• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Perubahan Penutupan Penggunaan Lahan

Gambar 3 merupakan grafik yang menggambarkan luas masing-masing tipe penutupan/penggunaan lahan tahun 1990, 2001 dan 2010. Dari grafik tersebut diketahui bahwa penutupan/penggunaan lahan yang mengalami penurunan luasan area pada dua periode tahun yaitu hutan semak/belukar, kebun campuran, hutan lebat dan sawah. Sedangkan penutupan/penggunaan lahan yang mengalami kenaikan luasan area yaitu kebun teh, pemukiman, dan tegalan.

Dari Grafik 4 dan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pertambahan luas area tertinggi terdapat pada lahan pemukiman baik pada periode tahun 1990-2001 (638,1 ha dengan persentase 72,2% dari penutupan/penggunaan lahan pemukiman sebelumnya) dan periode tahun 2001-2010 (649,1 ha dengan persentase 42,7% dari penutupan/penggunaan lahan pemukiman sebelumnya).

Untuk periode tahun 1990-2001 luas penutupan/penggunaan lahan lain yang bertambah adalah tegalan (243,4 ha dengan persentase pertambahan 17,5%) kemudian kebun teh (90,4 ha dengan persentase kenaikan 3,8%). Pada periode tahun 2001 – 2010 luas penutupan/penggunaan lahan yang bertambah adalah tegalan (357.4 ha dengan persentase pertambahan 21.8 %) dan kebun teh (45.6 ha dengan persentase kenaikan 1.8%).

Sedangkan tipe penutupan/penggunaan lahan yang berkurang luasannya pada periode 1990-2001 adalah hutan semak/belukar (-359,6 ha dengan persentase penurunan -16,9%) , kebun campuran (-280,9 ha dengan persentase penurunan

Tabel 6. Luas Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1990, 2001 dan 2010

Gambar 4. Grafik Luas Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan tahun 1990, 2001 dan 2010 1990 2001 2010 ha % ha % Hutan Lebat 4300.4 4077.8 3946.0 -222.6 -5.2 -131.8 -3.2 Hutan Semak/Belukar 2125.1 1765.5 1370.1 -359.6 -16.9 -395.3 -22.4 Kebun Campuran 2411.1 2130.2 1833.0 -280.9 -11.7 -297.1 -13.9 Kebun Teh 2378.7 2469.2 2514.8 90.4 3.8 45.6 1.8 Pemukiman 883.3 1521.4 2170.6 638.1 72.2 649.1 42.7 Sawah 1563.8 1454.9 1227.0 -108.8 -7.0 -227.9 -15.7 Tegalan 1394.8 1638.2 1995.6 243.4 17.5 357.4 21.8 Penutupan/Penggunaan Lahan

Luas (ha) Luas Perubahan

luas -11,7%), hutan lebat (-222,6 ha dengan persentase penurunan -5,2 %) dan sawah (-108,8 ha dengan persentase penurunan -7,0%). Tipe penutupan/penggunaan lahan yang mengalami penurunan luasan untuk periode 2001-2010 adalah hutan semak/belukar (-395,3 ha dengan persentase penurunan -22,4%), kebun campuran (-297,1 ha dengan persentase penurunan -13,9%), sawah (-227,9 ha dengan persentase penurunan -15,7%) dan hutan lebat (-131,8 ha dengan persentase penurunan -3,2%).

Hal penting yang perlu diketahui dari pola perubahan penutupan/penggunaan lahan adalah perubahan yang terjadi dari jenis tertentu menjadi jenis yang lain. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Pada periode tahun 1990-2001, pengurangan luas penutupan/penggunaan lahan terbesar adalah hutan semak/belukar yang terkonversi menjadi kebun teh (180,1 ha), tegalan (54,2 ha), sawah (37,3 ha) dan pemukiman (37,0 ha). Kemudian kebun campuran yang terkonversi menjadi tegalan (411,3 ha), pemukiman (127,8 ha), sawah (65,7 ha) dan kebun teh (26,6 ha) Hutan lebat banyak terkonversi menjadi kebun teh (104,7 ha), tegalan (21,1 ha), sawah (1,9

