• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan subsektor peternakan di Kabupaten HSU didukung dengan adanya komoditas unggulan peternakan yaitu kerbau rawa dan Itik Alabio, bahkan Itik Alabio merupakan salah satu ikon yang ada di Kabupaten HSU.

38

Gambar 7 Komoditas Unggulan Peternakan Kab. HSU (Itik Alabio dan Kerbau Rawa).

Usaha peternakan di Kabupaten HSU tidak hanya difokuskan pada ternak kerbau rawa dan Itik Alabio, namun berkembang juga ternak ayam buras, ayam ras pedaging, sapi, kambing dan domba sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11 Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten HSU

Jenis Ternak 2006 (ekor) 2007 (ekor) 2008 (ekor) 2009 (ekor) Sapi 168 1.218 1.237 1.281 Kerbau 8.028 8.207 8.393 8.599 Kambing 2.563 2.636 2.650 2.810 Domba 319 318 306 312

Ayam Ras Pedaging 677.743 679.877 685.835 703.591

Ayam Buras 920.684 964.778 973.040 1.005.787

Itik 1.162.262 1.203.114 1.216.197 1.254.252

Sumber data : Disnak Kab. HSU (2009)

Dari data tersebut di atas, menunjukkan populasi ternak di Kabupaten HSU empat tahun terakhir meningkat kecuali komoditas ternak domba yang menurun pada tahun 2007 dan 2008. Populasi ternak yang paling tinggi setiap tahunnya yaitu ternak itik. Walaupun komoditas ternak lainnya juga diusahakan oleh peternak di Kabupaten HSU, namun usaha peternakan itik dan kerbau rawa yang diusahakan dalam jumlah skala besar oleh masyarakat dan merupakan usaha rakyat secara mandiri dan dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat setempat.

39

Pengembangan ternak itik sangat di dukung oleh keadaan alam di Kabupaten HSU yang didominasi daerah rawa. Terkonsentrasinya pemeliharaan itik di daerah tertentu terjadi karena pengaruh pemeliharaan secara tradisional yang sangat tergantung pada tersedianya lahan-lahan penggembalaan (Suharno dan Amri, 2010). Ekosistem rawa lebak sangat mendukung pengembangan itik karena unggas ini menyenangi adanya air. Selain itu, didukung oleh pengalaman beternak yang tinggi karena usaha ternak tersebut merupakan usaha turun temurun, teknologi setempat telah berkembang terutama dalam sistem penetasan, dan mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan daerah.

Jenis itik yang dibudidayakan masyarakat di Kabupaten HSU yaitu jenis itik lokal yang dikenal Itik Alabio (Anas platyrhincos Borneo). Itik Alabio terutama diusahakan untuk penghasil telur baik telur tetas maupun telur konsumsi. Itik-itik betina pasca produksi segera diafkir dan dijual sebagai itik potong. Di Kabupaten HSU banyak terdapat warung makan yang menjual itik panggang.

Usaha peternakan itik di Kabupaten HSU sudah berspesialisasi usaha meliputi:

1. Usaha penetasan ternak, berpusat di Desa Mamar Kecamatan Amuntai Selatan, hampir semua peternak di desa tersebut memiliki usaha pembibitan ternak itik. Usaha ini dilakukan dari telur tetas sampai menetas dan umumnya dijual pada saat ternak itik berumur 7-10 hari.

2. Usaha pembesaran, biasanya dilakukan sejak DOD sampai ternak itik siap berproduksi (sekitar umur 6 bulan), usaha pembesaran dilakukan hampir di semua kecamatan di Kabupaten HSU. Pembesaran biasanya dilakukan peternak yang modalnya tidak terlalu besar dan tidak memerlukan keahlian yang spesifik.

3. Usaha penghasil telur tetas, umumnya dilakukan oleh peternak di Kecamatan Sungai Pandan, Amuntai Selatan, Babirik dan Danau Panggang. Usaha ini berkembang karena harga telur relatif stabil dan lebih tinggi dari harga telur konsumsi.

4. Usaha penghasil telur konsumsi, usaha ini berkembang di hampir semua kecamatan di Kabupaten HSU.

Dari pola pemeliharaannya, peternakan itik dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu pola tradisional (ekstensif), semi intensif dan intensif. Pola tradisional, ternak itik dari pagi sampai sore dilepas di sawah atau rawa-rawa, pemberian pakan seadanya, kandangnya di atas tanah diantara rawa-rawa yang

40

diberi pagar keliling. Keuntungan cara pemeliharaan yang demikian ini, biaya pakan relatif murah karena itik dibiarkan mencari makannya sendiri sehingga sumber pakannya sangat tergantung pada keberadaan lahan rawa dalam menyediakan makanan. Pola pemeliharaan secara ekstensif biasanya dilakukan oleh peternak usaha pembesaran. Penggembalaan biasanya dilakukan pada saat umur itik mencapai dua bulan, karena bulu ternak itik sudah tumbuh dengan lengkap dan sudah pandai berenang serta tahan terhadap udara dingin. Pemeliharaan dilakukan sampai umur 6 bulan.

Gambar 8 Pola Pemeliharaan Secara Ekstensif dan Intensif.

Pola semi intensif, ternak itik sudah mulai dikandangkan, namun pada waktu-waktu tertentu itik digembalakan, pakan diberikan secara teratur, tingkat produksi lebih baik daripada itik yang dipelihara dengan tradisional. Pola intensif, ternak itik dipelihara dengan sistem terkurung dan kandang panggung. Kandang digunakan untuk melindungi ternak itik dari angin, hujan, panas matahari dan serangan binatang lain. Keadaan alam di Kabupaten HSU yang umumnya daerah rawa sehingga kandang panggung dibangun di atas rawa.

Pada pola pemeliharaan secara intensif pakan diberikan secara teratur yang diberikan tiga kali sehari. Tingkat produksinya lebih baik daripada pola yang lainnya.

Pakan ternak itik yang umumnya digunakan oleh peternak di Kabupaten HSU yaitu sumber pakan yang biasanya tersedia di daerah rawa seperti dedak padi, sagu yang dicincang, keong dan ikan. Penggunaan bahan pakan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia dan bermutu baik sangat disarankan agar usaha beternak itik dapat menguntungkan (Wasito dan Rohaeni, 1994).

41

Pemasaran ternak itik relatif mudah karena di Kabupaten HSU terdapat pusat pemasaran telur, bibit, pakan dan ternak itik yang terletak di Alabio Kecamatan Sungai Pandan dikenal dengan sebutan Pasar Alabio. Pasar itik Alabio ini sudah terkenal di dalam daerah maupun luar provinsi Kalimantan Selatan. Pembeli ternak itik tidak hanya dari pembeli lokal (Kabupaten HSU), juga pembeli dari kabupaten lain di dalam Provinsi Kalimantan Selatan bahkan dari luar Kalimantan Selatan yaitu dari Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur. Letak daerah Kabupaten HSU yang merupakan penghubung antara Provinsi Kalimantan Selatan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur juga memudahkan pemasaran ternak itik ke luar provinsi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait