• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

D. Pertanyaan Penelitian

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Zais dalam Widyastono (2014:1), kurikulum adalah: “a

racecource of subject matters to be masterred”. Hal tersebut diartikan bahwa kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh

guru dan dipelajari oleh peserta didik. Selaras dengan pengertian tersebut,

Hamalik (2007:3) mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran

yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Sedangkan, Alberty dalam

Widyastono (2014:5) menyatakan bahwa kurikulum: “All of the activities that are

provided for students by the school”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

kurikulum sebagai segala aktivitas guru dan dan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah.

Pengertian Kurikulum 2013 berbasis kompetensi menurut Kusnandar

(2013:26) adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian komtensi yang dirumuskan

dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar

diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen

kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Dari berbagai pengertian kurikulum di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

kurikulum adalah pedoman dasar bagi penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum

menjadi dasar acuan bagi pelaku pendidikan seperti guru, kepala sekolah, dan

peserta didik untuk mencapai tujuan akademik yang telah ditentukan.

b. Karateristik Kurikulum 2013

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi menurut Kusnandar (2013:26)

adalah:

(1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam

bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke

dalam Kompetensi Dasar (KD).

(2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang

sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta

didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

(4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kogniti, keterampilan

psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata

pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD

(5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,

generalisasi, topik, atau sesuatu yang berasal dari pendekatan

disciplinariy-based curriculum” atau “content-based curriculum”.

(6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.

(7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada

tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten

kompetensi di mana pengetahuan adalah konten bersifat tuntas.

Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan

konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan

penguasaan konten yang lebih selit dikembangkan dan memerlukan proses

pendidikan yang tidak langsung.

(8) Penilaian hasi belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat

formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk

memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria

Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

Menurut Widyastono (2014:131), kurikulum 2013 dikembangkan dengan

beberapa karakteristik, yaitu mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin

tahu, kreativitas, dan kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik

secara seimbang, memberikan pengalaman belajar terencana saat peserta didik

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan

Muzamiroh (2013:142-145) mengemukakan bahwa karakteristik kurikulum

ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang di antaranya: proses

pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.

Dari berbagai pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karateristik

kurikulum 2013 adalah adanya penerapan pembelajaran yang inovatif dan

terintegrasi antar pelajaran, yang menjadikan suatu pembelajaran terasa menarik

dan menantang bagi peserta didik. Juga adanya penekanan kompetensi pada ranah

sikap, kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan

pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD.

c. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki tujuan, yaitu untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia

(Widyastono 2014:131). Senada dengan tujuan kurikulum tersebut, Mulyasa

(2013:65) menyatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan

insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Hidayat (2013:113) menyatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah proses

terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),

Menurut Fadlilah (2013:25), kurikulum 2013 memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skill dan soft

skill melalui kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka

menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

2. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif,

dan inovatif.

3. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan

administrasi mengajar.

4. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

masyarakat scara seimbang dalam mengendalikan kualitas pelaksanaan

kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

5. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.

Dari beberapa pendapat tersebut mengenai tujuan kurikulum 2013, peneliti

menyimpulkan bahwa yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 adalah untuk

mengembangkan keseimbangan kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga

negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan mampu berkontribusi dalam

2. Pendekatan Tematik Integratif a. Pengertian Tematik Integratif

Berikut ini pengertian tematik integratif menurut Mulyasa dan Ahmadi &

Sofan Amri. Mulyasa (2013:170) mengatakan bahwa di dalam implementasi

kurikulum 2013 semua murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari masing-

masing mata pelajaran secara terpisah, tetapi berdasarkan tema yang nantinya

akan digabungkan dengan mata pelajaran lainnya. Ahmadi dan Sofan Amri

(2014:90), mendefinisikan pendekatan tematik integratif sebagai pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran,

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Menurut

Ahmadi dan Sofan Amri (2014), pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah

pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu

(intergrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

otentik.

