• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Perikanan Tuna Terpadu

Perikanan yang didefinisikan oleh FRMA (2009) adalah sebagai satu atau lebih stock atau bagian stock ikan yang dapat diperlakukan sebagai satu unit untuk tujuan konservasi atau pengelolaan, dan juga merupakan satu kelas aktivitas penangkapan dihubungkan dengan stock atau bagian dari stock ikan tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang diadopsi sebagai dasar untuk pengelolaan perikanan terpadu oleh FAO adalah sebagai berikut:

38

(1) Sumberdaya ikan adalah sumberdaya milik bersama yang dikelola pemerintah untuk keuntungan generasi sekarang dan di masa akan datang.

(2) Keberlanjutan adalah hal yang terpenting dan keperluan ekologis harus ditinjau dalam penentuan tingkat pemanfaatan yang sesuai. (3) Keputusan harus dibuat berdasarkan informasi terbaik yang tersedia

dan bilamana informasi yang ada tidak jelas, tidak reliabel, tidak mencukupi atau bahkan tidak ada, maka pendekatan pencegahan (precautionary approach) harus diadopsi untuk mengelola resiko terhadap stok ikan, komunitas kelautan dan lingkungan. Tidak adanya informasi atau informasi yang kurang jelas akan mengakibatkan kegagalan dalam pembuatan keputusan.

(4) Tingkat pemanfaatan yang berbentuk mortalitas total harus ditentukan untuk setiap kegiatan perikanan dan alokasi pemanfaatan oleh tiap kelompok harus dibuat dengan jelas.

(5) Alokasi bagi tiap kelompok pengguna harus melaporkan mortalitas total sumberdaya ikan yang diakibatkan oleh kegiatan tiap kelompok, termasuk bycatch dan mortalitas ikan yang dilepaskan.

(6) Tangkapan total lintas kelompok pengguna harus tidak melampaui tingkat tangkapan yang ditetapkan. Jika ini terjadi, maka langkah yang konsisten dengan dampak tiap pengguna harus diambil untuk mengurangi pengambilan pada tingkat yang tidak berkompromi dengan keberlangsungan di masa depan.

(7) Struktur dan proses pengelolaan yang sesuai harus diperkenalkan ke tiap kelompok pengguna seturut dengan penetapan alokasinya. Ini harus dilakukan terlebih dahulu dengan pihak yang terlibat jika kelompok yang melakukan penangkapan berada di atas alokasi yang ditetapkan.

(8) Keputusan alokasi bertujuan untuk mencapai keuntungan optimal bagi masyarakat yang memanfaatkan stock ikan dengan memperhatikan faktor ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Secara realistik, akan butuh waktu untuk mencapai dan

39

mengimplementasikan tujuan ini seturut dengan bertambahnya waktu.

(9) Alokasi bagi kelompok pengguna umumnya dibuat berdasarkan proporsi yang memperhitungakan variasi alam terhadap populasi ikan. Prinsip umum ini merupakan kelengkapan alternatif dalam perikanan dimana akses prioritas untuk kelompok pengguna tertentu telah ditentukan. Hal ini masih terbuka dalam kebijakan pemerintah untuk menentukan prioritas penggunaan sumberdaya ikan yang

mempunyai kejelasan dalam pelaksanaannya. (10) Kelengkapan pengelolaan harus memberikan kesempatan bagi

pengguna untuk mengakses alokasinya. Harus ada batasan kapasitas dalam memindahkan alokasi yang tak dimanfaatkan melalui satu sektor untik sektor tersebut digunakan di masa akan datang yang hasilnya tidak mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya. Prinsip yang lebih spesifik diberikan untuk bimbingan di masa datang sekitar keputusan alokasi yang dapat ditetapkan bagi individu yang bergerak dalam penangkapan.