Tabel 7. Perubahan tipe dan luas tutupan lahan periode tahun 1990-2001

Tabel 8. Perubahan tipe dan luas tutupan lahan periode tahun 2001-2010

Hutan Lebat 4077.8 89.7 5.2 104.7 0.0 1.9 21.1 4300.4 Hutan Semak/Belukar 0.0 1675.8 140.7 180.1 37.0 37.3 54.2 2125.1 Kebun Campuran 0.0 0.0 1779.7 26.6 127.8 65.7 411.3 2411.1 Kebun Teh 0.0 0.0 125.1 2155.1 26.0 46.9 25.7 2378.7 Pemukiman 0.0 0.0 0.0 0.0 883.3 0.0 0.0 883.3 Sawah 0.0 0.0 13.3 2.8 208.5 1242.7 96.6 1563.8 Tegalan 0.0 0.0 66.1 0.0 238.8 60.4 1029.4 1394.8 Grand Total 4077.8 1765.5 2130.2 2469.2 1521.4 1454.9 1638.2 15057.2 Penutupan/Penggunaan Lahan tahun 1990(ha)

Penutupan/Penggunaan Lahan tahun 2001(ha) Hutan Lebat Hutan Semak/Belukar Kebun Campuran Kebun Teh Pemukim an Sawah Tegalan Grand Total Hutan Lebat 3946.0 64.9 0.0 61.2 0.0 0.9 4.9 4077.8 Hutan Semak/Belukar 0.0 1305.3 22.8 107.1 77.0 144.9 108.4 1765.5 Kebun Campuran 0.0 0.0 1538.1 39.3 176.2 47.1 329.5 2130.2 Kebun Teh 0.0 0.0 16.4 2275.9 35.8 11.2 129.9 2469.2 Pemukiman 0.0 0.0 0.0 0.0 1521.4 0.0 0.0 1521.4 Sawah 0.0 0.0 78.2 11.1 231.3 921.5 212.8 1454.9 Tegalan 0.0 0.0 177.7 20.2 128.9 101.4 1210.0 1638.2 Grand Total 3946.0 1370.1 1833.0 2514.8 2170.6 1227.0 1995.6 15057.2 Penutupan/Penggunaan

Lahan tahun 2001(ha) Kebun

Campuran

Kebun Teh

Pemukim

an Sawah Tegalan

Penutupan/Penggunaan Lahan tahun 2010(ha) Hutan Lebat Hutan Semak/Belukar Grand Total

ha) dan kebun campuran (5,2 ha). Terakhir sawah yang terkonversi menjadi pemukiman (208,5 ha), tegalan (96,6 ha), kebun campuran (13,3 ha) dan kebun teh (2,8 ha).

Dari Tabel 7 dan 8, juga dapat diketahui pertambahan luas tipe penutupan/penggunaan lahan tertentu adalah hasil konversi dari penutupan/penggunaan lahan yang lain. Pertambahan luas penutupan/penggunaan lahan yang tertinggi pada periode tahun 1990-2001 adalah pemukiman hasil konversi dari tegalan (238,8 ha), sawah (208,5 ha), kebun campuran (127,8 ha) dan kebun teh (26,6 ha). Kemudian tegalan adalah hasil konversi dari kebun campuran (411,3 ha), sawah (96,6 ha), hutan semak/belukar (54,2 ha), kebun teh (25,7 ha) dan hutan lebat (21,1 ha). Kebun teh adalah hasil konversi dari penutupan/penggunaan lahan hutan semak/belukar (180,1 ha), hutan lebat (104,7 ha), kebun campuran (26,6 ha), dan sawah (2,8 ha).

Pada periode tahun 2001-2010, pengurangan luas penutupan/penggunaan lahan terbesar adalah hutan semak belukar yang terkonversi menjadi sawah (144,9 ha), tegalan (108,4 ha), kebun teh (107,1 ha), pemukiman (77,0 ha) dan kebun campuran (22,8 ha). Kebun campuran terkonversi menjadi jenis penutupan/penggunaan lahan tegalan (329,5 ha), pemukiman (176,2 ha), sawah (47,1 ha) dan kebun teh (39,3 ha). Hutan lebat terkonversi menjadi kebun teh (61,2 ha), hutan semak/belukar (64,9 ha), tegalan (4,9 ha) dan sawah (0,9 ha). Sawah terkonversi menjadi pemukiman (231,3 ha), tegalan (212,8 ha), kebun campuran 78,2 ha dan kebun teh (11,1 ha).

