabul, kalo terkabul, puji Tuhan” (W3S3/K.Seb/b.3472-3479).

Tom yang sudah jarang beribadah, mempelajari pelajaran Biologi di sekolahnya yang membahas teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang. Hal tersebut membuat Tom berpikir mengenai pernyataan Alkitab bahwa manusia pertama di dunia adalah Adam & Hawa yang diciptakan Tuhan. Hal ini membuat Tom menjadi bingung manakah yang benar. Untuk menjawab kebingungannya, ia pun memperdalam pengetahuan mengenai teori evolusi. Ia membaca buku-buku mengenai teori evolusi milik sepupunya yang kebetulan menyukai sains, seperti evolusi. Tom juga membaca buku mengenai teori evolusi terbaru yang membahas gen dan DNA. Meski sudah memiliki pengetahuan baru mengenai asal usul manusia, Tom tidak percaya begitu saja, ia masih meyakini bahwa nenek moyang manusia adalah Adam dan Hawa karena ia masih lebih percaya apada ajaran agamanya.

Tom memang masih percaya bahwa nenek moyang manusia adalah Adam dan Hawa, namun hal ini tidak berarti ia menghentikan pencariannya. Tom justru semakin ingin mencari lebih banyak lagi. Selain buku, ia juga membaca artikel di

internet melalui Wikipedia, Kaskus dan lainnya yang membahas seputar evolusi. Buku dan artikel yang ia baca semakin memperkuat bahwa teori evolusi memang benar karena memiliki bukti. Selain itu, Tom juga mulai meragukan kisah tentang penciptaan dunia berdasarkan Alkitabnya yang menyatakan bahwa usia Bumi adalah 6000 tahun dan tidak ada membahas Dinosaurus, sementara Tom mendapati bahwa sejarah dan sains menyatakan bahwa Dinosaurus hidup sekitar 2 juta tahun yang lalu dan fosilnya sudah ditemukan, tu berarti, usia Bumi sudah lebih dari 6000 tahun. Perbedaan cerita antara kitab suci dan sains membuat Tom meragukan agama karena tidak memilik bukti yang valid, sementara sains memiliki proses penelitian yang disertai oleh bukti yang konkret.

“Kisah penciptaan salah satunya. Kalo dipikir-pikir, ga masuk akal juga sih. Kalo diapain dari sains, ga masuk akal..karna kan…gimana ya, Adam & Hawa selalu dibilang hidup 6000 tahun yang lalu dari alkitab. Trus kubaca baca, ada dinosaurus 2 juta tahun yang lalu. Trus kurasa, ah ga masuk akal Alkitab ini karna ga ada bukti” (W1S3/K.Seb/b.281-294).

“Banyak.. Adam dan Hawa salah satunya. Pertama karena udah belajar evolusi kan trus setelah itu aku berpikir..anak Adam dan Hawa kan cowo semua..cemana pedang sama pedang apain…bikin anak. Makanya..wuih..kekmana orangni bikin anak dalam hati aku” (W3S3/K.Seb/b.2596-2605).

Tom menjadi ragu atas kebenaran pernyataan agama. Dalam hatinya ia berpikir, mungkin saja ajaran agama itu salah. Tom pun mencari tahu lebih banyak lagi dengan membandingkan lini waktu antara ajaran agama dengan lini waktu sejarah melalui artikel di internet. Kitab suci agamanya menyatakan bahwa Mesirlah yang menjajah bangsa Israel, sementara melalui artikel sejarah yang dibaca Tom, justru sebenarnya Mesirlah yang dijajah. Pernyataan kedua pihak

yang tidak sinkron semakin membuat Tom bingung harus percaya pada yang mana, apakah tetap berpegang pada imannya atau mempercayai sejarah yang sudah memiliki bukti.

“…kisah Musa juga karangan karena berdasarkan fakta sejarah, ga pernah Mesir memperbudak Israel justru faktanya Mesir yang dijajah. Kan ada Mesir lama, Mesir tengah, Mesir baru. Itu kalo dari timelinenya kutengok, Mesir Lama atau Mesir Tengah lah masa Musa hidup dan berdasarkan sejarah justru Mesir yag dijajah, bukan Mesir yang memperbudak. Trus, kisah Nuh nyang menurut aku ikut-ikut mitologi Babel. Trus ada ayat yang buat aku goyah, di kitab 2 raja-raja kalo ga salah, lupa aku ayat berapa. Disitu nabi Elisa mengutuk 42 anak, tiba-tiba keluar beruang, dibunuhnya semua. Beruang itu ngebunuh anak-anaknya, kok bisa dibiarkan Tuhan? Hanya karna diejek-ejekkin ajanya si Elisa, masa’ langsung marah Dia gitu aja? Lucu aja kenapa bisa gitu” (W1S3/K.Seb/b.300-331).