Prinsip pengelolaan dalam bidang perikanan terpadu harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Cochrane 2002):

(1) Pertimbangan biologi

Pertimbangan biologi adalah dengan meninjau pertumbuhan, baik ukuran maupun masa individu dan juga populasi atau komunitas melalui reproduksi (dalam perikanan dikenal dengan istilah recruitment). Dalam satu populasi yang seimbang, proses pertumbuhan aditif dan reproduksi, rata-rata sama dngan proses mortalitas total yang hilang. Dalam satu populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas hanya berasal dari mortalitas alami yang prosesnya terdiri dari pemangsaan, penyakit, dan kematian drastis akibat perubahan lingkungan. Pada populasi yang di tangkap, mortalitas total terdiri dari kematian alami ditambah dengan kematian akibat penangkapan, dan tugas utama management perikanan adalah untuk meyakinkan bahwa mortalitas akibat penangkapan tidak melebihi jumlah dimana populasi dapat dipertahankan dan juga dari mortalitas alami, tanpa

40

membahayakan atau merusak keberlanjutan dan produktivitas populasi. Ini tidak hanya diperlukan populasi total yang dipertahankan di atas batas kelimpahan atau biomassa, tetapi juga susunan umur populasi dipertahankan pada keadaan yang mampu untuk bertahan pada tingkat reproduksi (recruitment) cukup dengan menggantikan yang hilang akibat mortalitas. Lebih lanjut, penangkapan dengan periode yang panjang pada stok yang diseleksi, misalnya individu besar atau individu memijah pada waktu atau lokalitas tertentu dengan musim atau kisaran pemijahan lebih luas, dapat mengurangi frekuensi karakteristik genetik yang memberikan peningkatan sifat atau perilaku. Ini mempengaruhi penurunan keragaman genetik stok. Dengan berkurangnya keragaman genetik, potensi produksi populasi dapat terpengaruh dan dapat juga menjadi kurang tahan terhadap keragaman atau perubahan lingkungan. Managemen perikanan perlu mewaspadai bahaya ini dan menghindari tekanan selektif tersebut untuk periode yang panjang.

Manager perikanan harus juga memperhatikan struktur sumberdaya stok. Populasi ikan sering terdiri dari sejumlah stok, yang tiap stok secara genetik sangat terisolir dari yang lain melalui perbedaan perilaku dan distribusi. Perbedaan stok juga menggambarkan keragaman genetik dan bila stok tertentu ditangkap pada tingkat yang luas hingga ke tingkat yang sangat rendah, maka keragaman genetis dapat hilang. Stok tidak akan siap untuk menggantikannya dengan stok yang lain, karena isolasi genetis, dengan demikian produksi yang ada akan juga hilang, sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian permanen atau jangka panjang. Managemen perikanan dengan demikian harus mencoba untuk mencari tiap stok secara terpisah atau untuk pemanfaatan berkelanjutan tiap stok dan bukan hanya populasi secara keseluruhan.

(2) Pertimbangan ekologi dan lingkungan

Kelimpahan dan dinamika populasi menempati satu batasan penting dalam perikanan, tetapi karena populasi air tidak hidup terpiah. Mereka berada dalam komponen dengan ekosistem yang sering kompleks. Terdiri dari komponen biologi yang memakan, dimakan atau bersaing dengan stok

41

atau populasi tertentu. Meskipun populasi tersebut tidak secara langsung masuk dalam jaring makanan tetapi dapat saling berpengaruh satu dengan lainnya secara tidak langsung melalui interaksi langsungnya dengan predator, mangsa atau pesaing lain. Komponen fisik ekosistem, air itu sendiri, substrat, aliran masuk air tawar atau makanan dan proses non biologis lain dapat juga menjadi sangat penting. Perbedaan substrat menjadi esensial untuk produksi organisme makanan, untuk perlindungan, atau sebagai daerah memijah atau pembesaran.

Lingkungan ikan sangat jarang statis (terutama lingkungan akuatik) dan kondisinya dapat berubah-ubah setiap saat, dari perubahan jam (seperti pasang surut) hingga ke perubahan musiman (misalnya suhu air dan arus) bahkan perubahan puluhan tahunan (seperti keberadaan peristiwa El Niňo dan peningkatan rezim). Perubahan ini sering mempengaruhi dinamika populasi ikan, seperti keragaman laju pertumbuhan, recruitment, laju mortalitas alami atau kombinasi dari ini. Keragaman tersebut dapat juga mempengaruhi ketersediaan sumberdaya ikan bagi alat tangkap, tidak hanya mempengaruhi keberhasilan industri penangkapan, tetapi juga cara dimana ahli perikanan harus menginterpretasi informasi tangkapan dan laju tangkap dari perikanan.

