• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Sarana mandi cuci kakus (MCK)

4.3.2 Permukiman kumuh Banjar Buana Asri (kasus 2)

Permukiman kumuh yang kedua berlokasi di Jalan Resimuka Barat Gang VII, Banjar Buana Asri, Desa Tegal Kertha. Pada awalnya lahan pada permukiman kumuh ini merupakan lahan sawah dan tegalan milik dari 2 orang bersaudara yang merupakan penduduk asli Desa Tegal Kertha. Lahan ini kemudian disewakan kepada warga pendatang dan mulai berkembang pada tahun 1995. Permukiman kumuh ini terletak berkembang pada satu ruas gang yang dibatasi oleh jalur sirkulasi di tengah-tengah permukiman. Hingga saat ini sudah terdapat ±130 rumah pada permukiman ini yang terdiri dari rumah kontrakan yang digunakan secara pribadi, maupun rumah kontrakan yang kemudian disewakan kembali berupa kamar kost.

Gambar 4.22 Peta lokasi permukiman kumuh Banjar Buana Asri

1. Jaringan jalan

Kondisi jaringan jalan pada permukiman kumuh di Banjar Buana Asri, Desa Tegal Kertha terlihat cukup tertata, dengan material jalan berupa paving.

Pada awalnya hanya terdapat jalan utama permukiman yaitu Jalan Resimuka Barat yang merupakan jalan lingkungan, kemudian seiring berkembangnya permukiman di lingkungan tersebut, maka muncullah jalan-jalan kecil/gang menuju permukiman-permukiman baru tersebut. Jalan lingkungan merupakan jalan umum (Jalan Resimuka Barat) yang dapat diakses oleh seluruh warga permukiman kumuh maupun permukiman disekitarnya. Jalan lingkungan ini adalah akses utama untuk menuju Gang VII yang merupakan jalan utama pada permukiman kumuh. Jalan lingkungan memiliki lebar ±3 meter dengan material aspal.

U

Gambar 4.23 Kondisi jaringan jalan pada permukiman kumuh kasus 2

Jalan permukiman/gang pada permukiman kumuh ini awalnya disediakan oleh pemilik lahan dengan kondisi seadanya yang berupa jalan tanah, kemudian jalan tersebut diperbaiki (dipaving) secara swadaya oleh penyewa lahan pada permukiman tersebut. Jalan permukiman (gang) memiliki lebar 3 meter dari arah

2 m 3 m

Jalan lingkungan selebar 2-3 meter merupakan jalan utama (makro) yang terletak di tengah-tengah permukiman

Jalan-jalan kecil/gang (mikro) yang merupakan akses menuju kamar kost yang disewakan.

U

Jalan khusus untuk penghuni pada kost

Jalan lingkungan (jalan resimuka barat) pada permukiman kumuh

timur dan mengecil ke arah barat dengan lebar 2 meter, hanya cukup untuk kendaraan roda dua. Jalan pada bagian barat permukiman merupakan jalan buntu yang langsung menuju sungai. Secara mikro, terdapat jalan kecil dengan lebar ±1 meter dan menggunakan perkerasan berupa semen yang merupakan akses bagi penghuni kost. Jalan ini dilengkapi dengan saluran drainase dengan lebar 10-15cm dan kedalaman 5-10cm yang ada pada 1 sisi jalan. Saluran ini langsung terhubung dengan saluran drainase yang ada pada jalan utama permukiman ini.

2. Air bersih

Sumber air bersih pada permukiman kumuh di lokasi ini menggunakan sumur bor dan sumur gali. Pada rumah kost sumber air bersih berasal dari sumur bor yang digunakan secara bersama-sama oleh pemilik kontrakan dan penghuni kost. Sumur bor ini dibuat oleh pemilik kontrakan yang dalam hal ini adalah pemilik lahan, untuk kemudian dimanfaatkan oleh penghuni kost. Pada 2 hunian (kost) yang digunakan sebagai sampel, sumur bor terletak di bagian barat hunian dengan tangki air yang berada di atas kamar mandi umum pada kost tersebut.

Gambar 4.24 Kondisi sumber air bersih pada permukiman kumuh kasus 2

Gambar 4.25 Kondisi sumber air bersih pada permukiman kumuh kasus 2

Pada hunian dalam bentuk kontrakan, sumber air bersih yang digunakan adalah sumur gali. Sumur ini dibuat oleh warga yang menyewa lahan bersangkutan. Air bersih diangkut secara manual menuju kamar mandi dan dapur untuk kemudian dimanfaatkan untuk mencuci piring dan pakaian maupun untuk mandi. Air bersih yang berasal dari sumur bor maupun sumur gali tidak dimanfaatkan untuk konsumsi oleh warga permukiman, melainkan hanya untuk aktivitas mencuci dan mandi.

3. Pengelolaan limbah

Seperti pada kasus pertama, limbah yang dimaksud disini adalah drainase, limbah rumah tangga, serta persampahan, yang akan dijabarkan berdasarkan jenis-jenis limbah tersebut.

a. Jaringan drainase

Permukiman kumuh di lingkungan Buana Asri ini merupakan daerah yang rawan banjir. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan yang menurun dari arah timur ke barat. Kondisi jaringan drainase pada permukiman ini juga kurang baik, dengan lebar got hanya 20cm pada kanan dan kiri jalan. Menurut kepala lingkungan di permukiman kumuh ini yaitu Nyoman Diartika, masalah yang paling sering terjadi di permukiman ini adalah masalah saluran drainase. Jika terjadi hujan di daerah ini, air hujan yang berasal dari jalan utama (Jalan Resimuka Barat) akan turun ke saluran drainase di permukiman. Besarnya volume air hujan dibandingkan dengan saluran drainase permukiman yang memiliki lebar hanya 20 cm dan kedalaman ±30 cm mengakibatkan saluran ini tidak dapat

menampung air hujan dan dialirkan dengan baik, sehingga air hujan akan meluap dan pada akhirnya akan terjadi banjir di permukiman ini.

