• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pemikiran Transportasi dan Ekonomi Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Perkembangan Pemikiran Transportasi dan Ekonomi Wilayah

Pemikiran neoklasik terkait dengan transportasi terus berjalan hingga saat ini. Akan tetapi perdebatan dalam perkembangannya terus terjadi. Robert Fogel, 1964 (dalam Button 1993), melakukan penelitian dengan menggunakan ekonometrik di Amerika bahwa pada abad ke sembilan belas kontribusi transportasi rel (kereta api) ternyata telah dihitung (dinilai) secara berlebihan

(overvalued). Dari penelitian Fogel, didapat bahwa dimulainya jalan kereta api

pada abad ke sembilan belas tersebut tidak memberikan kontribusi yang krusial terhadap pertumbuhan ekonomi. Fogel menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya inovasi (revolusi ilmu pengetahuan). Efektifitas dari inovasi yang terjadi lebih disebabkan atau difasilitasi secara politis, geografi dan sosial. Fogel, kemudian menyimpulkan bahwa, walaupun hubungan antara transportasi dan pertumbuhan ekonomi adalah penting, namun secara luas telah diabaikan oleh para ekonom.

Dari perspektif ekonomi geografi baru (new economic geography), Kilkenny (1995), dalam konteks daerah perdesaan di negara berkembang, mempunyai argumen bahwa, peningkatan jaringan transportasi dapat merugikan kinerja ekonomi di daerah perdesaan. Pengurangan biaya transportasi akan meningkatkan keuntungan dari firma diperkotaan dan mempromosikan adanya konsentrasi diperkotaan, dan dengan demikian akan mengurangi perusahaan dalam berinvestasi di daerah perdesaan. Menurut Kilkenny, pembangunan perdesaan (rural) hanya dapat dipengaruhi oleh peningkatan transportasi jika biaya

yang terkait dengan produksi di daerah perdesaan dan biaya akibat adanya transportasi lebih rendah daripada biaya yang mendukung produksi diperkotaan.

Banister dan Berechman (2000), mengembangkan kerangka konseptual terkait dengan investasi di bidang transportasi dan pembangunan ekonomi. Walaupun menyederhanakan keterkaitan antara transport dan pembangunan ekonomi di wilayah yang sedang berkembang, kedua penulis tersebut menggunakan pendekatan makroekonomi untuk menilai dampak yang terjadi akibat adanya investasi dibidang transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi terutama dinegara maju. Keduanya menyatakan bahwa investasi disektor transportasi akan secara langsung meningkatkan aksesibilitas, namun tidak selalu menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Campisi dan Bella (1987), melakukan evaluasi perencanaan transportasi dalam jangka pendek dengan pendekatan input output model. Pendekatan yang didasarkan interregional input output dengan mempertimbangkan dampak yang dipicu oleh adanya perubahan dalam sistem transportasi. Dari hasil evaluasi disimpulkan bahwa disekonomi sebagai akibat stuktur ruang dari produksi dan konsumsi dapat diuraikan kedalam komponen lokasi dan komponen transportasi untuk menentukan peta inefisiensi dari setiap regional maupun sektoral.

Pada sistem transportasi yang efisien maka wilayah yang dipengaruhi akan menerima manfaat dan kesempatan ekonomi yang baik. Sebaliknya sistem transportasi yang tidak efisien akan meningkatkan biaya ekonomi dan dengan demikian kehilangan kesempatan untuk berkembang. Rodrigue, Comtois dan Slack (2006), menyatakan bahwa dampak ekonomi dari transportasi dapat dibagi menjadi :

1. Dampak langsung yaitu berhubungan dengan perubahan asesibilitas di mana transport memperluas pasar distribusi dan mengurangi biaya dan waktu yang dapat dihemat (time saving).

2. Dampak tidak langsung adalah sebagai akibat dari dampak berganda

(multiplier effect), seperti turun/naiknya harga harga komoditas barang.