Perubahan komponen biologi, kimia dan geologi atau fisika dari ekosistem dapat berdampak pada populasi dan komunitas sumberdaya. Beberapa perubahan ini dapat berada di luar kontrol manusia, seperti proses upwelling yang memperkaya ekosistem pantai atau skala anomali suhu yang besar, tetapi ini perlu dipertimbangkan dalam management sumberdaya. Selain itu perusakan habitat pantai untuk pembangunan, atau dampak langsung penangkapan terhadap substrat atau spesies lain yang mempengaruhi sumberdaya, adalah akibat dari ulah manusia. Dalam hal ini, managemen perikanan harus memperhitungkan dampaknya terhadap sumberdaya dan berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait mengambil langkah untuk meminimumkan dampaknya terhadap ekosistem perikanan.

42

(3) Pertimbangan teknologi

Pengelola perikanan mempunyai kemampuan yang sangat sedikit tentang pengaruh langsung populasi dinamika atau komunitas yang mendukung perikanan. Dalam beberapa hal (terutama di perairan darat) terdapat banyak kesempatan dan keinginan untuk mengambil stok dan penambahan habitat dan dibeberapa perairan panyai, perusakan habitat mempunyai pengaruh pada produksi ikan. Hal ini menjadi isue yang penting bagi pengelola perikanan untuk melakukan restorasi atau stabilisasi. Akan tetapi dalam pelaksanaan, hanyalah ditetakankan pada pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan melalui pengaturan jumlah tangkapan, kapan dan dimana ditangkap serta ukuran yang tertangkap. Ini dapat dilakukan melalui pengaturan langsung tangkapan yang diperoleh, dengan mengatur jumlah effort yang diijinkan dalam penangkapan, melalui penutupan musim dan daerah penangkapan tertentu dan melalui pengaturan bentuk alat tangkap dan metode panangkapan yang digunakan. Akan tetapi terdapat batasan pada bagaimana sebenarnya pengelola dapat menetapkannya dalam aturan. Kontrol terhadap tangkapan sering sulit untuk dimonitor dan juga diimplementasikan. Sulit untuk mengestimasi

effort penangkapan dengan tepat, dan secara normal peningkatan teknologi dan pengembangan ketrampilan menghasilkan meningkatnya efisiensi operasi penangkapan, dan selanjutnya akan meningkatkan efektivitas upaya, meskipun langkah-langkah aktif telah diambil untuk melawan pengembangan dan konsekuensinya. Alat tangkap sangat jarang yang yang selektif dan bycatch ikan non target atau ukuran ikan target yang tidak diinginkan sering menjadi permasalahan. Ketakpastian dalam pengelolaan perikanan tidak hanya pada tingkat pendugaan status dan dinamika sumberdaya, dan ketakpastian dalam konsekuensi nyata pengimplementasian ukuran perikanan juga menjadi masalah yang signifikan bagi pengelola.

Permasalahan mendasar pada kebanyakan perikanan adalah keberadaan effort (upaya) yang terlalu banyak. Adanya effort yang berlebihan sering mengakibatkan meningkatnya tekanan bagi pengelola

43

perikanan untuk melampaui mortalitas penangkapan pada sumberdaya. Tekanan sosial dan politik memberikan pengembangan dan kesempatan untuk menguras sering sulit untuk ditahan dan akibatnya terjadi over- exploitasi.

(4) Pertimbangan sosial dan budaya

Populasi manusia dan masyarakat sama dinamisnya dengan populasi biologi lain, dan perubahan sosial terjadi secara terus-menerus serta terhadap perbedaan skala, dipengaruhi oleh perubahan cuaca, pekerjaan, kepentingan politis, supply dan demand untuk produk perikanan dan faktor-faktor lain. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi keseuaian dan effektifitas strategi pengelolaan, dan dengan demikian perlu untuk dipertimbangkan dan diakomodasi. Akan tetapi, sekali lagi dibandingkan faktor biologi dan teknologi, maka sulit untuk mengidentifikasi dan menghitung faktor sosial dan budaya dalam mempengaruihi pengelolaan perikanan, memunculkan tambahan ketakpastian bagi pengelola.