Gambar 4.26 Kondisi saluran drainase pada permukiman kumuh kasus 2

Saluran drainase di lokasi permukiman ini dibuat di bagian kanan dan kiri jalan utama pada permukiman dengan kondisi yang terbuka. Air yang mengalir pada saluran ini berasal dari saluran drainase diluar permukiman dan juga berasal dari saluran drainase di jalan kecil yang ada pada kanan dan kiri jalan utama permukiman. Setelah terkumpul pada saluran drainase utama di permukiman, air hujan kemudian dialirkan langsung menuju sungai yang ada di barat permukiman.

Gambar 4.27 Aliran air pada saluran drainase pada permukiman kumuh kasus 2 U

b. Limbah rumah tangga

Pada permukiman kumuh kasus kedua ini, tidak terdapat saluran pembuangan limbah yang khusus. Secara umum limbah dialirkan pada saluran drainase (got) yang merupakan saluran pembuangan air hujan. Limbah rumah tangga yang berasal dari dapur pada masing-masing hunian terlebih dahulu dialirkan pada saluran drainase (got) kecil di depan hunian, kemudian dari saluran kecil tersebut akan dialirkan menuju saluran drainase (got) utama di pinggir jalan, dan bermuara ke sungai. Setiap kamar mandi memiliki septictank masing-masing yang berfungsi untuk menampung limbah padat yang berasal dari kamar mandi tersebut.

Gambar 4.28 Saluran pembuangan limbah pada permukiman kumuh kasus 2

Bagi hunian yang langsung menghadap ke jalan utama, limbah rumah tangga yang dihasilkan langsung dialirkan menuju saluran drainase (got) utama.

Posisi dapur dan kamar mandi juga berdekatan dengan jalan utama dan saluran pembuangan yang ada di sepanjang jalan tersebut. Hal ini dapat mempermudah warga permukiman membuat saluran dari dapur ataupun kamar mandi yang langsung menuju saluran pembuangan utama. Dari saluran pembuangan utama ini nantinya akan bermuara ke sungai yang ada di ujung barat permukiman. Kondisi ini menyebabkan air sungai menjadi tercemar oleh limbah-limbah tersebut.

Gambar 4.29 Saluran pembuangan limbah pada permukiman kumuh kasus 2

Septictank yang ada dibawah kamar mandi

Limbah dapur dialirkan langsung ke saluran pembuangan utama pada jalan

depan hunian

Saluran pembuangan utama menuju sungai

Jalan utama permukiman

U

SUNGAI

c. Persampahan

Kondisi persampahan di lingkungan permukiman kumuh di Banjar Buana Asri tidak terlalu bermasalah. Pada setiap hunian sudah menyediakan tempat sampahnya sendiri yang diletakkan di depan rumah masing-masing di pinggir jalan lingkungan. Sampah yang sudah terkumpul ini nantinya akan dipungut oleh petugas menuju TPS, warga cukup membayar ke desa setiap bulannya. TPS yang dimanfaatkan oleh permukiman ini adalah Depo Monang Maning yang terletak di Desa Monang Maning, ±2km dari permukiman bersangkutan.

Gambar 4.30 Depo Monang Maning yang dimanfaatkan oleh permukiman kumuh kasus 2

Selain itu terdapat juga warga yang membuang sampahnya di lahan kosong ataupun langsung ke sungai yang ada di dekat permukiman tersebut. Hal ini menyebabkan kondisi lingkungan sekitar permukiman dan sungai menjadi kotor serta polusi udara.

Gambar 4.31 Saluran pembuangan limbah pada permukiman kumuh kasus 2

4. Sarana mandi cuci kakus (MCK)

Terdapat 2 jenis sarana MCK pada permukiman kumuh di Banjar Buana Asri ini. Jenis yang pertama adalah kamar mandi komunal yang ada pada 1 blok hunian berupa kontrakan/kost. Kamar mandi ini disediakan oleh pemilik lahan khusus untuk penghuni kost pada 1 blok hunian tersebut. Kamar mandi ini biasanya memfasilitasi 5 hingga 6 kamar kost (5-6 KK). Berdasarkan observasi di lapangan, dengan bentuk blok hunian yang memanjang ke samping, kamar mandi biasanya diletakkan pada ujung belakang hunian, dalam hal ini pada bagian utara hunian/kost. Sumber air bersih yang digunakan untuk kegiatan MCK berasal dari sumur bor yang letaknya dekat dengan kamar mandi. Tangki air untuk

Sungai dan lahan kosong yang dimanfaatkan sebagai tempat membuang

sampah secara komunal.

Tempat sampah yang ada pada masing-masing hunian.

menampung air sementara diletakkan diatas kamar mandi ataupun diatas bak kontrol pada hunian.

Gambar 4.32 Sarana MCK pada permukiman kumuh kasus 2

Sarana MCK jenis kedua adalah sarana MCK pribadi yaitu, sarana MCK pada 1 blok hunian yang berupa rumah kontrakan yang dihuni oleh 1 keluarga.

Sarana MCK dalam hal ini hanya memfasilitasi 1 hunian. Sumber air bersih yang digunakan untuk kegiatan MCK bersasal dari sumur gali pada hunian tersebut.

Jalan utama permukiman

U

Jalan utama permukiman

U

Sumur gali yang menjadi sumber air bersih untuk kegiatan MCK