Pertambahan luas penutupan/penggunaan lahan periode tahun 2001-2010 yang tertinggi adalah pemukiman merupakan hasil konversi dari lahan sawah (231,3 ha), kebun campuran (176,2 ha), tegalan (128,9 ha), hutan semak/belukar (77 ha) dan kebun teh (35,8 ha). Kebun teh merupakan hasil konversi tipe penutupan/penggunaan lahan hutan semak/belukar (107,1 ha), hutan lebat (61,2 ha), kebun campuran (39,3 ha), tegalan (20,2 ha), dan sawah (11,1 ha). Tegalan konversi dari kebun campuran (329,5 ha), sawah (212,8 ha), kebun teh (129,9 ha), hutan semak/belukar(108,4 ha) dan hutan lebat (4,9 ha).

Perubahan tipe penutupan/penggunaan lahan yang dominan dapat dilihat pada Tabel 9 untuk tahun 1990-2001 dan Tabel 10 untuk tahun 2001-2010. Perubahan penutupan/penggunaan lahan dominan tahun 1990-2001 yaitu kebun campuran menjadi tegalan dengan luas perubahan 411,3 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 18,6%. Kemudian tegalan menjadi pemukiman dengan luas perubahan 238,8 ha dan persentase dari total luas perubahan sebesar 10,8% serta sawah menjadi pemukiman sebesar 208,5 ha dan persentase dari total Tabel 9. Tipe Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dominan tahun

1990-2001

Tabel 10. Tipe Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dominan tahun 2001-2010

1 Kebun Campuran-->Tegalan 411.3 18.6

2 Tegalan-->Pemukiman 238.8 10.8

3 Sawah-->Pemukiman 208.5 9.4

4 Hutan Semak/Belukar-->Kebun Teh 180.1 8.1 5 Hutan Semak/Belukar-->Kebun Campuran 140.7 6.4

6 Kebun Campuran-->Pemukiman 127.8 5.8

7 Kebun Teh-->Kebun Campuran 125.1 5.7

8 Hutan Lebat-->Kebun Teh 104.7 4.7

9 Sawah-->Tegalan 96.6 4.4

10 Hutan Lebat-->Hutan Semak/Belukar 89.7 4.1

11 Lainnya 490.2 22.1

2213.33 100.0 Tipe Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan

tahun 1990-2001 Total Luas (ha) No % 1 Kebun Campuran-->Tegalan 329.5 14.1 2 Sawah-->Pemukiman 231.3 9.9 3 Sawah-->Tegalan 212.8 9.1 4 Tegalan-->Kebun Campuran 177.7 7.6 5 Kebun Campuran-->Pemukiman 176.2 7.5 6 Hutan Semak/Belukar-->Sawah 144.9 6.2 7 Kebun Teh-->Tegalan 129.9 5.6 8 Tegalan-->Pemukiman 128.9 5.5 9 Hutan Semak/Belukar-->Tegalan 108.4 4.6

10 Hutan Semak/Belukar-->Kebun Teh 107.1 4.6

11 Lainnya 592.0 25.3

2338.84 100.0

Tipe Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan

tahun 2001-2010 Luas (ha) %

Total No

luas perubahan sebesar 9,4%. Perubahan penutupan/penggunaan lahan dominan pada tahun 2001-2010 yaitu kebun campuran menjadi tegalan dengan perubahan 329,5 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 14,1%. Kemudian sawah menjadi pemukiman dengan perubahan 231,3 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 9,9% dan sawah menjadi tegalan dengan perubahan 212,8 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 9,1%.

Dari data-data yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perubahan yang terjadi adalah perubahan menuju area pemukiman dan tegalan. Hal ini menunjukkan bahwa tegalan merupakan jenis budidaya pertanian yang diminati masyarakat dibandingkan budidaya pertanian lainnya seperti kebun campuran dan sawah. Hal tersebut dikarenakan mengelola tegalan lebih mudah dari pada sawah dikarenakan pasokan air untuk budidaya hanya mengandalkan air hujan tidak perlu irigasi, tegalan juga lebih cepat menghasilkan dari pada kebun campuran. Hal tersebut diduga menjadi alasan masyarakat lebih memilih tegalan menjadi alternatif usaha budidaya pertanian.