Adanya perbedaan cerita berdasarkan lini waktu antara kitab suci agama dan sejarah dan sains membuat Tom menjadi bingung akan imannya. Ia terombang-ambing dalam kepercayaaannya. Tom pun menggunakan logikanya untuk merasionalisasi hal tersebut. Akhirnya, ia memutuskan untuk lebih mempercayai sains dan sejarah daripada kitab suci agamanya karena menurutnya sejarah dan sains lebih masuk akal dan memiliki proses penelitian maupun pembuktian yang logis.

“Sains bagus karna ada metode pembuktian yang jelas trus ga ngasal. Kemudian, ga mearasa paling benar. Kalo misalnya salah ya gapapa, kalo benar ya bagus. Intinya asains itu ga merasa yang paling benar absolut, ya aku percaya lah sama sains” (W3S3/K.Seb/b.3460-3468).

Sebenarnya, di tengah keraguannya tersebut, Tom sempat bertanya pada beberapa pendeta mengenai kebenaran kisah Adam dan Hawa. Jawaban yang ia

dapat justru membuatnya semakin bingung karena para pendeta tersebut mengatakan bahwa kisah Adam dan Hawa lah yang benar, sebagaimana tertulis dalam Alkitab, sementara tidak ada bukti mengenai teori Darwin. Hal ini tidak masuk akal bagi Tom, karena ia merasa bahwa jelas-jelas ada bukti atas teori Darwin.

“Pernah, cuma jawabannya ga memuaskan, itu-itu aja jawabannya. Jawabannya bilang teori Darwin, ga terbukti sama sekali. Tau dari mana dalam hati aku. Trus, faktanya Adam & Hawa memang yang pertama. Gitu katanya” (W1S3/K.Seb/b.334-343).

Di tengah keraguannya, Tom hampir tidak pernah lagi datang ke Gereja. Ia juga hanya berdoa pada Tuhan ketika ia sedang menginginkan sesuatu, misalnya waktu itu ia ingin masuk ke sebuah SMA swasta namun tidak diizinkan oleh keluarganya. Setelah itu, muncul lagi keraguan dalam dirinya hingga ia pun enggan berdoa pada Tuhan. Memang, pada akhirnya Tom tidak jadi masuk ke sekolah tersebut, namun ia menerima kenyataan tersebut. Tom juga hanya berdoa ketika ia menyadari mungkin ia telah berdosa karena meragukan Tuhan sehingga ia pun berdoa agar Tuhan menunjukkan padanya mana yang benar, namun tidak berapa lama kemudian, keraguan kembali muncul pada dirinya dan ia pun enggan untuk berdoa lagi pada Tuhan. Saat mengahadapi Ujian Nasional SMP, Tom kembali lagi meminta pertolongan Tuhan agar ujiannya berjalan dengan lancar, meskipun sudah muncul keraguan dalam dirinya. Konflik batin yang dialami Tom untuk tetap percaya pada Tuhan atau tidak, disebabkan oleh dirinya masih terikat oleh doktrin bahwa Tuhan memang adalah pencipta alam semesta, sepeti yang sudah diajarkan padanya sedari kecil.

“Ya terotak juga lah.. berpikir di otak.. bener ga ya..bener ga ya ini trus berdoa lagi berikan aku jawaban Tuhan, semoga ini tidak salah. Setelah itu belajar lagi trus doa lagi, bolak balik” (W3S3/1/b.2916- 2922).

“Sempat..di masa ragu itu aku sempat merasa menyangkal iman tapi lama kelamaan kan apa..lepas juga.. makanya kadang juga mau doa lagi” (W3S3/1/b.2652-2656).

“Kadang..tiba-tiba aja. Waktu misalnya ada yang ngomongin tentang Tuhan kan, terpikirlah ke otakku, salah ga aku ini? Takut salah juga” (W1S3/1/b.802-806).

“Apa ya..aku sendiri lupa…paling doa doa kecil, nilai UN bagus, rupanya beneran bagus, kubilanglah terima kasih Tuhan, udah gitu aja tapi disitu udah ragu sama agama, bukan sama agama Tuhan. Pas ragu, pas lagi ada maunya aja sama Tuhan. Itu aja kurasa, udah lupa aku..aku sendiri udah lupa doaku apa-apa aja” (W3S3/1/b.3393-3404).

