• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perhitungan Biaya Produksi Biaya Tetap (BT)

DAFTAR PUSTAKA

II. Perhitungan Biaya Produksi Biaya Tetap (BT)

Biaya penyusutan

dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

D = Rp. 128.571,428/ tahun

Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Desember 15%, Asuransi 2% Bunga modal dan asuransi

= Rp. 97.142,857/ tahun Biaya sewa gedung

= 1 % . P = 1% x Rp 1.000.000 = Rp. 10.000/ tahun

( )

n S P D=

( )( )

n n P i I 2 1 + =

Pajak

= 2 % . P

= 2% x Rp 1.000.000 = Rp. 20.000/ tahun Total Biaya Tetap (BT)

= Rp.255.714,285/tahun

Biaya Tidak Tetap (BTT)

Biaya perbaikan alat (reparasi)

= = = Rp. 9,03/jam Biaya operator = Rp. 5.000/Jam

Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp.5.009,03/jam

Biaya minyak nilam Biaya Pokok = = Rp 459,609/ml

Lampiran 4. Break event point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Biaya tetap (F) = Rp 255.714,285/tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5.009,03 / jam (1 jam = 11,25ml) = Rp. 445,247 / ml

Penerimaan dari tiap mL produksi = (15% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)/KA = Rp. 528,896/ml

Alat akan mencapai break event point jika alat telah menghasilkan minyak nilam sebanyak = 3056,99ml/tahun

(

R V

)

F N − =

Lampiran 5. Net present value

NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor (Pudjosumarto, 1998).

Secara singkat rumusnya : CIF – COF ≥ 0

dimana : CIF = cash inflow COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu

− NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; :

− NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;

− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan persamaan nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CIF – COF ≥ 0 Investasi : Rp. 1.000.000 Pendapatan : Rp. 7.116.304,53 Nilai akhir : Rp. 100.000 Pembiayaan : Rp. 5.990.799,88/tahun Suku bunga bank : Rp 15%

Suku bunga coba-coba : Rp 20%

Umur alat : 7 tahun

Cash in Flow 15%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 15%,7) : Rp. 7.116.304,53 x 4,160 : Rp. 29.603.826,85 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 15%,7)

: Rp 100.000 x 0,3759 : Rp. 37.590

Cash out Flow 15%

1. Investasi : Rp. 1.000.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 15%, 7) : Rp. 5.990.799,88 x 4,160 = Rp. 24.921.727,50 Jumlah COF : Rp. 25.921.727,50 NPV 15% = CIF – COF = Rp. 29.641.416,85 – 25.921.727,50 = Rp. 3.719.689,35 Cash in Flow 20%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%,7) : Rp. 7.116.304,53 x 3,605 : Rp. 25.654.277,83 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%,7)

: Rp.100.000 x 0,2791 : Rp. 27.910

Cash out Flow 20%

1. Investasi : Rp. 1.000.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 7) : Rp. 5.990.799,88 x 3,605 = Rp. 21.596.833,57 Jumlah COF : Rp. 22.596.833,57 NPV 20% = CIF – COF = Rp. 25.682.187,83 – 22.596.833,57 = Rp. 3.085.354,26

Jadi besarnya NPV 15% adalah Rp. 3.719.689,35 dan NPV 20% adalah Rp. 3.085.354,26. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk

Lampiran 6. Internal rate of return

Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatau alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

Dan

dimana :

p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q (Purba, 1997).

Suku bunga bank paling atraktif (p) = 15% Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) =20%

Lampiran 7. Spesifikasi alat penyuling minyak atsiri tipe uap 1. Wadah air penghasil uap

Dimensi Diameter : 37 cm Tinggi : 40 cm 2.Wadah bahan Dimensi Diameter : 35 cm Tinggi : 80 cm 3. Wadah pendingin Dimensi Diameter : 45 cm Lebar : 35 cm Diameter pipa : 1 cm Tebal plat : 1 mm Kapasitas efektif : 11,25ml/jam

Rendemen : 1,55 %

Lampiran 8. Prinsip kerja alat

Seperti diketahui sebelumnya, penyulingan minyak atsiri ini diawali dengan menguapkan air yang ada pada wadah bahan, untuk selanjutnya uap ini dialirkan menuju wadah bahan untuk menangkap minyak yang dikandung oleh bahan. Bahan-bahan ini, di dalam wadah bahan di letakkan di atas sebuah piringan yang berlubang-lubang. Melalui lubang inilah uap akan mengalir menuju bahan dan selanjutnya dialirkan menuju wadah pendingin. Wadah ini berisi es batu yang ditaburi garam dan berfungsi mengubah air yang bercampur minyak, yang semula masih dalam fasa gas berubah menjadi cair. Hasil sulingan ini ditampung langsung pada gelas ukur. Jadi, prinsip kerja alat penyuling minyak atsiri tipe uap ini adalah dengan menguapkan air sebagai media pembawa minyak yang dikandung bahan untuk dicairkan kembali oleh kondensor kemudian ditampung dan dipisahkan antara minyak dan air.

Lampiran 9. Gambar daun nilam

Gambar 2. Daun nilam basah

Lampiran 10. Komponen alat penyuling minyak atsiri tipe uap

Gambar 4. Wadah air penghasil uap

Gambar 6. Wadah pendingin

Lampiran 11. Proses penyulingan minyak atsiri

Gambar 8a. Proses penyulingan minyak atsiri

Lampiran 12. Minyak nilam

Gambar 9. Minyak hasil penyulingan I

Gambar 11. Minyak hasil penyulingan III

Lampiran 14. Keselamatan kerja dan perawatan alat

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Pada alat penyulingan minyak atsiri tipe uap ini hendaknya perlu diperhatikan penggunaan kompor sebagai sumber panas. Kompor harus benar-benar dalam keadaan bagus, hindari sumbu yang sudah pendek, hindari pemakaian api yang terlalu besar, dan bahan bakarnya tidak boleh kurang. Pengisian bahan bakar sebaiknya dilakukan pada saat kompor dalam keadaan mati (belum dinyalakan). Bersihkan kembali tumpahan bahan bakar di sekitar kompor agar api tidak merembet ke sekitarnya.

Selain itu, pastikan tersedianya botol penampung hasil cadangan agar dapat menampung semua hasil sulingan. Pastikan pula konstruksi dudukan komponen proses penyulingan tersebut berdiri tegak dan tidak goyah, karena bila goyah akan mudah jatuh dan kecelakaan kerja yang lebih besar bisa saja terjadi.

Keselamatan operator juga tidak boleh luput. Dianjurkan kepada operator untuk menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak fisik langsung antara kulit dengan komponen alat penyulingan.

Perawatan Alat

Setelah digunakan, alat harus dibersihkan kembali. Wadah air yang menghitam sebaiknya dicuci sehingga tampak bersih kembali. Wadah bahan juga begitu, bersihkan dari sisa-sisa daun nilam yang telah disuling. Cek kembali keadaan kompor untuk menghindari api yang masih menyala. Setelah semua

komponen dicuci, sebaiknya keringkan terlebih dahulu atau dilap untuk menghindari munculnya jamur.

Dokumen terkait