• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil dan Pembahasan

2. Pembahasan

2.1. Pola Tidur Klien Hipertensi

Pola tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam hari yang dapat dinilaidari 7 aspek parameter tidur yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, rasa segar bangun pagi, konsentrasi beraktivitas. Pola tidur diukur dengan menggunakan kuesioner SQQ. Skala yang digunakan adalah skala ordinal untuk mengidentifikasi kualitas tidur responden baik atau buruk.

2.2. Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalahperubahan yang terjadi terhadap proses tidur akibat dari masalah medis meliputi masalah fisik dan lingkungan.

Gangguan tidur fisik merupakan perubahan tidur yang berasal dari fungsi sistem tubuh yaitu pusing, nyeri, rasa tidak nyaman, terbangun karena buang air kecil, dan kelelahan.

Gangguan tidur lingkungan merupakan perubahan tidur yang berasal dari lingkungan yaitu suara bising, penerangan, dan suhu ruangan.

Gangguan tidur diukur dengan menggunakan kuesioner. Dimana klien akan memilih salah satu jawaban yaitu Ya atau Tidak. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dimana metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Dimana tujuannya untuk mengidentifikasi gambaran pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di puskesmas Helvetia.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah klien hipertensi yang berkunjung ke puskesmas Helvetia. Berdasarkan survei jumlah penderita hipertensi pada tahun 2013 di puskesmas Helvetia terdiri dari 294 orang.

2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian. Penetapan jumlah sampel yang didapatkan 15% dari populasi yaitu 44 orang (Notoatmodjo, 2012).

2.3. Teknik Sampling

Metode sampling nonprobability yang digunakan adalah convenience sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan.

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien yang terdiagnosis hipertensi enam bulan ke atas yang berkunjung di puskesmas Helvetia, bersedia menjadi responden, sehat jasmani dan rohani.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Helvetia Jln. Kemuning Perumnas Helvetia yang merupakan salah satu puskesmas rawat inap, dengan pertimbangan jumlah sampel yang memadai, efisiensi waktu dan biaya penelitian. Perencanaan waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2015.

4. Pertimbangan Etik

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan etik dalam penelitian ini yaitu:

Self determination, dalam penelitian ini peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak dalam penelitian ini setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

Privacy, peneliti menjelaskan pada responden bahwa semua informasi yang diperoleh dari responden selama penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Anonymity, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa menjamin kerahasiaan responden dengan tidak menuliskan atau mencantumkan identitas responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner.

Confidentially, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi yang deperoleh dari responden tidak akan disajikan secara keseluruhan.

Protection from discomfort and harm, peneliti memperhatikan kemungkinan ketidaknyamanan yang dirasakan responden selama pengisian kuesioner. Untuk meminimalkan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data dengan membacakan kuesioner. Instrumen ini terdiri atas tiga bagian yaitu Data Demografi (KDD), Kuesioner Pola Tidur (KPT), dan Kuesioner Gangguan Tidur (KGT).

Kuesioner Data Demografi (KDD) merupakan bagian pertama instrumen penelitian berisi tentang pengkajian data demografi klien hipertensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pekerjaan, dan jumlah teman sekamar, ukuran kamar, penyakit lain yang diderita dan obat yang dikonsumsi.

Kuesioner Pola Tidur (KPT) bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur klien hipertensi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang diadopsi dari kuesioner pola tidur Karota Bukit (2005). Kuesioner pola tidur ini merupakan kuesioner yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola tidur klien hipertensi di puskesmas Helvetia. Kuesioner pola tidur meliputi: total jam tidur malam (kuesioner nomor 1), waktu untuk memulai tidur (kuesioner nomor 2), frekuensi terbangun di malam hari (kuesioner nomor 3), kepuasan tidur (kuesioner nomor 4), kedalaman tidur(kuesioner nomor 5), rasa segar bangun tidur (kuesioner nomor 6), konsentrasi dalam beraktivitas (kuesioner nomor 7).

Kuesioner pola tidur ini terdiri dari tujuh pertanyaan tertutup dengan empat pilihan. Kualitas tidur akan semakin buruk apabila nilai kuesioner semakin rendah dan sebaliknya kualitas tidur akan semakin baik apabila nilainya tinggi dimana nilainya 7-28.

Kuesioner gangguan tidur (KGT) bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya gangguan tidur yang terjadi pada klien hipertensi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Vina Prismawati Sagala. Faktor-faktor Fisik: pusing (kuesioner nomor 1), nyeri (kuesioner nomor 2), rasa tidak nyaman (kuesioner nomor 3), terbangunkarena buang air kecil(kuesioner nomor 4), kelelahan(kuesioner nomor 5). Faktor-faktor Lingkungan: suara bising(kuesioner nomor 1), penerangan(kuesioner nomor 2), suhu ruangan(kuesioner nomor 3). Nilai dari kuesioner ini yaitu 0-8, semakin tinggi nilai kuesioner maka semakin tinggi pula tingkat gangguan tidurnya. Sebaliknya semakin rendah nilainya maka semakin baik.