“Istilahnya masih terpengaruhlah sama doktrin agama kalo yang menciptakan dunia ini adalah Tuhan jadi menurutku dulu logika Ateis ga masuk akal karna orangtu ga percaya sama Tuhan. Kalo dulu misalnya pencipta…misalnya alam semesta ini apa kalo ga ada penciptanya? Dulu mikir kayak gitu (W3S3/1/b.2734-2746).

Untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, Tom banyak menggunakan rasionaliasi akalnya sendiri melalui buku, artikel dan internet serta forum diskusi di komunitas internet. Di kehidupan nyata, ia tidak memiliki teman untuk berdiskusi. Keluarganya saja jarang beribadah, orang yang dulu menjadi acuannya dalam beribadah dan mengajarai hal keagamaa, yaitu bibi dan neneknya juga sudah tidak ada. Ia juga tidak memiliki teman yang tertarik untuk membahas topik mengenai pertanyaan dan keraguan yang dimiliki Tom.

Tom memang masih memiliki iman pada Tuhan, namun ia enggan untuk percaya pada agama karena kisah pada ajaran agamanya tidak memiliki bukti nyata, hal tersebut terjadi saat ia kelas 1 SMA. Baginya, Tuhan merupakan sosok yang mengetahui isi hati manusia secara personal, namun bukan berasal dari

agama karena agama hanyalah ciptaan manusia. Hal ini ia lakukan karena masih takut untuk masuk dalam neraka apabila ia idak percaya pada Tuhan. Ia percaya seseoraag akan masuk ke surga berdasarkan perbuatan baik yang telah dilakukan, bukan karena ia menganut agama tertentu.

“Mirip konsepnya Kristen, Tuhan yang personal cuma Dia ga berasal dari agama. Masih terpengaruh Kristen juga sih pas kelas 1 SMA” (W1S3/1/b.273-277).

“Orang yang menciptakan.. suatu yang menciptakan alam semesta ini dan dia juga yang ngatur dan Tuhan tidak pernah menciptakan agama” (W2S3/1/b.1376-1382).

“Iya personal.. mengetahui isi hati kita” (W2S3/1/b.1385-1386). “Istilahnya masih terpengaruh sama Kristen juga sih..Kristen liberal lah istilahnya, cuma menganggap Kristen itu bukan agama menurut aku. Karna waktu itu nganggapnya agama ciptaan manusia…” (W2S3/1/b.1354-1359).

Sewaktu awal SMA, Tom yang masih percaya pada Tuhan, saat sedang merenungi keraguannya, timbul pertanyaan dalam benaknya mengenai siapakah pencipta Tuhan bila Tuhanlah yang menciptakan alam semesta. Tom tidak mengabaikan pertanyaannya itu. Ia berusaha mencari jawaban melalui artikel di internet serta membaca buku-buku, seperti God is not Great dari Christopher Hitchens yang membahas bahwa agama & Tuhan itu sebenarnya tidak ada karena hanya konsep buatan manusia saja serta History of God karangan Karen Armstrong yang membahas mengenai asal usul agama Islam, Yahudi dan Kristen. Dari hasil pencariannya tersebut, Tom mulai berpikir bahwa sebenarnya Tuhan itu tidak ada. Tom tidak lagi ingin bertanya pada pendeta karena ia menganggap bahwa jawaban yang diberikan akan sama saja seperti sebelumnya yang baginya hal tersebut tidaklah masuk akal.

“Karna aku mulai berpikir..kalo Tuhan yang menciptakan alam semesta, siapa yang menciptaan Tuhan?mulai dari situ aku mulai ga percaya sama Tuhan. Aku mencari jawaban sendiri, baca baca buku, internet” (W2S3/1/b.1397-1405.

“Enggak..jawabannya ngambang. Orangtu bilang, Tuhan itu tak terbatas segala macam, maha kuasa. Dalam hati aku, kalo ga terbatas, kok bisa kau pikirkan? Makanya itu. Ga masuk akal terakhinya konsep Tuhan itu (W2S3/1/b.1419-1428).

