• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Menurut Jeliffe yang dikutip oleh Rukiyah (2010), pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai dengan remaja. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam arti fisik akibat membesarnya sel-sel tubuh manusia. Sedangkan perkembangan berarti pertambahan keterampilan dan fungsi kompleks dari seseorang akibat bertambahnya jumlah sel. Pertumbuhan dan perkembangan pada prakteknya saling berkaitan, sehingga sulit untuk mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi sampai dewasa terjadi pertumbuhan dan perkembangan dari segi jasmaniah, mental dan intelektual.

Perkembangan kecerdasan manusia sejalan dengan pertumbuhan jaringan otaknya, berbeda dengan pertumbuhan bagian otak yang lain. Pertumbuhan otak berlangsung cepat dalam waktu yang relatif singkat. Waktu lahir, otak bayi telah mencapai 25% berat otak orang dewasa dan pada usia 12 bulan mencapai 70%. Sedangkan pertumbuhan bagian tubuh yang lain hanya mencapai 5% pada waktu lahir dan bru 50% pada waktu umur 10 tahun. Jadi masa kritis tersebut anak menderita kuarang gizi, maka pertumbuhan otak menjadi terhambat dan tidak dikejar untuk memperbaikinya di kemudian hari (Alimul Hidayat, 2010).

1. Pola Asuh Terhadap Anak

Pengasuhan brasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil serta membimbing menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan,dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh Sunarti (1989), yang kutip oleh Nurasiyah (2007). Sedangkan menurut Engle (1997) pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dari seorang anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya (Alimul Hidayat, 2011).

Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan, serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan orang tua dalam mengevaluasi bisa ditunjukkan dari kemampuan mengantisipasi hal-hal atau kondisi yang dapat mengganggu optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Sunarti, 2004) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007).

2. Peranan Orangtua Terhadap Anak

Orangtua adalah ibu dan ayah dari penderita anak gizi buruk. Peranan orangtua baik ibu maupun ayah merupakan kunci di dalam menjaga, merawat dan mendidik anak yang berkualiatas sehingga mencapai sukses. Oleh sebab itu di dalam pertumbuhan anak, perhatian orangtua adalah hal yang tidak bias dipungkiri. Orangtua berkewajiban menjaga anaknya dari barbagai serangan penyakit, member makanan yang cukup dan memenuhi

gizi sesuai dengan pertumbuhannya. Seorang ayah berperan sebagai pengayom dalam rumah tangga dimana anak akan merasa terlindungi di dalam proses hidup kesehariannya. Sedangkan seorang ibu, berperan untuk merawat anak-anak dirumah dari dalam kandungan hingga mencapai usia dewasa, kemudian memperhatikan pola makan anak, gizi anak, pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Selain itu peranan nenek, bibi dan pembantu rumah tangga dalam mengasuh anak-anak juga sangat diperhitungkan di saat orangtua tidak bersama anak. Namun peranan mereka tidak sebanding dengan peranan orangtua dalam mengasuh anak (www.polaasuh.com)

3. Praktek Pemberian Makanan Anak

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi (perlambatan pembaharuan) pertumbuhan anak (Marimbi, 2010). Upaya untuk memberikan makanan pada anak dengan cara yang baik, tidak memaksa, walaupun anak dalam keadaan keadaan menangis, menolak atau sulit makan akan memberikan dampak positif terhadap keadaan gizi. Anak-anak yang selalu diupayakan untuk mendapatkan makanan walaupun menangis, dan menolak makanan, keadaan gizinyalebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak diperhatikan atau didiamkan saja (Atikah, 2009). 4. Food Habit (Kebiasaan Makan)

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologiis, psiikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 1989). Sikap orang terhadap

makanan dapat bersifat positif, negatif bersumber pada nilai-nilai efektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh (Rukiyah, 2010). Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak.

a. Tinjauan Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehinggga tidak memenuhi angka kecukupan gizi/AKG (Depkes, 2000) dan Marimbi (2009).

b. Klasifikasi KEP

Untuk tingkat Puskesmas, penentuan kurang energi pprotein (KEP) yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dengan menggunakan KMS dan tabel berat badan menurut umur (BB/U) baku median WHO. Klasifikasi kurang energi protein (KEP) (Depkes, 2000) dan Atikah (2011) :

a. Kurang energi protein (KEP) ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pita kuning

b. Kurang energi protein (KEP) sedang bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U baku median WHO-NCHS.

c. Gejala Klinis Balita KEP Berat/ Gizi Buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala KEP berat / gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/ melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah kurang energy protein (KEP)/ gizi buruk tipe kwashiorkor.

a. Kwashiorkor : Edema, kedua punggung kaki bengkak, Wajah membulat dan sembab, Pandangan mata sayu (Apathis), Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, Cengeng dan rewel, Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman di tungkai atau di pantat, Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.

b. Marasmus : Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, Wajah seperti orangtua, Cengeng dan rewel, Rambut tipis, jarang dan kusam, Pantat kendur dan keriput, Perut cekung

c. Marasmus – Kwashiorkor adalah penyakit yang memperlihatkan gejala klinis campuran antara marsmus dan kwashiorkor (Depkes RI, 2006)

d. Gejala klinis yang umum adalah tumbuh kembang, di samping itu terdapat satu atau lebih gejala kwashiorkor seperti edema, dermatitis, mental hipertropi otot jaringan lemakk subkutan berkurang, kerdil dan anemia (Atikah, 2011)

Dokumen terkait