Pemukiman yang selalu meningkat menggambarkan kebutuhan penduduk akan pemukiman semakin meningkat, secara tidak langsung menggambarkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Namun terjadinya peningkatan pemukiman ini tidak hanya disebabkan .penduduk yang terus meningkat. Fenomena yang menyebabkan terjadinya peningkatan area pemukiman adalah wilayah ini cocok untuk dijadikan sarana rekreasi keluarga sehingga banyak vila serta tempat wisata yang dibangun. Dengan adanya pembangunan tersebut menyebabkan dibangunnya sarana dan prasarana pendukung. Hal tersebut berpengaruh pada peningkatan area pemukiman masyarakat karena lokasi wisata merupakan salah satu sumber kegiatan ekonomi.

Kenyataan tersebut sesuai dengan yang pernyataan Haryadi (2007), bahwa pada wilayah dengan curah hujan tinggi berpenduduk jarang, pola penutupan/penggunaan lahannya lebih dominan pada tanaman tahunan, sebaliknya pada wilayah curah hujan tinggi berpenduduk padat pola penutupan/penggunaan lahannya lebih dominan pada tananan semusim. Hal ini sesuai dengan peningkatan area tegalan sebagai budidaya pertanian yang diiringi dengan peningkatan area pemukiman.

Dari fakta di atas dapat diketahui kecenderungan perubahan penutupan/penggunaan lahan adalah perubahan ke area pemukiman, dari penutupan/penggunaan lahan sebelumnya yaitu terutama tegalan, sawah dan kebun campuran. Dengan berkurangnya area lahan budidaya pertanian tegalan dan sawah menyebabkakan lahan kebun campuran dan sebagian hutan semak/belukar terkonversi menjadi lahan tegalan dan sawah.

Pola perubahan penutupan/penggunaan lahan pada periode tahun 2001- 2010 yang terjadi dalam skala yang lebih besar. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan fakta bahwa hutan lebat relatif tetap, yaitu berkurang sekitar 1% setiap sepuluh tahun. Hutan yang menjadi pilihan masyarakat untuk dikonversi adalah hutan semak/belukar. Pola perubahan yang tidak berbeda terjadi pada periode tahun 1981-1990 di wilayah yang sama, berdasarkan hasil penelitian Sudadi et al. (1991) terjadi arah perubahan pola penggunaan lahan ke areal pemukiman.

Perubahan pola penutupan/penggunaan lahan yang terjadi pada sub DAS Ciliwung Hulu memperkuat pernyataan Vink dalam Sudadi et al. (1991) yaitu penggunaan lahan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia dirasakan berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian besar perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya pada sebidang lahan yang spesifik.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan sudah disebutkan di atas bahwa banyak dibangun vila dan area rekreasi lain yang menyebabkan bertambah pula sarana lain yang mendukung dan area pemukiman di sekitarnya. Pertambahan penduduk juga menyebabkan terjadinya kebutuhan pemukiman dan area pemukiman meningkat. Hal ini membuktikan bahwa manusia menjadi faktor utama dalam perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Kenyataan ini diperkuat dengan artikel yang dimuat dalam Kompas (2010) yang menyatakan bahwa pembangunan kawasan puncak sudah tidak mengindahkan peraturan tata ruang. Hutan yang tersisa di Puncak pun terus tergerus pembangunan vila dan perluasan pemukiman warga tanpa izin. Menurut data Dinas Tata Bangunan dan

Permukiman Kabupaten Bogor 2010, dari 59.486 bangunan di Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua baru 12.844 bangunan yang memiliki izin mendirikan bangunan atau sekitar seperlimanya. Kawasan di sepanjang jalan utama sudah dibangun menjadi berbagai sarana atau fasilitas umum untuk masyarakat, ketika menelusuri jalan sempit ataupun gang di kiri dan kanan jalan utama, ditemukan lebih banyak lagi vila yang disewakan.

