• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

3. Persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua

terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai Chi-Kuadrat

sebesar 177,560 dengan df = 19 menunjukkan probabilitas (Asymp. Sig.)

0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf signifikan 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Sekolah terakreditasi A merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang sesuai dengan tujuan dari akreditasi sekolah, serta didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana

dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah yang sangat baik. Sekolah terakreditasi B merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai baik atau lebih baik daripada kelompok sekolah terakreditasi C, akan tetapi berada di bawah kelompok sekolah terakreditasi A. Sekolah terakreditasi C merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai cukup atau kurang baik dibandingkan dengan sekolah terakreditasi A dan sekolah terakreditasi B.

Hasil pengujian deskripsi variabel persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional menunjukkan bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A terdapat sebanyak 2 orang tua (1,85%) memiliki persepsi positif, 15 orang tua (13,89%) memiliki persepsi cukup positif, 45 orang tua (41,67%) memiliki persepsi negatif, dan 46 orang tua (42,59%) memiliki persepsi sangat negatif. Orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B terdapat sebanyak 14 orang tua (25%) memiliki persepsi cukup positif, 24 orang tua (42,86%) memiliki persepsi negatif, dan 18 orang tua (32,14%) memiliki persepsi sangat negatif. Sedangkan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C terdapat sebanyak 2 orang tua (11,11%) memiliki persepsi cukup positif, 3 orang tua (16,67%) memiliki persepsi negatif, dan 13 orang tua (72,22%) memiliki persepsi sangat negatif.

Berdasarkan hasil pengujian deskripsi variabel persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional di atas, terlihat bahwa sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki persepsi negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sedangkan sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A dan terakreditasi C memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional.

Hasil pengujian hipotesis ini mengindikasikan bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, tidak selalu akan memiliki persepsi yang lebih baik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C.

Perbedaan persepsi tersebut diduga salah satunya karena orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A tidak memiliki penerimaan yang baik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Para orang tua tersebut lebih memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai suatu sistem evaluasi yang tidak komprehensif karena hanya menilai hasil belajar pada aspek kognitifnya saja. Di samping itu, para orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A pastilah memiliki anak yang berkualitas paling baik dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C, sehingga para orang tua tersebut lebih berpikir kritis karena tidak mau jika anaknya gagal

dalam studi. Para orang tua ini juga menganggap bahwa pelaksanaan Ujian Nasional telah melanggar UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa penilaian adalah otoritas guru.

Dalam penelitian ini, orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki pandangan yang lebih baik daripada orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A. Ada dugaan bahwa ketimpangan ini disebabkan karena orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B lebih memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai suatu sistem evaluasi yang digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Sedangakan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional karena para orang tua tersebut tidak memiliki pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Hal ini disebabkan karena SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C kurang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang baik.

Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. Adanya perbedaan tersebut terlihat dari hasil pengujian deskripsi variabel persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional yang menunjukkan bahwa sebagian

besar orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki persepsi yang negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sedangkan sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A dan terakreditasi C memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa sesungguhnya semua orang tua memiliki persepsi yang kurang baik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar orang tua tidak memiliki pemahaman dan penerimaan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional.

Oleh sebab itu, agar pelaksanaan Ujian Nasional dapat berjalan dengan lancar, maka perlu adanya sosialisasi yang jelas dan berkelanjutan mengenai pelaksanaan Ujian Nasional dari pemerintah melalui Komite Kepala Sekolah se-Kabupaten/Kota kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional, yakni siswa, guru dan khususnya para orang tua siswa yang sangat kurang memiliki pemahaman tentang pelaksanaan Ujian Nasional. Disamping itu, para kepala sekolah juga diwajibkan untuk mendiskusikan segala sesuatu yang dirasa penting untuk memperlancar pelaksanaan Ujian Nasional dan menampung masukan-masukan yang dirasa dapat mengahambat pelaksanaan Ujian Nasional. Dengan ini, diharapkan pihak sekolah semakin mampu menjalin hubungan komunikasi yang baik khususnya dengan para orang tua siswa.

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Dokumen terkait