• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

B. Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan Program/Kegiatan yang disertai dengan Indikator Kinerja.

Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya.Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2021 adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini :

Tabel b.1

Perjanjian Kinerja Tahun 2021 Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Keterangan / Rumus Penghitungan 100.000 ( konstanta kelahiran hidup pada kematian ibu ) dibagi jumlah kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun Ratio Kematian kelahiran hidup pada kematian bayi ) dibagi jumlah kelahiran dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut umur (PB/U) tertentu x 100%

Indek Kepuasan Masyarakat (IKM ) Bidang

Kesehatan

Poin 90% Data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan di UPTD

Puskesmas dengan

membandingkan antara harapan dan kebutuhannya dengan kenyataan yang didapatkan.

Tabel b.2

Perbandingan Perjanjian Kinerja Tahun 2021

Dengan Data Awal Tahun 2018 dan Target Tahun 2023

No. Indikator Sasaran Satuan Data Awal

(2018) Target 2021

Target Akhir Renstra

2023

1 Ratio Kematian Ibu Jiwa 16 105/100.000

KH

95/100.000 KH

2 Ratio Kematian Bayi Jiwa 155 20/1.000 50

3 Persentase Balita Stunting Persen 32,2 23% 17%

4 Angka Kematian Karena

Penyakit DBD (CFR DBD) Persen <1% <1% <1%

5 Indek Kepuasan Masyarakat (IKM ) Bidang Kesehatan

Poin 78.73 90% 92%

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target Kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.

Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam rangka reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Penguatan akuntabilitas ini dilaksanakan dengan penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP.

A. Capaian Kinerja Organisasi

Kerangka pengukuran capaian kinerja Dinas Kesehatan dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja, yang mengacu kepada Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/B/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Adapun pengukuran kinerja tersebut menggunakan dua rumus sebagai berikut : 1. Tingkat Realisasi Positif

Semakin tinggi realisasi menunjukan pencapaian kinerja semakin baik, maka digunakan rumus :

2. Tingkat Realisasi Negatif

Semakin tinggi realisasi menunjukan semakin rendah pencapaian kinerja, maka digunakan rumus :

Untuk mempermudah interprestasi atas pencapaian sasaran dan indikator kinerja sasaran digunakan skala pengukuran ordinal. Skala nilai peringkat kinerja berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, adalah sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.a

Skala Nilai Peringkat Kinerja

Interval Nilai Kriteria Penilaian

91% ≤ 100% Sangat Tinggi

76% ≤ 90% Tinggi

66% ≤ 75% Sedang

51% ≤ 65% Rendah

≤ 50% Sangat Rendah

1. Ratio Kematian Ibu Definisi Opersional

Ratio Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh.

Rumus Perhitungan

Sumber Rumus Pusdatin Kemenkes Sumber Data Laporan KIA

Cara Memperoleh Data

Laporan bulanan dari Puskesmas dan AMP Periode Pengumpulan Data

Januari – Desember 2021

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2021

Ratio Kematian Ibu (Januari-Desember 2021) di Kabupaten Sumedang data terlampir di Lampiran Tabel a.1 , target yaitu 10 orang. Kematian ibu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dikarenakan adanya pandemi covid-19 sehingga akses pelayanan ibu hamil dan bersalin yang mengalami komplikasi terhambat karena adanya pembatasan pelayanan di faskes rujukan, akses ke fasilitas rujukan menjadi lebih jauh sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama.

Target kinerja “Ratio Kematian Ibu” tahun 2021 sebesar 105/100.000 KH dan realisasinya berdasarkan data hasil laporan bulanan Ratio Kematian Ibu 201/100.000 atau caipan kinerja sebesar 9% (Kinerja Sangat Rendah). Target kinerja mencapai melebihi target.

Tabel a.2

Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2021

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian Kinerja

Kriteria Penilaian Meningkatkan

Akses, Cakupan dan Mutu Layanan Kesehatan

Ratio Kematian Ibu Jiwa 105/100.

000 KH

201/100.00 0 KH

9% Sangat Rendah

b. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun 2021 dengan Tahun 2020.