Hambatan utama faktor sosial dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa manusia dan perilakunya tidak mudah untuk diubah dan keluarga dan masyarakat nelayan tidak ingin untuk mengganti pekerjaan lain, atau meninggalkan tempat tinggalnya ketika terdapat tambahan kapasitas dalam perikanan, meskipun kualitas hidupnya menurun akibat dari berkurangnya sumberdaya ikan. Permasalahan lebih memburuk ketika tidak ada kesempatan di luar bidang perikanan yang dapat memberikan pendapatan sebagai penghidupannya. Keputusan politis untuk mengurangi kemampuan tangkap adalah satu opsi yang tidak menarik, karena biaya jangka pendek yang mengesampingkan ketergantungan masyarakat dari perikanan akan menjadi lebih nampak dan juga tidak populer dari pada

pendekatan yang ―melepaskan tangan‖ yang membiarkan sumberdaya dan

perikanan bergulir sesuai dengan besaran dan kualitas yang melampaui mortalitas penangkapan yang berkelanjutan. Meskipun demikian konsekuensi ekologi, ekonomi dan sosial selanjutnya menjadi pilihan yang jauh lebih serius untuk jangka waktu yang panjang.

44

Keseimbangan relatif pertimbangan sosial dan ekonomi dalam perikanan akan tergantung pada prioritas yang diberikan pemerintah terhadap tujuan sosial dan tujuan ekonomi. Tujuan sosial dan ekonomi dapat menjadi konflik, misalnya dengan memaksimumkan efisiensi ekonomi dan memaksimumkan tenaga kerja dapat secara simultan dilakukan pada perikanan tertentu, dan dengan melakukan ini akan menghasilkan konflik. Contoh umum konflik tersebut adalah antara armada komersial yang bertujuan utama ekonomis dan armada tradisional yang tujuan utama adalah sosial, keduanya mempunyai satu dampak pada stok yang sama dan mungkin juga saling mencampuri operasi penangkapan satu dengan yang lainnya. Hal ini penting untuk otoritas managemen untuk mengidentifikasi potensi konflik tersebut dan untuk menyelesaikannya, mengidentifikasi dan membuat spesifikasi tujuan yang mempunyai kompromi untuk mendapat dukungan yang akan dicapai.

(5) Pertimbangan ekonomi

Dalam satu perikanan yang efisiensi ekonomi berkelanjutan telah dispesifikasikan sebagai keuntungan tunggal untuk diekstraksi secara secara optimal, sehingga kekuatan pasar dapat diantisipasi untuk mendapatkan tujuan efisiensi ekonomi yang diinginkan. Akan tetapi dalam kenyataannya, kondisi optimum tersebut jarang terjadi, jika ada, ketakpastian dan eksternalitas menjadi seleksi alam kekuatan pasar. Ketakpastian termasuk keragaman sumberdaya yang tak dapat diprediksi dan sumber lain yang kurang informasi, sedangkan eksternalitas terdiri dari dampak perikanan lain pada sumberdaya target (yaitu diambil sebagai

bycatch), subsidi, aturan tataniaga, regulasi fiskal dan keragaman pasar dan permintaan. Semua ini mengungkap kerumitan dan menambah ketakpastian dalam perikanan (bila tanpa managemen sempurna) dan akan terbentuk ekonomi sub-optimal. Penting bagi otoritas management untuk mempertimbangkan konteks ekonomi perikanan secara luas termasuk relevansinya dengan faktor makroekonomi. Bersama dengan kajian sosial,

45

ini memerlukan konsultasi dengan legitimasi pengguna yang akan sangat dipengaruhi oleh isu dan sensitif.

Satu hal yang ekstrim, meskipun masih umum di dunia perikanan khususnya di negara-negara berkembang adalah permasalahan perikanan

open acces, yang mana setiap orang diijinkan untuk masuk dalam perikanan. Pada keadaan ini, orang akan terus-menerus masuk perikanan hungga keuntungan dari penangkapan menjadi rendah dan tidak menarik lagi untuk prospek di masa datang. Seberapa rendahnya, tergantung dari besarnya ketersediaan opsi lain dan di kebanyakan negara khususnya negara berkembang alternatif tersebut sangat jarang.

Dokumen terkait