Berdasarkan perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia pada

saat ini, model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model

pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model

pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Konsep

pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengaitkan bebearapa aspek baik dalam intramata pelajaran

maupun antan mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran

jadi bermakna bagi para peserta didik. Bermakna artinya bahwa pada

pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan

antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan

pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada

keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif

terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik

menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu,

pendidik dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar

dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan

agar dapat hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui

pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu, pengalaman belajar di sekolah

sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan

untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya

lebih luas dibandingkan hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang

suatu tema. Kata tema berasal dari kata Yunani rithenaiyang berarti

“menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami

perkembangan, sehingga kata rithenai berubah menjadi tema. Menurut arti

katanya, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys Keni, 2001:107)

Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk

mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam

pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam

satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan

membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak

mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik

merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran

untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan

pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan

aspek belajar mengajar.

Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pealajran

sekaligus dalam satu kali pertemuan.

Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang

digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep konsep baik yang

berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi

(2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi

yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan

dan perkembangan anak.

(3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara

stimulan.

(4) Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda

dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang khusus berdasarkan

tema-tema tertent dengan mengaitkan pokok bahasan pada tiap-tiap mata

pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan kedalaman implementasi

kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk

memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.

b. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut

Ahmadi dan Sofan Amri (2014) adalah sebagai berikut:

(1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan

dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat

(2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran

yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih

dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi

pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam

standar isi.

(3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan

kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif

harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang

termuat dalam kurikulum.

(4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kamampuan,

kebutuhan, dan pengetahuan awal.

(5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi

yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Pendekatan tematik integratif diterapkan dengan memperhatikan beberapa

prinsip. Ahmadi dan Sofan Amri (2014:95) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip

tersebut di antaranya: (1) terintegrasi dari lingkungan, (2) bentuk belajar disusun

agar siswa menemukan tema yang sudah ditentukan, dan (3) adanya efisiensi.

Daryanto dan Herry Sudjendro (2014:84) menjabarkan prinsip pendekatan ini

menjadi dua hal, yaitu pada penggalian tema dan pelaksanaan pembelajaran

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip

utama dari pendekatan tematik integratif adalah adanya integrasi antara pokok-

pokok bahasan pada tiap mata pelajaran, yang kemudian dikembangkan dalam

satu tema yang aktual dan tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum. Pokok

bahasan pada tiap pelajaran yang dikaitkan juga harus mempunyai unsur materi

yang fleksibel, berhubungan jika dikaitkan dengan materi lain. Pendekatan

tematik integratif juga disusun untuk mempermudah siswa dalam memahami

suatu permasalahan tertentu.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik

memliki karakteristik-karateristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai

dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa

sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator

yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa utnuk melakukan

aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan penglaman langsung kepada siswa

(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini siswa dihadapkan pada

sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih

abstrak.

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak

begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema

yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagi mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran

dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami

konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal in diperlukan untuk membantu siswa

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes di mana pun dapat mengaitkan bahan ajar

dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan

mengaitkannya dengan kehiudpan siswa dan keadaan lingkungan di mana

sekolah dan siswa berada.

6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Ahmadi dan Sofan Amri (2014:192) mengungkapkan bahwa pendekatan

tematik integratif memiliki kerakteristik di antaranya: (1) berpusat pada siswa, (2)

memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan antar mata

pelajaran tidak nampak, (4) menyajikan konsep dan berbagai mata pelajaran dala

suatu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes (fleksibel), dan (6) hasil

Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karateristik

dari pendekatan tematik integratif adalah berpusat pada siswa dan melibatkan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengalaman

belajar bagi siswa.

d. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik memliki kelebihan, yaitu:

1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan

tingkat perkembangan dan kubutuhan anak didik.

3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan

yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang

lain.

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang

dihadapi, dalam lingkungan anak didik.

Kekurangan pembelajaran tematik adalah pada perencanaan dan pelaksanaan

evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan

tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.

Menurut Daryanto dan Herry Sudjendro (2014:53), pendekatan tematik

menyesuaikannya dengan kebutuhan peserta didik, (2) menyatukan pembelajaran

peserta didik, pemahaman yang diperoleh peserta didik dapat dilakukan sambil

mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran, (3) merefleksikan

pengalaman yang dialami peserta didik di rumah dan lingkungannya, dan (4)

selaras dengan cara peserta didik dalam berpikir.