Bila dibandingkan dengan tahun 2020 Ratio Kematian Ibu 110/100.000 KH dari 110/100.000 KH capaian kinerja 100% (Sangat Tinggi). Pada tahun 2021 realisasi kinerja Meningkat namun capaian kinerja Menurun (Kinerja Rendah). Realisasi ratio Kematian Ibu Meningkat sebanyak 36 kasus kematian dari 17.881 kelahiran hidup

dengan ratio kematian ibu sebesar 201/100.000 Kelahiran hidup, sedangkan capaian kinerjanya Menurun 48%.

Tabel b.1

Perbandingan Realisasi Kinerja Ratio Kematian Ibu Tahun 2021 dengan Tahun Sebelumnya

Tahun 2020 Tahun 2021

Sasaran Strategis

Indikator

Kinerja Satuan Taerget Kinerja

Realisasi Kinerja

Capian

Kinerja Target Realisasi Kinerja

c. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra.

Dalam Renstra 2018-2023, target jangka menengah Ratio Kematian Ibu adalah 95/100.000 Kelahiran Hidup dan realisasi pada tahun 2021 adalah 201/100.000 Kelahiran Hidup, sehingga capaian kinerja jangka menengah Ratio Kematian Ibu pada tahun ketiga Renstra sebesar -12%.

Tabel c.1

Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra

Indikator Kinerja

Target Sasaran Akhir RENSTRA (Tahun 2023)

Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021

Persentase Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021 Ratio Kematian Ibu 95/100.000 KH 201/100.000 KH -12%

d. Perbandingan antara Realisasi Kinerja dengan Standar Nasional (Jika ada/opsional).

Ratio Kematian Ibu di Kabupaten Sumedang tiga tahun terakhir telah melebihi capaian Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat Tahun 2020, Ratio Kematian Ibu di

Kabupaten Sumedang sebesar 110/100.000 KH sedangkan Provinsi Jawa Barat sebesar 85,77/100.000 KH. Begitupun pada tahun 2021, Ratio Kematian Ibu di Kabupaten Sumedang 201/100.000 KH tidak mengungguli Provinsi Jabar. Kinerja Kab.

Sumedang lebih rendah dibanding kinerja Provinsi Jawa Barat.

e. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan dan Solusi yang dilaksanakan.

Permasalahan/kendala yang dihadapi dalam pencapian target kinerja yaitu :

1. Pandemi covid 19 berdampak pada banyaknya ibu hamil yang terpapar covid 19 2. Terbatasnya ketersediaan bed isolasi pada RS rujukan berdampak pada sulit nya

akses rujukan untuk kasus kasus kegawatdaruratan obstetric terutama pada pasien suspek/probable/confirm covid 19 sehingga pasien tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar

3. Banyak nya tenaga kesehatan yang terpapar covid 19 berdampak pada kurangnya tenaga pelayanan KIA di fasilitas kesehatan

f. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan dan Solusi yang dilaksanakan.

Hal yang mendukung pencapaian target adalah :

1. Komitmen pimpinan dalam upaya penurunan AKI/AKB di Kabupaten Sumedang 2. Ketersediaan anggaran

3. Ketersediaan tenaga pelayanan KIA sampai dengan ke tingkat Desa 4. Sistem rujukan

Solusi dari permasalahan :

1. Skrining covid 19 dengan menggunakan rapid antigen pada setiap ibu hamil risiko tinggi usia kehamilan 37 minggu

2. Tim Promkes melakukan edukasi secara massif dan membuat media promosi untuk edukasi 5M

3. Koordinasi dengan RSUD terkait rujukan, penambahan bed isolasi kebidanan 4. Rekruitmen tenaga relawan bidan untuk membantu puskesmas yang kekurangan

tenaga karena banyak bidan nya yang terpapar covid 19 5. Percepatan vaksinasi bumil

6. Penguatan P4K ditingkat Desa

7. Edukasi tentang pencegahan covid 19 pada kelas ibu hamil

g. Analisis Efisiensi atas Penggunaan Sumber Daya.