Keraguan Tom atas eksitensi Tuhan pun bertambah ketika ia mulai mempertanyakan konsep Trinitas dalam agamanya yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah satu. Padahal dulu ia mengimani konsep Trinitas tersebut dengan membuat analogi 1x1x1=1, yang berarti Bapa adalah Anak adalah Roh Kudus. Perubahan tersebut terjadi karena Tom mulai merasa tidak nyaman dengan dirinya yang percaya pada Tuhan namun tidak pada agama, sehingga ia mulai mencari jawaban mengenai kebenaran akan eksistensi Tuhan melalui konsep Trinitas dengan membaca dan merenungi Perjanjian Baru dalam Alkitab. Ia menganggap bahwa mujizat yang dilakukan oleh Yesus sangat tidak logis karena tidak mungkin Ia mampu memecah lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang. Tom juga menganggap bahwa Yesus hanyalah seorang filsuf jalanan yang berani untuk mengemukakan pendapat yang sangat tidak mainstream dan terlalu reformatif pada zaman-Nya.

“Kurasa tersadar aku tiba-tiba. Ada satu hal yang menurut aku sendiri ga masuk akal yang macam mukjizat itu trus yang Tuhan bunuh bunuh itu. Ga masuk akal menurut aku (W3S3/1/b.2643- 2649).

“Ajaran Dia..ajaran Musa kan…Cintailah sesamamu bencilah musuhmu. Mata gangti mata, gigi ganti gigi. Yesus..kasihilah sesamamu bahkan musuhmu juga kan. Trus kenapa kubilang dia filsuf jalanan…bayarlah kepada Allah apa yang sesuai pada Allah

dan bayarlah pada kaisar apa yang cocok untu kaisar, itu salah satunya pemikiran yang ekstrim menurutku di zaman itu, terlalu apa….apalagi Yahudi itu kan anti kali bayar pajak sama Romawi..dipaksa paksa dulu baru mau trus yang eksrim ketika Yesus lebih milih seorang pelacur daripada apa..seorang imam trus Yesus menceritakan perumpamaan yang anak mudanya orang Samaria padahal ketika itu kan oraag Yahudi benci kali sama orang Samaria. Makanya kubilang, pemikiran Yesus terlalau reformatiflah, makanya aku bilang lebih cocok filsuf jalanan (W3S3/1/b.2664-2696).

Hal lain yang menjadi persoalan dalam batin Tom adalah ia mempertanyakan mengapa Tuhan yang ada dalam kisah Perjanjian Lama di Alkitab melalui kisah nabi Elisa, sangat kejam karena membiarkan anak-anak meninggal diserang beruang hanya karena mereka mengolok-ngolok nabi Elisa, sementara ia menganggap bahwa Tuhan dalam Perjanjian baru diceritakan sebagai sosok yang bijaksana sehingga ia bingung mengapa sepertinya ada perubahan karakter pada diri Tuhan. Tom yang sempat mempertanyakan, langsung meminta maaf lagi pada Tuhan karena mulai ragu, namun karena rasa penasarannya, ia tetap meneruskan pencariannya.

“Trus genosida. Misalnya waktu Musa sama Yosua masuk ke Kanaan kan dibunuhin semua orang di Kanaan itu trus yang 42 anak itu yang Nabi Elisa kemaren. Mungkin gara gara aku banyak apa ya..banyak baca Perjanjian Lama ya jadi banyak ragu. Aku berpikir, di Perjanjian Lama kok Tuhan ini jahat kali istilahnya, di Perjanjian Baru, bijak kali. Makanya aku berfikir..ah sakit jiwa Tuhan ini pikir aku. Makanya udah mulai ragu lah aku disitu. Trus apa lagi lah..minta maaf lagi lah” (W3S3/K.Seb/b.2605-2623).

Tom yang mencari jawaban atas kebenaran eksistensi Tuhan, melalui perenungan dirinya dengan merasionalisasikan sendiri ajaran agamanya dan sejarah yang ia baca, akhirnya menyimpulkan bahwa Tuhan hanyalah fiksi

sehingga ia memutuskan untuk tidak lagi percaya pada Tuhan. Tom merasa bahwa mujizat yang dilakukan Yesus dilebih-lebihkan karea secara praktikal, hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan. Ia juga tidak lagi mempercayai kosep Trinitas karena menurutnya hal tersebut terlalu dipaksakan. Ia bingung mengapa Yesus berdoa paada Allah jika Allah adalah diriNya sendiri, ia juga mempertanyakan perbedaan pernyataan yang meyatakan bahwa Roh Kudus sudah ada sejak dulu sementara menurut Tom, nyatanya Roh Kusus baru ada setelah Yesus naik ke surga.

“Mujizatnya terlalu dilebih lebihkan. Misalanya lima roti dua ikan trus Yesus berjalan di atas air. Banyaklah..mujizat mujizat Yesus menurut aku…….karna saksinya cuma satu orang. Saksinya

Dalam dokumen Kebermaknaan Hidup yang Dimiliki oleh Ateis (Halaman 125-141)