Dari beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

kekurangan dari pendekatan tematik integratif adalah menuntut guru untuk terus

berfikir dan berinovasi menggali materi yang akan dikaitkan menjadi satu tema.

Namun dibalik itu, terdapat kelebihan dari pendekatan tematik integratif seperti

menyenangkan bagi siswa dan menimbulkan pengamalaman belajar secara

langsung pada siswa, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan kerja sama antar

peserta didik.

3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Sudarwan dalam Majid (2012:194), pendekatan saintifik

memiliki ciri yang menonjol, yaitu pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dalam pelaksanaan

pendekatan saintifik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan

karakteristik pendekatan saintifik yaitu: (1) berpusat pada peserta didik, (2)

melibatkan keterampilan proses sains, (3) melibatkan proses-proses pengetahuan

keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) dapat mengembangkan karakter

peserta didik.

Kurniasih (2014:29) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses

ilmiah, sehingga kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik atau

ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif membangun konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,

dan mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan. Tujuannya untuk membuat

peserta didik menyadari bahwa pengetahuan dapat berasal dari mana saja dan

kapan saja, tidak bergantung pada guru. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat

menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam

mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan mandiri.

Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian

pendekatan saintifik ialah pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan

kemampuan dasar siswa dari aspek kognitif, sikap, keterampilan, dan pengetahuan

pribadi siswa melalui pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa.

b. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata

meliputi: (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mencoba, (5) membentuk

jaringan (mengolah,menyaji,menciptakan). 5M atau aktivitas belajar tersebut

merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk

mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk

mengamati fenomena yang terdapat di sekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi

fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan

menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu merumuskan masalah atau

merumuskan hal yang ingin diketahuinya.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu usaha sadarguru/pengajar untuk membantu

siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kbutuhan dan

minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana

dalam memanipulasi sumber sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri

siswa (Arief Sadiman, 1984:7 dalam Kustandi Cecep 2011).

Secara harafiah, media berarti perantara atau pengantar. Sadiman (1993:6)

mengemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, dkk., 1993:1) menyatakan bahwa

media adalaah berbagai jenis komponen dan lingkungannya. Media dalam proses

pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk

Djamarah (1995:136) menjelaskan bahwa media adalah alat bantu apa

saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4) media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa

sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pengertian media adalah alat peraga yang dipergunakan guru untuk segala sesuatu

yang dapat menyalurkan maksud/pengetahuan narasumber agar para peserta

didik akan tertarik untuk mengikuti dan memhami materi, dan merangsang

pikiran serta kemauan peserta didik untuk belajar atau memperhatikan demi

tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Landasan Pengguanaan Media Pembelajaran

Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa landasan untuk

menggunakan media pembelajaran, yaitu:

1) Pengalaman langsung (enactive)

2) Pengalaman piktorial/gambar (iconic)

3) Pengalaman abstrak (syimbolic)

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran

1. Ciri fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekan, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau objek. Suatu

peristiwa atau objek dapat diurutkan dan disusun kembali dengan media.

2. Ciri Manipulatif

Transformasi suatu kejadian atau dimungkinkan karena media memilki

ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat

disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik

pengambilan gambar.

3. Ciri Distributif

Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan

melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan keapada

sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejadian itu.

d. Jenis Media Pembelajaran

Menurut Heinich and Molenda (2009), terdapat enam jenis dasar dari media

pembelajaran, yaitu:

1) Teks. Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi

yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya

memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.

2) Media audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih

persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman

suara, dan lainnya.

3) Media visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan

visual seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun,

poster, papan buletin, dan lainnya.

4) Media proyeksi gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang,

program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD).

5) Benda-benda tiruan/miniatur. Termasuk di dalamnya benda-benda

tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini

dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi

sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6) Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di

bidang/materi tertentu.

Rudi Bretz (2003) mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur

pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Dari ketiga unsur tersebut Bretz

mengklasifikasikannya ke dalam tujuh kelompok, yaitu media audio, media cetak,

media visual diam, media visual gerak, media audio semi gerak, media semi

gerak, media audio visual diam, dna media audio visual gerak.

Dokumen terkait