Anggaran yang mendukung capaian kinerja Angka Kematian Ibu tahun 2021 adalah Rp. 3.559.986.000 yang terdiri dari Program pemenuhan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat berupa 3 sub kegiatan yaitu sub kegiatan pengelolaan kesehatan ibu hamil, sub kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan ibu bersalin dan jampersal, sub kegiatan pengelolaan pada usia pendidikan dasar, sedangkan realisasinya sebesar Rp. 2.645.965 atau 74,32%.

Tabel g.1

Analisis Efisiensi atas Penggunaan Sumber Daya

Ratio Kematian Ibu Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra

Sasaran

h. Analisis Program/Kegiatan Penunjang

Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian kinerja Kematian Ibu, yaitu:

Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan.

Indikator kinerja Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan tahun 2021 yaitu Persentase ketersediaan farmasi, reagen dan perbekalan kesehatan dll, dengan target sebesar 100% dan realisasinya 100% atau capaian kinerja sebesar 100%. Target kinerja sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja tidak ada.

Kegiatan yang mendukung capaian kinerja Program ;

Sub kegiatan : Pengelolaan pelayanan kesehatan ibu bersalin dan Jampersal.

1. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Output : Persentase K4 Dengan 10T dengan target 100% capaian kinerja 95,9%, target tidak tercapai. Persentase Linakes, dengan target 100% capaian kinerja 99,97%, target tidak tercapai.

Outcome : Meningkatnya Pelayanan Kesehatan

Target kinerja tidak sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yaitu : Banyaknya K1 akses dan abortus, masih ada ibu bersalin di non nakes.Solusi untuk mengatasi permasalahan dengan melakukan Pelayanan ANC berkualitas dan Perencanaan persalinan oleh nakes pada saat ANC.

2. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Output : Persentase ibu bersalin ,BBL miskin dan tidak memiliki jaminan yang terlayani dengan target 100%, capaian kinerja 100%. Target kinerja sesuai target. Persentase K4 Dengan 10T dengan target 100%, capaian target 95,9%.

Target kinerja tidak mencapai target. Persentase Linakes dengan target 100%, capaian kinerja 99,97%. Target kinerja tidak mencapai target.

Target kinerja tidak sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yaitu : Banyaknya K1 akses dan abortus, masih ada ibu bersalin di non nakes. Solusi untuk mengatasi permasalahan dengan melakukan Pelayanan ANC berkualitas dan Perencanaan persalinan oleh nakes pada saat ANC.

2. Ratio Kematian Bayi Definisi Opersional

Ratio Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal)

Rumus Perhitungan

Sumber Rumus Pusdatin Kemenkes Sumber Data Laporan KIA

Cara Memperoleh Data

Laporan bulanan dari Puskesmas dan AMP Periode Pengumpulan Data

Januari – Desember 2021

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2021

Kasus kematian bayi pada tahun 2021 sebanyak 161 kasus dari 17.881 Kelahiran Hidup dengan ratio kematian 9/1000 Kelahiran Hidup. Kematian tertinggi terjadi pada periode neonatal dini yaitu usia 0 – 6 hari sebanyak 92 kasus (57%) (data terlampir dilampiran Tabel a.2). Penyebab kematian tertinggi adalah BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) sebanyak 29 kasus (31,5%).

Tabel a.1

Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2021 Sasaran Strategis Indikator

Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian Kinerja

Kriteria Penilaian Meningkatkan Akses,

Cakupan dan Mutu Layanan Kesehatan

b. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun 2021 dengan Tahun 2020.

Bila dibandingkan dengan tahun 2020 maka pada tahun 2021 realisasi Meningkat. Realisasi Ratio Kematian Bayi Menurun menjadi 161 kasus dari 17.881 Kelahiran Hidup dengan Rasio 9/1000 Kelahiran Hidup, sedangkan capaian kinerjanya Meningkat sebesar 69%.

Tabel b.1

Perbandingan Realisasi Kinerja Ratio Kematian Bayi Tahun 2021 dengan Tahun Sebelumnya

Tahun 2020 Tahun 2021

Sasaran Strategis

Indikator

Kinerja Satuan Taerget Kinerja

Realisasi Kinerja

Capian

Kinerja Target Realisasi Kinerja

155% Realisasi kinerja

c. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra.