6. Alat dan Bahan

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2005). Pada penelitian ini, alat yang digunakan adalah berupa lembar kuesioner untuk memperoleh data tentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi.

7. Validitas dan Reabilitas

7.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan tinjauan pustaka dalam penggunaan instrumen penelitian yang merupakan adaptasi total dari SQQ (Sleep Quality Questionaires)yang telah divalidasi sehingga dapat digunakan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, di komunitas maupun di sekolah.

Sedangkan gangguan tidur klien hipertensi menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Vina Prismawati Sagala. Dimana instrumen ini telah divalidasikan oleh Dosen di Fakultas Keperawatan yang memiliki kesesuaian bidang dengan judul penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7.2. Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2012). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Uji reliabilitas telah dilakukan pada responden yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia. Kuesioner pola tidur sudah direliabilitas dengan internal konsistensi Cronbach’s Alpha Coefficient dengan hasil 0,788 dan hasil ini dinyatakan reliab. Kuesioner gangguan tidur telah di uji dengan menggunakan uji KR 20 dan dinyatakan relieb apabila nilai 0,6-0,7 atau lebih. Hasil reliabilitas gangguan tidur fisik didapatkan nilai 0,72 dan gangguan tidur lingkungan dengan nilai 1,02.

8. Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti telah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirimkan ke bagian Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarluaskan kuesioner kepada setiap responden sesuai dengan inklusi kriteria dan telah bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan. Responden dijelaskan tentang topik, manfaat serta tujuan dari penelitian kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, agar tidak terjadi kesalahan interpretasi pada responden, bila perlu peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner sehingga hal-hal yang kurang dimengerti responden dapat segera dijelaskan. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa. Pada waktu yang bersamaan, responden diminta untuk menyerahkan foto kopi transkrip nilai yang dibutuhkan.

9. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya mamasukan (entry) data kedalam komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan program statistik. Analisisdata mengunakan analisis dataunivariat yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang dikehendaki dari tabel distribusi frekuensi.

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan pada tanggal 25 Mei – 20 Juni 2015. Penyajian data meliputi deskripsi karakteristik responden, pola tidur klien hipertensi dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia sejumlah 44 orang.

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang didapatkan berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak (41%), responden berjenis kelamin laki-laki (55%) dan perempuan (45%), SMA (36%) dan tingkat pendidikan perguruan tinggi (41%), agama responden mayoritas Islam (73%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta dan lain-lain (30%) dan buruh (25%), jumlah teman sekamar 1-2 orang (75%), ukuran kamar 3x4 m² (75%), penyakit lain yang diderita tidak ada (73%), dan klien tidak ada mengonsumsi obat sebesar (89%).

Tabel 5.1Frekuensi dan persentase data demografi klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Umur

17-25 tahun (remaja akhir) 26-35 tahun (dewasa awal) 36-45 tahun (dewasa akhir) 46-55 tahun (lansia awal)

6 4 18 6 14 9 41 15

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

56-65 tahn (lansia akhir) 65 sampai keatas (manula) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Lain-lain Agama Islam Kristen Status Perkawinan Belum Menikah Menikah Janda/Duda Pekerjaan PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta/Wiraswasta Buruh Bertani Lain-lain

Jumlah Teman Sekamar Sendiri 1-2 orang 3-4 orang Ukuran Kamar 2x3 3x3 3x4 4x4 7 3 24 20 4 4 16 18 2 32 12 12 26 6 4 13 11 3 13 10 33 1 3 1 33 7 16 7 55 45 9 9 36 41 5 73 27 27 59 14 9 30 25 6 30 23 75 2 7 2 75 16

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Penyakit Lain yang Diderita Tidak Ada Jantung Kolesterol Asam Urat Lambung Rematik Diabetes

Obat yang Dikonsumsi Furosemide Lain-lain Tidak ada 32 4 1 2 1 2 2 1 4 39 73 9 2 5 2 5 4 2 9 89

1.2. Pola Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia

Pola tidur klien hipertensi dapat diidentifikasi dari parameter tidur yaitu: total jam tidur malam, waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, rasa segar bangun pagi, konsentrasi beraktivitas.