Dampak ekonomi dari sektor tansportasi tersebut, dengan demikian dapat mempengaruhi perkembangan suatu regional, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan daerah tersebut. Ahmed dkk (dalam Button, 1993) berpendapat bahwa di negara yang sedang berkembang, salah satu permasalahan yang menyebabkan hambatan terhadap pembanguan sosio-ekonomi dan integrasi nasional adalah akibat dari kurangnya fasilitas transportasi. Hal ini berdampak terhadap pembangunan infrastrutur lainnya seperti pendidikan dan kesehatan. Demikian juga input terhadap produksi pertanian dengan sektor lainya. Pendapat Ahmed tersebut, memberi pengertian bahwa peranan transportasi dalam pembangunan merupakan hal yang sangat penting, baik dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah maupun antar wilayah.

Kajian atau studi mengenai hubungan transportasi dan pembangunan ekonomi di atas, lebih banyak didasarkan kondisi di Eropa Barat maupun Amerika Utara atau sering disebut sebagai negara Barat. Periode kolonialime yang terjadi pada negara dunia ketiga oleh negara Barat, mungkin menyebabkan kurangnya studi mengenai pembangunan di negara sedang berkembang pada periode sebelum tahun enam puluhan (Hoyle, 1973, Mahayni, 1977). Pembangunan sektor transportasi selama periode kolonialisme dilaksanakan dengan mengikuti pola pola pembangunan di negara barat. Lebih spesifik lagi,

pembangunan transportasi pada saat itu lebih untuk melayani keinginan negara Barat untuk memenuhi perekonomian dan politik kolonial rezim dengan tujuan lebih kepada kontrol terhadap teritorialnya. Selain itu, dengan satu tujuan yaitu pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan transportasi lebih di fokuskan kepada pembangunan ekonomi dari pada pengurangan kemiskinan.

Creghtney (1994), berdasarkan pengalaman di Afrika, mengatakan bahwa transportasi dapat membentuk struktur baru perekonomian. Tujuan dari pembentukan stuktur baru (stuctural adjustment) adalah mengurangi defisit neraca pembayaran melalui pengurangan permintaan domestik agar konsumsi dan investasi seimbang dengan produksi dan pendapatan. Disamping itu juga dimaksudkan mengubah tingkat produksi yang memungkinkan keluar batas wilayah dengan meningkatkan alokasi sumber daya dan penggunaan sumber daya yang efisien atau meningkatkan jumlah input. Gregory and Bumb (2006), World Bank (2008), bahkan melaporkan bahwa, dampak transportasi sangat berpengaruh terhadap pertanian di Afrika Tengah, karena biaya transportasi mencapai sepertiga dari harga pupuk.

Beberapa studi terkait dengan transportasi dan pembangunan di Indonesia juga telah banyak dilakukan. Parikesit dan Magribi (2005) melakukan studi mengenai interaksi antara transportasi perdesaan (rural) dan pembangunan wilayah di Sulawesi Tenggara dan menunjukkan bahwa rural transport memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan disekitarnya. Adanya rural transport telah memperkecil disparitas antar daerah.

Deichman dkk (2005), menguji peran dari ekonomi geografi dan faktor faktor yang berhubungan dengan distribusi aktifitas industri di Indonesia. Hasil

studi tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan infrastruktur transportasi hanya memberikan dampak yang terbatas terhadap relokasi industri ke luar pulau Jawa.

Direktorat Transportasi Bappenas (2006), mengkaji investasi di sektor transportasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka nilai ICOR untuk sektor transportasi ternyata kurang dari satu. Artinya untuk menghasilkan satu satuan Nilai Tambah Bruto (NTB) hanya diperlukan nilai investasi kurang dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi pada sektor transportasi tersebut cukup efisien.

Firman (2008), dengan menggunakan metoda input output analisis, melakukan investigasi dampak sektor transportasi terhadap sektor pertanian dan peternakan. Berdasarkan hasil analisis input ouput nasional 2005, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan sektor transportasi sangat menunjang sektor sektor dalam mendistribusikan barang dan jasa. Khususnya sektor pertanian dan peternakan merupakan sektor yang menjadi salah satu sektor yang dapat memanfaatkan output sektor transportasi dalam mendistribusikan barang dan jasa.

Dokumen terkait