Dalam Renstra 2018-2023, target jangka menengah Rasio Kematian Bayi adalah 16/1000 kelahiran hidup dan realisasi pada tahun 2021 adalah 9/1000 Kelahiran

Hidup, sehingga capaian kinerja jangka menengah rasio kematian bayi pada tahun ketiga Renstra sebesar 143,7%.

Tabel c.1

Perbandingan antara Realisasi Kinerja Ratio Kematian Bayi Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra

Indikator Kinerja

Target Sasaran Akhir RENSTRA (Tahun 2023)

Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021

Persentase Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021 Ratio Kematian Bayi 16/1.000 KH 9/1.000 KH 155%

d. Perbandingan antara Realisasi Kinerja dengan Standar Nasional (Jika ada/opsional).

Ratio Kematian Bayi di Kabupaten Sumedang tiga tahun terakhir telah melebihi capaian Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat. Tahun 2020, Ratio Kematian Bayi di Kabupaten Sumedang sebesar 7/1.000 KH sedangkan Provinsi Jawa Barat sebanyak 2.768 kematian dari 1.299.699 Kelahiran hidup dengan rasio kematian sebesar 2,12/1000 Kelahiran hidup. Begitupun pada tahun 2021, Ratio Kematian Bayi di Kabupaten Sumedang 9/1.000 KH. Realisasi kinerja Provinsi Jawa Barat lebih unggul dari realisasi kinerja Kab. Sumedang.

e. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan dan Solusi yang Dilaksanakan.

Hal yang mendukung pencapaian target adalah :

1. Komitmen pimpinan dalam upaya penurunan AKI/AKB di Kabupaten Sumedang 2. Ketersediaan anggaran

3. Ketersediaan tenaga pelayanan KIA sampai dengan ke tingkat Desa 4. Sistem rujukan

Permasalahan/kendala yang dihadapi dalam pencapian target kinerja yaitu : 1. Kualitas Pelayanan ANC masih kurang, terutama pada tatalaksana bumil anemia

dan KEK

2. Sarpras untuk kegawatdaruratan neonatal di RSU dan PONED masih kurang memadai

3. Kemampuan bidan dalam penatalaksanaan keagawatdaruratan neonatal masih kurang

Solusi dari permasalahan :

1. Melakukan bimbingan teknis pada tenaga bidan di puskesmas untuk penguatan kualitas pelayanan ANC

2. Penguatan asuhan pelayanan neonatal essensial 3. Melakukan audit kematian bayi setiap triwulan

4. Membuat usulan pemenuhan sarana prasarana kegawardaruratan di PONED dan PONEK

f. Analisis Efisiensi atas Penggunaan Sumber Daya.

Efisiensi penggunaan sumber daya dihitung dengan cara mengurangkan persentase capaian kinerja dengan persentase penggunaan anggaran. Realisasi anggaran Program Tahun 2021 sebesar 92,93% sedangkan realisasi kinerja (output) program/kegiatan sebesar 100 %. Dengan demikian pada tahun 2021 terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 67,07% atau sebesar Rp. 7.823.138.655,-.

Tabel f.1

Analisis Efisiensi atas Penggunaan Sumber Daya

Ratio Kematian Bayi Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra Sasaran

Program Capaian Realiasai Anggaran Program

Anggaran yang mendukung capaian kinerja Angka Kematian Bayi tahun 2021 adalah Rp. 61.400.000 yang terdiri dari Program pemenuhan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat berupa 1 kegiatan yaitu sub kegiatan pengelolaan kesehatan bayi baru lahir. Sedangkan realisasinya sebesar Rp.

60.500.000,- atau 98,5 %.

g. Analisis Program/Kegiatan Penunjang

Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian kinerja Kematian Bayi, yaitu:

Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan.

Indikator kinerja Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan tahun 2021 yaitu Persentase ketersediaan farmasi, reagen dan perbekalan kesehatan dll, dengan target sebesar 100% dan realisasinya 100% atau capaian kinerja sebesar 100%. Target kinerja sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja tidak ada.

Kegiatan yang mendukung capaian kinerja Program ;

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar Sub kegiatan ; Pengelolaan kesehatan Bayi Baru Lahir

Output : Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan target 100% capaian kinerja 99,6% target tidak tercapai. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir dengan target 100% capaian kinerja 98,18%, target tidak tercapai.