Hasil persentase pola tidur klien dapat dilihat berdasarkan grafik 5.1 dan tabel 5.2. Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas 30% total jam tidur malam hari 5-6 jam (X= 2.61, SD=1.083), 57% waktu untuk memulai tidur 31-60 menit atau lebih (X= 2.48, SD=1.131), 45% frekuensi terbangun malam 1-2 kali (X= 2.82, SD= 0.815), 36% kepuasan tidur klien merasa mengantuk (X= 2.82, SD= 0.971), 66% kedalaman tidur klien tidur tetapi tidak nyenyak (X= 2.73, SD=1.107), 64% merasa cukup segar bangun di pagi hari (X= 2.14, SD= 0.702), 36% merasa lemah atau lelah saat beraktivitas di siang hari (X= 2.82, SD= 0.896).

Gambar 5.1 Grafik persentase pola tidur klien hipertensi di puskesmas helvetia

Tabel 5.2Frekuensi dan persentase parameter tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44).

Parameter Tidur Frekuensi Persentase

Total jam tidur malam hari < 5 jam

5 – 6 Jam > 6 - 7 jam > 7 jam

Waktu untuk memulai tidur > 60 menit

31 - 60 menit 16 - 30 menit < 15 menit

Frekuensi terbangun malam > 5 kali 3 - 4 kali 1 - 2 kali Tidak ada Kepuasan tidur Sangat mengantuk Mengantuk Sedikit mengantuk Segar 8 13 11 12 10 15 7 12 2 13 20 9 3 16 11 14 18 30 25 27 23 34 16 27 5 30 45 20 7 36 25 32 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% TJM WMT FTM KPD KDT RSB KBT

Skor Relatif Baik

Skor Relatif Cukup

Skor Relatif Rendah

Skor Relatif Sangat Rendah

Tabel 5.2 (Lanjutan)

Parameter Tidur Frekuensi Persentase

Kedalaman tidur

Sebentar-bentar terbangun Tidur dan kemudian terbangun Tidur tetapi tidak nyenyak Tidur sangat nyenyak Rasa segar bangun pagi

Tidak sama sekali Cukup segar Sedang Sangat segar

Konsentrasi beraktivitas

Sangat lemah atau sangat lelah Lemah atau lelah

Sedikit lemah atau lelah

Tidak lemah atau lelah sama sekali

7 13 9 15 6 28 8 2 2 16 14 12 16 30 20 34 14 64 18 4 5 36 32 27

1.3. Gangguan Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia

1.3.1. Faktor Fisik

Tabel 5.3 menunjukkan tanda gejala penyakit yang dialami oleh mayoritas klien adalah pusing (51%), rasa tidak nyaman (47%), terbangun buang air kecil (76%) dan kelelahan (71%).

Tabel 5.3Frekuensi dan persentase gangguan tidur fisik klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44) Faktor Fisik Ya Tidak F % f % Pusing Nyeri

Rasa tidak nyaman Terbangun BAK Kelelahan 23 3 21 34 32 51 7 47 76 71 21 41 23 10 12 47 91 51 22 27

1.3.2. Faktor Lingkungan

Gangguan tidur umumnya dari suara bising berbagai sumber, penerangan, dan juga suhu ruangan yang tidak sesuai. Tabel 4 menunjukkan mayoritas klien mengalami gangguan pada suara bising (65%), penerangan (69%) dan suhu ruangan yang tidak sesuai sebesar (58%).

Tabel 5.4Frekuensi dan persentase gangguan tidur lingkungan klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44)

Faktor Lingkungan Ya Tidak

F % f % Suara Bising Penerangan Suhu Ruangan 29 31 26 65 69 58 15 13 18 33 29 40 2. Pembahasan

Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia.

2.1. Pola Tidur Klien Hipertensi

Pola Tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam harimeliputi waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, dan konsentrasi beraktivitas (Potter & Perry, 2005) serta total jam tidur dan rasa segar bangun pagi (Guyton & Hall, 1997). Hasil penelitian yang didapatkan pola tidur klien hipertensi mayoritas

berada pada pola tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh komponen parameter tidur hal ini menunjukkan bahwa pola tidur klien dengan hipertensi benar dalam kondisi tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa klien hipertensi mengalami pola tidur dalam kondisi yang tidak normal (Sarah, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar total jam tidur malam klien 5-6 jam (30%).Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya total jam tidur malam klien hipertensi adalah 5-6 jam (Putriana, 2012), adapun penelitian terhadap 230 klien hipertensi dari Unversitas Pisa di Italy menemukan bahwa mayoritas responden tidur 6 jam atau kurang setiap malam,sedangkan kebutuhan waktu tidur normal pada orang dewasa adalah 7-8 jam dalam sehari (Patlak, 2005). Secara umum kebutuhan tidur yang tidak normal tentunya akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada hipertensi (Gangwisch, 2006), bahkan apabila terjadi dalam waktu yang lama tentunya akan memperparah peningkatan tekanan darah yang diderita (Chopra, 2003). Hal tersebut desebabkan karena saat tidur tekanan darah dan denyut jantung akan menurun sebanyak 10- 20% (Gotlieb, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan waktu mulai tertidur 31-60 menit atau lebih dialami 57% klien. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya waktu yang dibutuhkan untuk mulai tidur 31-60 menit dialami 35% klien (Putriana, 2012). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa penderita hipertensi memiliki waktu lebih lama untuk mulai tertidur (Mansoor, 2002)sehingga akan berdampak pada total jam tidur yang berkurang dan tidak seperti orang normal yang biasa tertidur