Dari fakta-fakta yang dipaparkan di atas, dapat dibuat ringkasan perubahan penutupan/penggunaan lahan yang terjadi dalam Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Pola perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1990-2001

Keterangan menunujukkan perubahan tipe penutupan/penggunaan lahan

Gambar 6. Pola perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 2001-2010

Keterangan menunujukkan perubahan tipe penutupan/penggunaan lahan

meniunjukkan perubahan tipe penutupan/penggunaan lahan dominan

Sumberdaya tanah menjadi semakin penting seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan laju yang masih tinggi serta akibat dari berkembangnya kegiatan ekonomi. Keadaan ini akan membawa konsekuensi semakin besarnya tekanan permintaan (demand) akan tanah untuk berbagai keperluan yang semakin beragam seperti untuk perluasan tanah pertanian, perkebunan, hutan produksi, pemukiman/perumahan, pertambangan maupun lokasi kegiatan perdagangan/bisnis dan industri serta keperluan pembangunan infrastruktur (Rustiadi et al., 2001).

Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tentunya merupakan suatu indikasai bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity). Kelangkaan tanah tersebut akan berimplikasi terhadap melambungnya harga tanah itu sendiri, yang dapat dibedakan berdasarkan (1) nilai intrinsik yang terkandung dalam sebidang tanah seperti kesuburan dan topografinya, sehingga mempunyai keunggulan produktifitas dari tanah lain (Ricardiant rent); (2) nilai yang disebabkan oleh perbedaan lokasi (locational rent); dan (3) nilai perlindungan terhadap lingkungan

(enviromental rent). Konsekuensi lanjut dari kedaan demikian akan berpengaruh terhadap pola kepemilikan masyarakat terhadap tanah.

Dengan berkembangnya area wisata pada wilayah penelitian, menyebabkan terciptanya kegiatan ekonomi yang diikuti oleh peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk ini menyebabkan permintaan akan lahan meningkat untuk area pemukiman sehingga nilai tanah menjadi tinggi untuk lahan pemukiman dengan lokasi yang dekat dengan kegiatan ekonomi yaitu area wisata. Hal ini mengakibatkan pemilik lahan cenderung menjual tanahnya karena income

yang akan diterima lebih banyak jika lahan dijual untuk dijadikan area pemukiman dibandingkan dengan pemanfaatan yang sudah ada terutama yaitu budidaya pertanian. Dengan berkurangnya area budidaya pertanian, maka masyarakat akan mengkonversi lahan yang pemanfaatannya cenderung tidak memberikan income yang banyak bagi mereka yaitu hutan untuk dijadikan area budidaya pertanian.

Tegalan menjadi area yang paling banyak diminati oleh masyarakat menjadi alternatif budidaya pertanian karena lahan tegalan memberikan income

yang lebih besar dibandingkan dengan budidaya pertanian lainnya. Pola perubahan yang terjadi pada wilayah ini, mengikuti teori land rent yaitu nilai atau profit yang diterima dari lahan tersebut. Perubahan yang terjadi akan mengarah kepada jenis penggunaan lahan yang memberikan income terbesar. Bagan pola perubahan penutupan/penggunaan lahan menunjukkan perubahan kearah pemukiman dan tegalan. Urutan nilai land rent dari yang terkecil hingga terbesar tiap jenis penutupan/penggunaan lahan yaitu hutan lebat, hutan semak/belukar, kebun teh, kebun campuran, sawah, tegalan dan pemukiman.

Laju perubahan penutupan/penggunaan lahan dapat diminimalisir dengan adanya upaya dari pemerintah. Pemerintah dapat membuat program berupa

reward and punishment kepada masyarakat yang memiliki ataupun yang melakukan usaha di lahan tersebut. Yaitu dengan memberikan insentif kepada masyarakat yang tetap mempertahankan penggunaan lahannya dan memberikan pajak yang tinggi pada lahan yang telah dikonversi atau dirubah penggunaan lahannya. Selain dapat memperlambat laju perubahan, program ini juga dapat merubah arah perubahan penggunaan lahan, karena masyarakat akan cenderung

memilih nilai yang lebih tinggi yang dapat diterima. Program lain yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengubah arah perubahan penggunaan lahan lainnya adalah dengan penertiban penggunaan lahan sesuai dengan ketentuan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang ada. Sehingga penggunaan lahan yang menyimpang dari ketetapan RTRW akan secara paksa diubah. Program ini sudah dijalankan oleh pemerintah setempat terutama untuk penggunaan lahan pemukiman yang tidak memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

Dokumen terkait