Outcome : Meningkatnya Pelayanan Kesehatan

Target kinerja tidak sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yaitu : Pelayanan belum optimal karena pandemi dan diberlakukannya PPKM.

Solusi untuk mengatasi permasalahan dengan melakukan Pemantauan secara online.

3. Prevalensi Balita Stunting Definisi Opersional

Prevalensi Balita Stunting adalah Jumlah Balita usia 0-59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurutr umur (TB/U) memiliki Z-score kurang dari -2 SD dan kurang dari -3 SD dibagi jumlah anak usia 0-59 bulan yang diukur PB/TB pada periode tertentu x 100

%.

Rumus Perhitungan

(

) (

)

Sumber Data Aplikasi ePPGBM Cara Memperoleh Data

1. Pengukuran panjang/tinggi badan dan pendataan tanggal, bulan, tahun lahir dilakukan dalam kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) Bulan Februari pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas baik di Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini.

2. Hasil pengukuran dicatat/dientri oleh Puskesmas ke dalam aplikasi e-PPGBM untuk mengetahui kategori status gizi menurut indeks PB/U atau TB/U.

Periode Pengumpulan Data Bulan Agustus Tahun 2021

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2021

Prevalensi stunting Kabupaten Sumedang Tahun 2021 berdasarkan hasil BPB Bulan Agustus adalah sebesar 10,99% yaitu sebanyak 8092 balita. Jika dibandingkan dengan target Tahun 2021, maka prevalensi balita stunting berdasarkan hasil BPB telah memenuhi batas penurunan yang ditargetkan sebesar 14%. Tingkat capaian realisasi prevalensi stunting adalah negatif sehingga jika realisasi prevalensi stunting semakin tinggi akan menunjukkan tingkat pencapaian kinerja yang rendah.

Berdasarkan perhitungan tingkat realisasi, maka capaian kinerja penurunan prevalensi stunting tahun 2021 adalah Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel a.1

Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2021 Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian Kinerja

Kriteria Penilaian Meningkatkan

Akses, Cakupan dan Mutu Layanan Kesehatan

Prevalensi balita stunting

Persen 14% 10,99% 121,5% Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita Bulan Agustus Tahun 2021, maka prevalensi balita stunting menurut desa di Kabupaten Sumedang terlampir dilampiran Tabel a.2.

b. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun 2021 dengan Tahun 2020.

Bila dibandingkan dengan tahun 2020 maka pada tahun 2021 realisasi kinerja lebih tinggi namun capaian kinerja meningkat. Realisasi Prevalensi Stunting Menurun dari 12,05% menjadi 10,99%, sehingga capaian kinerjanya 121,5% ( sangat tinggi).

Tabel b.1

Perbandingan Realisasi Kinerja Prevalensi Stunting Tahun 2021 dengan Tahun Sebelumnya

Tahun 2020 Tahun 2021

Sasaran Strategis

Indikator

Kinerja Satuan Taerget Kinerja

c. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra.

Dalam Renstra 2018-2023, target jangka menengah Prevalensi Stunting adalah 9% dan realisasi pada tahun 2021 adalah 10,99 %, sehingga capaian kinerja jangka menengah Prevalensi Stunting pada tahun ketiga Renstra Tahun 2021 sebesar 121,5%.

Tabel c.1

Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra

Indikator Kinerja

Target Sasaran Akhir RENSTRA (Tahun 2023)

Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021

Persentase Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021

Indikator Kinerja

Target Sasaran Akhir RENSTRA (Tahun 2023)

Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021

Persentase Realisasi Target Sasaran RENSTRA

Sampai Tahun 2021

Prevalensi Stunting 17% 10,99% 121,5%

d. Perbandingan antara Realisasi Kinerja dengan Standar Nasional .

Prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang pada semester II Tahun 2021 (tidak melebihi) target prevalensi stunting secara nasional Tahun 2021, Prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang semester II Tahun 2021 sebesar 10,99% sedangkan target nasional prevalensi stunting Tahun 2021 adalah 21,1%.