dalam waktu 20 menit (Schachter, 2008).Tidak nyaman, status kesehatan yang memburuk dapat meningkatan waktu mulai tidur klien. Orang yang menderita penyakit hipertensi tentunya akan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, sehingga responden bisa mengalami insomnia dan klien akan sulit untuk tidur (Sarah, 2014). Hal ini juga berkaitan dengan mengonsumsi tembakau dan teh, adapun kandungan nikotin yang terdapat dalam tembakau dan kandungan kafein yang terdapat dalam teh akan menyebabkan seseorang sulit untuk memulai tidur (Mukhlidah, 2011).

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden dapat terbangun 3-4 kali saat tidur malam hari (30%). Namun hampir dari sebagian responden terbangun masih dalam batas normal 1-2 kali saat tidur malam hari (45%). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan bahwa mayoritas responden hipertensi dapat terbangun 3-4 kali saat tidur malam hari dialami 38% klien (Putriana 2012). Obat yang diberikan pada klien hipertensi salah satunya diuretik akan menyebabkan nokturia sehingga tidur menjadi terganggu karena sering berkemih dan klien akan sering terbangun (Potter & Perry, 2005). Selain itu, menurut International Classification of Sleep Disorders penggunaan obat stimulan yang kronik (amfetamin, kafein, nikotin), antihipertensi, antidepresan dapat menimbulkan terputus-putusnya fase tidur REM sehingga menyebabkan klien sering terbangun.

Pada penelitian ini klien hipertensi merasa kurang puas dengan tidurnya dimana klien merasa mengantuk di pagi hari (36%). Hal ini sesuai dengan penelitian di Sulawesi Utara dimanasebagian besar responden mengeluhkan perubahan kualitas tidur membuat mereka terbangun lebih pagi tapi merasa

mengantuk di pagi hari (Sarah, 2012). Hal ini dapat terjadi karena klien terjaga di malam hari dalam waktu yang panjang dan klien sering terbangun (Roehers & Roth, 2000). Obat seperti penyekat-Beta yang diberikan pada klien hipertensi juga dapat menyebabkan seseorang mimpi buruk, insomnia, menyebabkan terbangun dari tidurnya dan klien pun akan mengalami gangguan pada tidurnya (Potter & Perry, 2005).

Mayoritas klien hipertensi memiliki kedalaman tidur yang kurang baik dimana klien merasa tidurnya tidak nyenyak (66%). Hal ini sesuai dengan peneltian sebelumnya bahwa klien hipertensi memiliki kedalaman tidur yang tidak baik karena sebentar-sebentar dapat terbangun saat tidur dialami 41% klien (Rasyidah, 2012). Hal ini juga berkaitan dengan seringnya klien terbangun di sela- sela tidurnya seperti yang sudah dipaparkan oleh Potter & Perry bahwa kondisi klinis yang dialami klien hipertensi membuat klien tidak mendapatkan tidur yang cukup dan juga efek samping obat hipertensi yang membuat klien tatap terjaga di malam hari (Putriana, 2012).

Lebih dari setengah klien hipertensi merasa cukup segar saat bangun di pagi hari (64%). Namun 14% klien hipertensi merasa tidak segar sama sekali saat bangun pagi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa mayoritas klien hipertensi merasa tidak segar sama sekali saat bangun pagi dialami 32% klien (Rasyidah,2012). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak segar sewaktu bangun di pagi hari dapat disebabkan berbagai faktor masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi terbangun (Miller, 1995). Misalnya efek samping obat yang membuat sering berkemih di sela-sela tidur klien.

Lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari juga dirasakan klien hipertensi (36%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa mayoritas klien hipertensi merasa lelah saat beraktivitas di pagi hari dialami 38% klien (Rasyidah, 2012). Hal ini juga berkaitan dengan hasil dari parameter tidur klien. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur yang cukup akan merasa kelelahan saat beraktivitas keesokan harinya (Bastaman, 1988).Pada klien hipertensi, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Alawiyah, 2009).

2.2. Faktor-faktor Gangguan Tidur Klien Hipertensi

Dokumen terkait