Grafik d.1

Perbandingan Prevalensi Stunting Semester I Kabupaten Sumedang Dengan Target Prevalensi Stunting Tingkat Nasional Tahun 2021

e. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan dan Solusi yang Dilaksanakan.

10,99%

21,10%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

Prevalensi Stunting Kab. Sumedang Semester I Tahun 2021

Target Prevalensi Stunting Nasional Tahun 2021

Prevalensi Stunting

Hal yang mendukung pencapaian target adalah :

1. Komitmen dan kepemimpinan kepala daerah yang sejalan dengan prioritas pembangunan nasional untuk percepatan penurunan stunting

2. Kinerja konvergensi intervensi stunting yang terus meningkat sehingga mendapat apresiasi berupa penghargaan dari tingkat nasional maupun provinsi Jawa Barat

3. Penguatan kinerja intervensi gizi spesifik stunting di Puskesmas melalui pemenuhan SDM dengan perjanjian kerja untuk pelayanan preventif dan promotif

4. Dukungan DAK non fisik dan fisik untuk percepatan penurunan stunting sebagai lokus prioritas penurunan stunting

Permasalahan/kendala yang dihadapi dalam pencapian target kinerja yaitu : 1. Situasi pandemi covid-19 membatasi upaya integrasi program dan jangkauan

pelayanan kesehatan dan gizi

2. Kapasitas SDM pelayanan intervensi gizi spesifik masih terbatas

Solusi dari permasalahan :

1. Adaptasi kegiatan integrasi program dan pelayanan kesehatan dan gizi sesuai dengan pedoman pelayanan kesehatan dan gizi pada masa pandemi covid19 yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dan Peraturan Bupati tentang PPKM 2. Penguatan kapasitas SDM pelayanan intervensi gizi spesifik melalui metode

daring dan bimbingan teknis.

f. Analisis Efisiensi atas Penggunaan Sumber Daya.

Efisiensi penggunaan sumber daya dihitung dengan cara mengurangkan persentase capaian kinerja dengan persentase penggunaan anggaran. Realisasi anggaran Program Tahun 2021 sebesar 92,93% % sedangkan realisasi kinerja (output) program/kegiatan sebesar 100%. Dengan demikian pada tahun 2021 terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 7,07% atau sebesar Rp. 7.823.138.655,-.

Tabel f.1

Analisis Efisiensi atas Penggunaan Sumber Daya

Prevalensi Stunting Sampai Tahun 2021 dengan Target Akhir Renstra Sasaran

Anggaran yang mendukung capaian kinerja Prevalensi Stunting tahun 2021 adalah total anggaran pada seksi kesga dan gizi untuk kegiatan intervensi spesifik stunting Yang terdiri dari 6 sub kegiatan sebesar Rp. 4.600.074.175,- dengan realisasi sebesar Rp 3.593.457.635,- atau 78.12%.

g. Analisis Program/Kegiatan Penunjang

Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian kinerja Prevalensi Balita Stunting, yaitu:

Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan.

Indikator kinerja Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan tahun 2021 yaitu Persentase ketersediaan farmasi, reagen dan perbekalan kesehatan dll, dengan target sebesar 100% dan realisasinya 100% atau capaian kinerja sebesar 100%. Target kinerja sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja tidak ada.

Kegiatan yang mendukung capaian kinerja Program ;

1. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar

Sub kegiatan : Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat, Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin dan JAMPERSAL, Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir, Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Balita, Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar.

Output : Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan target 100%

capaian kinerja 99,6% target tidak tercapai. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir dengan target 100% capaian kinerja 98,18%, target tidak tercapai.

Outcome : Meningkatnya Pelayanan Kesehatan

Target kinerja tidak sesuai target. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yaitu : Pelayanan belum optimal karena pandemi dan diberlakukannya PPKM. Solusi untuk mengatasi permasalahan dengan melakukan Pemantauan secara online.

2. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat

Output : Jumlah Puskesmas melaksanakan Surveilans Gizi Aktif dengan target 35 Puskesmas, capaian kinerja mencapai 35 Puskesmas. Target kinerja mencapai target. Persentase Keluarga Balita Stunting mendapat pendampingan dengan

Dokumen terkait